Chapter 12: Love Sign

66 5 1
                                    

MERAYAKAN hari kemerdekaan yang ke 72 ini, OSIS SMA Angkasa mengadakan berbagai macam perlobaan seperti balap karung, tarik tambang, dan lain-lain.

Untuk ukuran pemalas seperti Ardita, perempuan yang hari ini memakai kaus biru navy polos itu hanya menonton di koridor lantai dua dan memilih untuk tidak bergabung bersama anak kelas lain yang tengah bersorak.

Perempuan itu menghembuskan napas jenuh.

"Aing pengin balik."

Keramaian di sekililingnya seolah tak mampu mengindahkannya dari rasa malas yanh selalu menempel pada tubuhnya.

Bahkan untuk sekadar membuka mata saja Ardita harus mengerahkan sekuat tenaganya. Yang Ardita inginkan pada detik ini hanyalah kasur, ponsel, dan wifi.

"E si mager gua cariin taunya di sini." ucap seseorang di balik punggungnya. Dari suara baritonnya, Ardita udah kenal dia siapa. Makanya cewek itu tidak menoleh, tetap memandang ke arah lapang.

"Ke bawah yuk, masa yang lain di bawah lo malah di sini?" ajak laki-laki itu.

"Padahal terserah siapa?" balas Ardita.

"Ya daripada disini, lo alone kayak anak ayam yang ilang."

Ardita berbalik, meghadap laki-laki itu dengan dagu yang terangkat.

"Ngga, mending lo aja yang ke sana, dan nggak usah ngajak gue segala. Orang gue suka disini, teduh dan nggak panas."

"Eh kutu, lo gak liat disana banyak stand buat nonton?"

Sontak, Ardita langsung berbalik lagi dan melihat ke bawah tepatnya ke arah stand-stand yang baru ia sadari keberadaannya. Dan dari salah satu standnya, terdapat teman kelas Ardita sedang menonton perlombaan di sana. Tepat di pinggir lapangan sehingga bisa lebih leluasa untuk menonton.

Perempuan itu berdecak, "Ck, iya iya, gue ke sana."

"Nah gitu dong, gemes deh sekarang suka nurut."

"Aw, Angga, jijik bat dirimu sehingga membuatku ingin muntah mendengarnya."

"Fak siah."

∆∆∆

Mereka berdua tiba di stand penonton yang dipenuhi oleh teman-temannya. Ardita langsung mengambil tempat duduk di sebelah Stella kemudian disusul Angga di sebelahnya.

"Kok lo ngintilin gue terus, sih?" pertanyaan yang diajukan Ardita kepada Angga membuat cowok itu menoleh dan malah menatap wajah cewek itu.

"Ck, gue nanya, kok lo malah memandang kecantikan gue."

"Ya abisnya lo...." Angga menggantungkan ucapannya sehingga membuat Ardita penasaran setengah mati. Tubuhnya tiba-tiba menghangat ketika Angga menatapnya tadi.

"Dih, tijel lo."

Ardita memusatkan kembali perhatiannya pada perlombaan yang sedang berlangsung. Sekolah hari ini benar-benar ramai termasuk teman-temannya yang juga tengah bersorak mendukung kelas lain yang sedang bertanding.

"WEY WEY LIAT ITU SI UJE ANJAY MADEP BANGET BALAP KARUNGNYA." teriak Geo mendominasi.

"AAAKKK GILAA KAK NINO GANTENG BANGETTTT YA ALLAH." kali ini dari kubu cewek yang mendominasi.

Mendengar nama Nino, kontan Ardita langsung menegakkan kepalanya untuk melihat laki-laki yang tak sengaja ia tabrak hari itu.

Nino, dengan celana training yang diangkat sampai lutut, juga kaos oblong biru navy, sangat berbeda dengan Nino yang ia temui pada waktu itu.

Lebih terlihat keren dan... mantap jiwa.

"Liatin siapa sih lo sampe tercengang gitu." celetuk Angga.

Ardita menoleh, "Liatin banyak orang."

"Nenek-nenek juga tau lo lagi liatin banyak orang sekarang, cuma masalahnya, hanya karena orang-orang yang banyak itu lo sampe tercengang kayak abis ketemu JB?"

"Ih! Terserah gue dong. Lo kenapa sih jadi ngerecokin gue gini. Biasanya lo juga diem, nganggep gue angin, jangan-jangan lo abis—"

Dengan gerakan secepat kilat, Angga membungkam mulut cewek itu dengan tangan kanannya kemudian ia mendekatkan wajahnya hingga mulutnya sejajar dengan telinga Ardita.

"Abisnya lo imut. Jadi gue suka ngerecokin lo deh." bisik Angga dilanjut dengan mengecup tangannya yang membungkam mulut perempuan yang kini melebarkan kedua bola matanya karena kaget dengan perlakuan Angga barusan.

Lima detik berselang dan Angga masih enggan untuk melepaskan tangannya meskipun Ardita sudah memberontak.

Dengan degup jantungnya yang berisik, Ardita terus mencoba untuk melepaskan tangan Angga meskipun gagal.

Akhirnya, Ardita hanya bisa pasrah dengan memasang muka memelasnya, usaha terakhirnya untuk membuat Angga melepaskan tangannya.

"WOHOOOO, I GOT IT!" teriak Fito di depan sana seraya memegang ponselnya.

Mata Ardita makin melotot lebar, degup jantungnya juga makin berisik. Dengan sekali hentakkan, akhirnya ia bisa melepaskan tangan Angga.

"Angga sudah dewasa ya sekarang mainnya cium-cium. Ahayy." Fito berbicara lagi namun tidak berteriak seperti tadi.

Seluruh teman-temannya kini memandangi Angga dengan kedua alis yang nenyatu. Bergantian memandangi Angga dan Ardita yang terlihat mencurigakan.

"Angga nyium Dita? WHAT?"

Stella menoleh dan menatap mereka berdua, "Abis ngapain lo berdua hayooo."

"Apaan sih, gue nggak ngapa-ngapain!" pipinya memerah ketika Ardita berbicara.

Sementara dibelakang tubuhnya, Angga tengah berusaha keras untuk tak tertawa.

Fito menghampiri mereka berdua lalu menunjukkan hasil jepretannya. Tepat ketika Angga mencium punggung tangannya yang membekap mulut Ardita.

"Gimana hasil moto gue? Canci kan? Canci dong."

Ardita menampar Fito pelan, "Gue minta itu fotonya hapus detik ini juga! Cepetan!"

"Apa? Lo minta fotonya? Nah gue kirim di LINE nih."

"Iihh Fito!"

"Aahh Dita."

Semua orang kini bergantian untuk melihat foto yang berhasil ditangkap Fito beberapa saat yang lalu. Dan tak lupa, ledekan demi ledekan yang mereka tujukan kepada keduanya kini justru lebih mendominasi daripada hingar bingar penonton.

"Halah, cs Ngga, gak asik nih lo pake tangan buat batesannya. Kalo bisa mah ntar kaga usah pake penghalang biar...uh." celetuk Geo sinting.

Mereka semua tertawa dan menyoraki ucapan Geo yang merembet ke arah anu.

"Iye bang ntar gue cobain, kalo gue ama dia udah...ekhem." Angga berhenti tertawa kemudian setelah ia berbicara seperti itu, ia membentuk love dengan kedua tangannya. Lalu love sign itu ia arahkan pada Ardita.

Ardita yang tentu saja mengerti kemana arah pembicaraan Angga hanya bisa diam sambil menikmati debaran jantungnya yang bergemuruh.

[].

a.n

haloooow.

watados amatsi gue btw.

setahun ada kali ya w ga nengok ni works. sampai banyak sarang laba-labanya anjay.

kuusahakan lanjutin TK lagi karena banyak temenku yang minta aku buat lanjutin TK heuheu padahal akuteh ini udah kelas 12 siahhh:"))

daaaannn ini cerita yang kubuat waktu aku masih jadi dd gemez yang doyan banget sama kakak kelas lah sekarang udah jadi kekak kelas masig gakelar juga ceritanya wkwkwk.

maaf ya karena aku ga konsisten

atuda kumaha:(

fyi, aku bikin cerita baru judulnya Edelweiss. baca yaaa!!

hehe, with love

xoxo!

Tanpa Karena [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang