CHAPTER X

775 46 2
                                    

Author POV

"Dress lo lucu bgt Sal, gue gak nyangka kak Dave pinter banget milihin elo." Mata Helen berbinar ketika melihat dress yang akan dipakai Salsa malam nanti. Ia kemudian berjalan kearah meja rias dikamar Salsa dan membuka tas make up yang dibawanya dari rumah tadi. Ia sangat antusias, berbeda dengan Salsa, wanita itu hanya duduk dikasurnya sambil memandang kalung yang berada ditangannya.

"Gue liat-liat dulu ya Sal, kira-kira warna Eyeshadow apa yang cocok buat elo." Helen berfikir, ia lalu melihat kearah dress Salsa.

"Pink! Pink, itu baru bagus. Elo kali ini harus pake pink ya" tak ada bantahan samasekali yang keluar dari mulut Salsa. Helen mengernyit heran, ia melihat dari pantulan kaca di meja rias, Salsa masih saja termenung.

"Elo kenapa sih?" Helen berbalik dan bertanya.

"Gue shock Len." Jawab Salsa. Helen mengangkat salahsatu alisnya.

"Shock? Shock kenapa?" Helen lalu menghampiri Salsa. Salsa lalu menatap Helen intens.

"Baru kali ini ada cowok yang ngasi gue hadiah, Len." Helen menepuk jidatnya.

"Duh Sal, harus berapa kali gue bilang sama elo?? Si Rangga itu suka sama elo, suka! Coba mikir deh, kalo elo cuma dianggep temen, dia pasti gak akan beliin barang kayak gini buat elo. Apalagi dia mohon-mohon supaya elo make tu kalung didepannya dia. Plis deh Sal jangan sok gak peka." Penjelasan Helen membuat Salsa berfikir.

"Tapi, kan, si Rangga itu temennya Bayu."

"Terus? Apa masalahnya?"

"Gue gak enak sama dia."

"Dia aja gak pernah perduliin elo, dia aja gak care sama elo, kenapa harus merasa gak enak? Santai aja kali, cinta itu ada dimana-mana, dan bisa datang kapan aja, cinta gak pandang bulu, gak pandang orang. Rangga berhak suka dan elo berhak nentuin pilihan, kenapa mesti takut sama Bayu?" Jelas Helen panjang lebar. Ia terkekeh pada dirinya sendiri, tumben gue bijak, pikirnya.

"Elo bener juga sih Len." Salsa mengangguk-angguk, setuju dengan penjelasan Helen. "Gue bakal pake ni kalung ntar malem." Helen tersenyum mendengar perkataan Salsa.

"Nah gitu dong, elo gak boleh bergantung terus sama orang yang gak perduli sama elo. Sekali-kali elo harus ngerasain gimana rasanya dicintai, bukan ngerelain diri buat terus mencintai." Helen melayangkan jempolnya untuk Salsa. Ia berharap jika kehadiran Rangga dapat menjadi umpan untuk Salsa agar bisa lepas dari bayang-bayang si Bayu. Atau lebih bagusnya, melupakan Bayu.

∞∞∞∞∞∞∞∞

"Mana nih si Salsa? Lama amat." Eriska sudah berkali-kali menengok kearah jamnya. Ia duduk diruang tamu rumah Salsa ditemani oleh kak Dave dan Helen.

"Perasaan gue tadi tinggal pake dress deh, sumpah deh ya, dandanin si Salsa itu kalah-kalah ngurus bayi, ribet amirrrr" Keluh Helen, ia mengingat bertapa ribetnya dia tadi saat mendandani Salsa.

"Serius lo? Bwahah, wajar lah, si Salsa kan bukan cewek tulen, ya gak kak?" Gelak Eriska, kak Dave yang ditanya hanya tersenyum.

"Beneran deh. contohnya tadi, waktu dikasi blush-on, dia nanya apaan tuh? gue jawab aja blush-on, terus yang paling ribet itu waktu pakein dia eyeshadow sama eyeliner, matanya gak bisa diem, sampe eyelinernya masuk kedalam mata, pokoknya gak bisa diem deh." Jelas Helen. Eriska hanya tertawa melihat Helen bercerita dengan aksen lebay-nya.

"Terus? gimana? dia mau pake dress gak?" Tanya Eriska, Helen menyikut kak Dave yang berada disebelahnya.

"Mau lah, mana mungkin dia gak mau pake dress pembelian kak Dave, dipilihin lagi!" Jawab Helen.

Give Me a FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang