MOVE

59 3 0
                                    

Nadine

Panas seperti biasa, Indonesia memang Negara beriklim tropis yang sangat aku cintai. Terlahir di Negara ini bagaikan mukjizat, sempat aku berfikir bagaimana jadinya jika aku lahir di gurun pasir, dimana aku minum? Aku bahkan takkan pernah merasakan nikmatnya Jus Apel dengan susu hampir satu kaleng buatan mama. Namaku Nadine Alona Firdaus, anak kedua dari pasangan Fina Rusdi dan Fathir Athan. Lantas darimana nama Firdaus kudapat? Entahlah aku belum pernah bertanya kepada papa dan mama selama 16 tahun aku hidup.

Bahagia yang kurasakan saat ini, belum tentu dapat bertahan lama. Terbukti saat ini aku sedang duduk di halaman belakang rumah bersama Mama. Baru dua bulan yang lalu, kami sekeluarga pindah dari Singapura ke Indonesia, dan beberapa menit yang lalu mama dengan santainya berkata -besuk-kita-akan-pindah-ke-Surabaya-. Bayangkan rasanya, jika itu bukan mama, pasti niatku untuk mendorong siapa saja yang berani memberitahuku tentang kepindahan ke kolam renang sudah terlaksana.

"Ma, pindah lagi? Baru kemarin Nadine kenalan sama temen - temen Nadine ma, like seriously... kita baru pindah ke Jakarta dua bulan yang lalu ma."

"Papa pindah kerja sayang, dan kita mesti nurutin itu. Atau kamu mau tinggal disini sendirian?"

"Yang bener aja ma, Nadine gak mau sendiri. Kecuali Reyhan sama bang Haykal tinggal disini."

"Coba tanya Haykal sama Reyhan sana, kalau mereka tetep minta tinggal, mama izinin."

"Serius ma? Oke makasih mama."

Sambil beranjak dari gazebo belakang aku dengan tergesa - gesa naik ke lantai dua dan mengambil coklat panas di dapur. Kamarku berada di antara kamar Reyhan -adik-yang-super-duper-ngeselin- dan Bang Haykal -abang-yang-sama-super-duper-nyebelinnya-. Dan ya, aku adik yang sama menyebalkannya tapi aku berbeda, aku cantik, suaraku bagus, aku cerdas, popular, dan menawan. Bukan, sebenarnya aku, Reyhan, dan bang Haykal sama sekali bukan apa - apa.

Tiba di depan pintu ...

"JANGAN GANGGU GUE!!! TERUTAMA LO NADINE" Apa - apaan bang Haykal nempelin kata - kata sembarangan di depan pintu. Emang gue apaan, pakek nama gue dicetak tebal.

"Bang, bangun deh. Gue mau Tanya?"

"Bang dan apa - apaan nama gue lo pajang di pintu kamar terkutuk lo ini!!!!"

"Banggggg!!!!!!"

Author

Terdengar derap langkah mendekati pintu, Nadine segera mundur satu langkah dan berharap tidak terkena serangan apapun karena telah menggedor pintu kamar abangnya dengan kekuatan Hulk . Dalam hitungan detik pintu dibuka, mata biru abangnya yang paling nyebelin tapi Nadine tetep sayang menatap tajam mata Nadine yang berwarna coklat terang, seakan berkata -lo-emang-gak-bisa-baca-?-dasar-bocah-16-tahun-. Alhasil, sebelum abangnya tersebut menngeluarkan sumpah serapahnya, Nadine segera menyodorkan coklat panas yang sengaja dibuat sebelum naik ke lantai atas tadi.

"Lo pinter banget dek buat ngrayu gue, but kali ini lo gak menang."

Gelas coklat panas yang tadi berada di tangan Nadine kini berpindah di tangan Haykal, namun sayang setelah gelas itu berpindah tangan, pintu tersebut ikut tertutup dan dengan refleks bagus sebelah kaki Nadine menghadang.

"Bang gue bawain lo coklat panas emang ga ada maksutnya bego! Tapi lo mau gak tinggal di Jakarta dulu sama gue, ntar pas gue udah lulus SMA kita pindah lagi. Soalnya gue gak bisa ikut pindah sekarang, gue capek bang. Kenapa sih mama sama papa gak pernah mikir soal sulitnya kenalan sama orang baru."

"Ntar deh dek, gue gak paham apa yang lo omongin. Siapa yang mau pindah? Trus pindah kemana?"

"Mama belum ngomong ke lo bang?"

Let's be FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang