Rasyid meregangkan otot-otot lengannya sambil berlari-lari kecil. Lebar sekali langkah lelaki itu. Aku kewalahan menyesuaikannya. Gemuruh di langit mendung menandakan sebentar lagi turun hujan. Dan benar saja, hujan mengguyur kota dengan deras. "Why don't you bring your jacket?" Tanya Rasyid saat kami berteduh. Tadinya kami berniat untuk pergi ke kedai kopi sebelum pulang. "Aku bukan peramal cuaca!" Jawabku kesal. Ia kelihatan seperti sedang berfikir. Lalu melirik jam tangannya. "Kedai udah deket, kok. Dua meteran lagi dari sini, kamu pake jaket aku aja" Ujar Rasyid setengah berteriak karena suaranya hampir tenggelam ditutup suara air hujan yang deras. "Tapi, kamu gimana?" Tanyaku memikirkan keadaannya juga jika tak memakai jaket. "Don't worry, I'm a man, okay" Balasnya sambil mengangkat-angkat alisnya yang tebal. Ia mengulurkan jaket waterproof nya padaku. Kini tubuh nya hanya dibaluti oleh kaos polo warna hitam yang memamerkan tubuh atletisnya. Ku pakai jaket miliknya, dan terlalu besar jika dipakai di tubuhku. Panjang jaketnya hingga menutupi lututku, jaket ini memang untuk size pria. Pria yang tinggi. Tapi aku tak mempedulikannya. "Yuk!" Ajakku. "Pake hoodie nya, sayang." Kata Rasyid, sambil menarik hoodie jaketnya ke kepalaku. "Jom!" Ujarnya sambil berlari. Aku ikut berlari. Kami pergi ke kedai kopi favoritku.
Kamu pun sampai di depan teras kedai kopi. Tempat parkir kedai ini dipenuhi mobil-mobil pengunjung. Nasib baik kami tidak membawa mobil, karena kami pasti harus berkeliling mencari parkiran yang kosong. Seorang perempuan bertopi dengan rambut pendeknya yang dikuncir menyambut kami dengan senyumnya di pintu masuk. Ramai sekali pengunjung di kedai ini. Ada kumpulan anak perempuan yang sedang asyik mengobrol sambil tertawa, ada seorang wanita yang sedari tadi melirik jam tangannya seperti menunggui kekasihnya, ada juga seorang pria yang sedang sibuk mengetik sesuatu di Laptop nya. Macam-macam pengunjung yang ada disini. Rasyid mengajakku ke meja yang agak jauh dari ramainya gelak tawa pengunjung. Kami duduk berhadapan. "You look so pale, kamu oke gak nih?" Tanya Rasyid membuka pembicaraan. Aku mengangguk saat pelayan kedai menghampiri meja kami. Tak lama kemudian black coffee pesanan Rasyid dan vanilla latte pesananku sampai di atas meja. Kami mulai mengobrol tentang planning kami setelah ini. Segala macam planning. Kedai ini adalah favoritku dan teman-teman SMA ku dulu untuk sekedar mengobrol ria. Tempat ini masih sama, yang berbeda hanya teman ngobrol ku dan topik pembicaraan nya. Ah, aku merindui mereka.