Adzan subuh membuatku terbangun. Aku gapai ponselku diatas meja. Sebuah message dari WhatsApp terlihat di Lock screen. "It's just one hour ago, but I already miss your smile, Hunn." Haih, rupanya pria so sibuk yang tanpa bersalah meninggalkanku jam tiga pagi tadi yang mengirim text padaku. Aku yang masih kesal, hanya mem - bluethick pesan darinya dan berlalu ke kamar mandi untuk sholat di Minggu pagi ini.
Setelah mandi dan mendirikan sholat, aku cek ponselku. 16 miss call dan 6 unread messages. Segera kubuka. Siapa tau teman kampus ku yang memberi info tentang kelas hari Senin. "Sorry I have to go" Ah, pria ini lagi. Air mataku mulai bergenang di pelupuk mata. Ku baca lagi pesan darinya "Wish me luck on my flight to Vietnam" Air mataku tak bisa dibendung. "Nazreen izin bertugas hari ini. So, your husband yang handsome ini harus mewakili jadwal flight si Naz sialan itu hahaha" Ish, masih sempat lelaki ini bergurau disituasi seperti ini. "Milo, jus Oren, dan sarapan kamu aku simpan di kulkas yaa" Ku baca pesan berikutnya. "Kunci mobilmu aku taruh dalam laci, kalau bosan, pergi ke rumah mama aja ya, sayang." Air mataku semakin laju. "Kunci rumah sebelum pergi, see you on Friday, love you." Ku baca pesan dari Rasyid yang paling akhir. Tangisku pecah. Pagi ini aku bagaikan wafer rapuh yang bisa patah kapan saja. Foto selfie ku yang sedang tergelak bersama pria itu aku tatap lama di lock screen. Sekarang aku sadar, meskipun tawanya kadang terdengar menyebalkan, tapi aku tak mau jika aku tak mendengarnya.
"Thanks, god! It's Friday!" Aku tulis tulisan itu pada caption Instagram ku hari ini. Foto candied Rasyid yang sedang fokus menyetir mobil menjadi foto yang aku post di Instagram ku hari Jum'at ini. Aku mengambil gambar itu tanpa sepengetahuan darinya. Karena saat diperjalanan hari itu suasana mobil sangat indah. Dengan sinar matahari pagi yang masuk lewat kaca jendela mobil, dan sosok Rasyid yang sedang memandang kedepan untuk menyetir. Kemeja lengan panjang warna merah marun dengan kacamata oakley hitam yang diselipkan di kerah kemejanya membuatnya semakin terlihat charming. Lengan kemejanya sengaja dilipat hingga ke sikut untuk memamerkan biseps muscle nya yang macho. Jam tangan Rollex yang melingkar di pergelangan tangannya menambah ketampanannya. Dalam foto itu, tangannya sedang sibuk menggerak-gerakan stir. Rambut Rasyid yang rapi dan alisnya yang tebal memang membuatku semakin merinduinya. Sedang asyik memandangi foto itu, tiba-tiba ponselku bergetar, ada pesan yang masuk. "Meet you at 10 am, aku pergi lima hari tapi seatbelt mobilku masih wangi parfum kamu loh, yang. Hehehe" Ish, Rasyid kalau bab menggombal memang nomor satu! Aku anggap pesan yang tadi sebagai spam. Ayam kari kesukaan nya sudah mengepul di meja makan sejak jam sembilan pagi tadi. Ku kerling jam di dinding, jam 11.15. See? Rasyid hanya memberi harapan saja, 'kan? Katanya tadi akan sampai jam sepuluh. Tapi, mana? Aku bermonolog dalam hati.
Suara mesin mobil terdengar memasuki pekarangan rumah. Setelah menyiapkan meja makan, aku berlari ke arah pintu masuk. Untuk memarahinya. Hehe. Pintu masuk dikuak perlahan, "Assalamu'alaikum" Pergh! Suara garau dan macho yang paling aku rindui. "Wa'alaikumussalam. Meet you at 10 am, yaaaaa" Aku sengaja menggunakan kalimatnya di message yang ia kirim. Aku menyidirnya. "Sorry laah, yang. Jalanan jammed, memang harusnya sampai jam sepuluh kalo mobil ku aja yang lewat di jalan raya." Dia tergelak. Aku buat muka straight face. Tapi tiba-tiba, "Eh, kamu jangan gerak! Di rambutmu ada sesuatu!" Kata Rasyid, membuatku takut. Wajahnya semakin mendekat ke dahiku. Tangannya menggenggam bahuku. Membuatku semakin tak bisa bergerak. Dan.. Cupp! Simple kiss di dahiku pagi ini membuatnya merasa menang. Ia tertawa dan lari ke tingkat atas untuk meloloskan diri dari pukulan ku. Aku tertipu. Dan aku menyesal mengapa tinggi badanku hanya sebatas bahunya.
Sore itu Rasyid memakai polo shirt dipadukan dengan celana track warna senada. Sambil menenteng dua pasang sepatu yang kami beli lima hari yang lalu, ia berjalan menuruni anak tangga. Pasti pria ini akan mengajakku jogging. "Cepat, siap-siap! Kita 'kan belum sempet test drive airmax baru kita." Ujarnya riang. "Tapi 'kan kamu baru pulang dari airport?" Tanyaku, sedikit sarcastic. Dahiku mengkerut kebingungan. Pertanyaanku dibiarkan tak berjawab, ia lurus saja berlalu ke teras depan. "Abis jogging kita pergi ke kedai kopi kesukaanmu deh!" Kata Rasyid mem - provoc ku. Haih, pria ini tak punya sensor perasa pegal di ototnya kah? Setelah memakai hijab instan dan jogger pants pastel, aku melangkah keluar untuk menuruti keinginan lelaki itu. Rasyid dengan santai nya melingkarkan tangannya di pundakku. Wangi deodorant lelaki ini semerbak di hidung. Wangi yang paling aku rindui. Ya, wangi parfum pria yang kini sedang bercerita tentang pengalaman terbang nya. Lelaki itu bernama Rasyid Harris.