Bab dua

206 9 0
                                    


1 bulan kemudian

Hari ini aku akan meninggalkan planet bekasi dan segera menghirup sejuknya udara di Seoul. Kota yang aku impikan untuk tinggal disana. Jujur, sedih mengambil keputusan ini. Karena, aku harus pisah dari Mamih, temen-temen, dan pekerjaanku.

Dengan berat hati, aku mencabut poster-poster Super Junior yang terpampang nyata di dinding kamarku dan kumasukan ke koper untuk aku tempel di kamar baruku nanti. Karena, aku tidak bisa sehari pun tidak melihat wajah mereka. Tuhkan, aku sampai lupa memasukan foto Mamih. Aku cek kembali isi koperku, khawatir ada yangtertinggal. Okay, semuanya udah ready.

Paspor, visa, dan tiket juga sudah masuk tas. Tinggal chaw ke airport.

"Ayo, Mih!" kataku tidak sabaran.

Akhirnya aku dan Mamih otw Soetta, kita naik bus damri karena kita tidak punya mobil.

Di bus, Mamih tidak berhenti mengoceh, memberikan aku wejangan supaya aku tetap aman meski tanpanya.

"Hidup disana itu keras. Kamu nggak boleh malas-malasan kayak disini.

Oh, iya. Jaga diri, karena pergaulan disana terlalu bebas."

Aku iya-in aja, angguk-angguk kepala seperti patung hokben. Padahal dalam hatiku bicara "sok tau banget sih ni Mamih" Tapi, aku cukup mengerti maksud Mamih yang menginginkan aku pulang ke Bekasi dengan selamat.

***

Akhirnya aku dan Mamih sampai juga di airport. Ekspresi wajah Mamih makin kelihatan sedihnya, bikin aku menangis sek-sekan.

"Mih, Mamih ikut Alin aja yuk," aku memeluk mamih erat, Si Mamih sepertinya mulai sesak.

"Mamih nggak ada ongkos, lin. Yang penting Alin harus sukses disana, ya," Mamih mengelus rambutku.

Ya ampun, gue jadi galau gini.

"Mih, Alin pamit, ya. Nanti kalo udah sampe, Alin langsung telpon Mamih," ucapku pura-pura tegar.

Mamih menepuk-nepuk punggungku dan besok aku tidak akan merasakan itu lagi, "Iya, lin. Jangan lupa, ya. Biasanya kamu suka lupa sama Mamih kalo udah lihat yang seger-seger," sindir Mamih.

Aku melepas perlahan tangan Mamih dan berjalan menuju ruang tunggu pesawatku. Si mamih nangis dan itu adalah momen langka. Biasanya Aku dan Mamih seperti kucing&tikus.

***

Setelah melewati petugas bandara, akhirnya aku menginjakkan kaki di dalam pesawat. Rasa deg-degan mengalahkan rasa kesendirianku. Mataku reflek melihat ke setiap bagian pesawat, padahal niat awalku ini adalah mencari seat. Maklum, ini adalah pengalaman pertamaku naik pesawat.

"Ah! Ini dia!" seruku tak tahu malu setelah menemukan seat numberku. Aku duduk di singgasanaku ini, selonjoran sebentar karena memang capek banget.

"Hai!" sapa seorang cewek berwajah oriental yang duduk di sebelahku.

"Hai!" aku menyapanya juga,ternyata ada juga yang mau menyapa aku.

"Aku Mey. Kamu?" tanyanya ramah sekali. Wajahnya mirip Tiffany SNSD.

"Gue Raline. Panggil aja Alin," aku menjabat tangannya yang halus, beda sama tanganku yang...ah sudahlah.

Setelah intro, kita lanjut chit-chat dan obrolan kita tidak ada habisnya. Mulai dari dia ke Korea karena mau kuliah, sampe membicarakan kegemaran kita yang ternyata sama, yaitu, all about kpop.Dan lebihnya lagi, dia juga seorang ELF. Glad to meet you, Mey.

Dikepung Sejuta CoganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang