New York, Amerika - 07.00am
Pagi yang cerah di kota fashion ini mulai ramai. Entah pagi, sore, malam penuh dengan para shopaholic. Lina, seorang gadis cantik, berambut blonde, bermata biru, dan berkulit putih dengan umur 16 tahun itu pun merasakannya.
New York City adalah kota terkenal dan penuh dengan keramaian dari para tourist. Lina sangat suka tinggal di sini, penuh dengan tempat-tempat untuk berkumpul bersama teman-temannya. Entah itu clubbing, caffe, dan mall. Tapi untuk sekarang...
"Baiklah anak-anak! Ayo bawa barang-barang kalian dan angkut ke dalam truk didepan. Ini akan menjadi perjalanan yang panjang.", ayah membawa 2 koper sekaligus.
"Ayah, apa kau yakin kita akan pindah dari tempat yang indah ini? Penuh dengan kebahagiaan, surga para remaja dan aku suka dengan keramaian.", Lina menarik lengan ayahnya perlahan saat membawa koper itu.
"Ayah sedang ada tugas penting disana. Membutuhkan waktu yang lama, dan aku tak tega untuk meninggalkanmu dan yang lainnya", ayah pun berhenti, "ayah ingin kalian bersamaku, ingat! Saat ini aku sendirian merawat kalian hingga kini, tolong mengerti ayah", ayah pun mengusap rambut Lina dengan halus.
"Baiklah ayah, aku mengerti", Lina pun membantu membawa koper milik adiknya, John, berumur 5 tahun. John selalu ingin bersama Lina.
"Lina, apakah barang-barangmu sudah lengkap?", tanya Peter, kakak pertama berumur 21 tahun.
"Sudah. Dimana Sella?", Lina menengok kebelakang Peter mencari Sella, kakak kedua berumur 18 tahun.
"Dia sudah berada dimobil sebelum kita, dia cepat sekali membereskan barang-barangnya. Sepertinya dia sebal untuk meninggalkan kekasihnya", Peter pun pergi mematikan lampu-lampu tiap ruangan.
"Anak-anak! Ayo cepat!", terdengar ayah didepan rumah meneriaki Peter, Lina dan John.
"Baik ayah, aku dan John segera datang!", Lina mengajak John kedepan rumah, "ayo"
***
Perjalanan yang membutuhkan waktu seharian, membuat Lina dan ke 3 saudaranya merasa bosan didalam mobil."Ayah, apakah tempat tinggal kita akan senyaman sebelumnya?", John mulai memecahkan keheningan.
"Iya sayang, mungkin kalian akan suka dengan tempat tinggal kita yang baru ini. Udaranya sejuk sekali, tak perlu kita memasang AC disana. Kalian akan membutuhkan perapian. Suasananya lebih tenang, tidak seperti dikota"
Ayah bercerita banyak tentang rumah baru ini. Masih satu wilayah dengan Amerika, tapi jauh dari perkotaan. Sedari ayah bercerita dan mengemudi, Lina melihat Sella. Sella nampak tak begitu senang, walaupun dirinya juga. Tapi, Lina berusaha menyenangkan hati ayahnya.
"Sella, apakah kau lelah? Kau bisa pindah dibelakang untuk beristirahat jika kau mau." Lina membukakan kursinya untuk Sella.
"Tidak perlu."
Sepertinya suasana hatinya sedang tidak baik. Mungkin karena jauh diperkotaan, dan tidak terbiasa dengan keadaan desa yang mungkin dia pikir tidak menyenangkan.
"John, apa kau lapar?", ayah menawari John yang duduk dikursi depan, "yang dibelakang?"
"Iya ayah! Aku lapar sekali, bisa kita mencari tempat makan yang enak di sini? Sepertinya sudah dekat dengan pemukiman", Peter melihat keadaan diluar lewat jendela mobil.
"Gelap sekali, pukul berapa ini?", Lina melihat disekeliling jalan tidak ada apa-apa.
Lina mulai melihat jam tangannya. Menunjukkan pukul 08.30pm. Pantas saja gelap sekali, ini sudah malam, pikir Lina.
"Apa? Gelap? Disini banyak penerangan dari banyak toko, ramai sekali. Coba kau lihat"
Peter mencoba melihat di balik jendela mobil.
"Peter, aku sama sekali hanya melihat pepohonan seram menjulang tinggi di pinggir jalan. Tidak ada apapun disini, mungkin kau sedang lapar dan berhalusinasi."
Lina mencoba untuk menjelaskan, tapi memang benar diluar sana tidak ada apapun. Disepanjang jalan hanya ada semak-semak dan pepohonan menjulang tinggi.
"Ayah, apa kau lihat disini banyak orang? Jawab ayah?!", Peter memaksa sambil menarik bahu ayahnya.
Ayah pun hilang kendali saat mengemudikan, kemudian dia menabrak pohon besar tinggi. Untung saja mobil dan yang lain tidak apa-apa.
"Cukup Peter! Kau hampir saja menyelakakan banyak orang disini. Ayah sama sekali tidak melihat ada keramaian disini, ini kita sudah hampir dekat", ayah sedikit pusing dengan kekonyolan Peter.
"Coba aku keluar!"
Peter pun keluar dari mobil, dan melihat disekelilingnya. Peter merasa aneh, padahal tadi ramai sekali. Saat dia keluar dari mobil, tidak ada apapun. Jalanan begitu sepi. Gelap, kurang penerangan, banyak pohon besar.
"Apa kau sudah melihat?", Lina mulai sinis.
"Kenapa tidak ada apapun disini?", Peter masuk kedalam mobil, dan duduk melamun.
"Ayah sudah bilang, disini seperti hutan. Jadi, mana mungkin ada orang tinggal disini? Yang ada, jika kita berjalan lurus kedepan, itu sudah sampai pemukiman."
Peter mulai merasa ada yang ganjil dengan daerah ini, seperti halusinasi dan Peter rasa itu bukan halusinasi. Dia sungguh melihat banyak orang disana, seperti melewati pasar.
********************************
Bagaimana kisah selanjutnya? Silahkan vote, komen, saran dan kritiknya saya tunggu :) Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haunted House
HorrorLina baru saja pindah rumah. Yang awalnya berada diperkotaan yang ramai, kini berada di sebuah desa. Lina awalnya tidak setuju, karena letaknya jauh dari sekolah, tempat berkumpul, dan suasananya penuh dengan kesunyian. Saat sampai dirumah barunya...