Chapter 7

141 10 1
                                    

Sella menghampiri Lina yang sedang duduk melamun, dan ia duduk disamping kirinya. Awalnya, Sella mengarahkan tangannya dan melambaikannya tepat didepan mata Lina. Tapi sayang, ia tak berkedip.

"Lina? Ada apa denganmu? Apa kau sedang sakit, wajahmu nampak pucat.", Sella menyentuh keningnya.

"Ah, Sella! Kau selalu membuatku terkejut. Kau sudah pulang, apa yang akan dimasak nanti?"

Ada apa dengan Lina?, pikir Sella. Ada yang aneh dengan tingkahnya.

"Aku akan membuatkan kalian pasta. Kau mau membantuku nanti?", tanya Sella, padahal ini untuk rencananya agar bisa bertanya-tanya soal apa yang terjadi padanya.

"Baiklah. Hanya saja aku akan membuat tugas setelah ini.", Lina pun beranjak dari meja makan. Ia pun menuju kekamar tidurnya.

Aku seperti melihat orang lain dari tubuh Lina. Siapa dia? Sepertinya aku tahu, ini pasti berkaitan dengan pemilik rumah ini. Apa mungkin? Mungkin saja, aku mulai khawatir. Aku tak tenang dengan keadaan ini. Ya ampun, ada apa lagi setelah kejadian John?

***

Kotak musik misterius itu membuat Lina tampak resah dan gelisah tak karuan. Seakan ia ingin benda itu membimbingnya untuk dimainkan, dan mengajaknya bermain bersama Lina. Daya tarik yang begitu aneh dan sangat mistis.

"Siapa Lorry? Oh Tuhan! Siapa dia? Aku mulai takut", Lina membolak-balikkan benda itu. Ia penasaran tapi ia juga takut.

Tiba-tiba kotak itu bergerak sendiri, memainkan sendiri. Gerakan miniatur itu sangat gemulai, benda itu juga bisa bernyanyi. Dengan sajak begitu menyeramkan jika dipikir secara logika.

Come on my friends
I wanna play with you
Do you wanna play with me?
You not want anything? Why?
I'm like a monster? Ghost? Haha
Can I kill you sweety?

Lina terkejut dengan kalimat yang terakhir, begitu mengancam. Jika dipikir logika, mainan macam ini pastilah berisi kalimat yang manis dan romantis. Kenapa begini? Lina pun melempar benda itu kelantai. Ia tak peduli lagi dengan bentuknya yang mungkin akan hancur? Mainan itu lama-lama lebih cepat dengan lagu-lagunya yang begitu cepat. Lina semakin takut.

Tiba-tiba Lina merasakan ada angin yang aneh melewati kulit lehernya. Seperti ada yang lewat dibelakangnya. Padahal dibelakangnya tepat ada tembok kamarnya. Ia menoleh kebelakang, tak ada apapun. Jendela kamar pun sudah tertutup daritadi.

Tak disangka ada tawa kecil didalam kamarnya. "Hihihi....", tawa anak kecil yang menyeramkan.

"Siapa kau? Aku tak berniat untuk mengganggumu. Aku tak ingin mengganggumu. Kumohon", Lina pun mulai menangis dan ketakutan.

"Hihihihi.. Lihatlah aku disini", jawab suara itu.

"Tidaak!", teriak Lina.

"Lihatlah, aku berada di kaca yang jelek", ejek suara itu.

Lina tak berani menoleh melihat kaca besar dikamarnya. Ia tetap menutup wajah dan matanya, ia tak berani melihatnya. Tapi, suara itu semakin menjadi seperti setengah memaksa. Lina pun memberanikan diri untuk membuka celah jari-jemarinya dan melihat seperti apa rupa suara itu.

Kotak musik itu berhenti bermain saat suara itu juga berhenti mengajak Lina bermain. Lina melihat sedikit demi sedikit dan...

Ternyata ia adalah anak kecil yang cantik, tapi sayang tangannya penuh darah dengan membawa sebuah gunting. Lina yang berada didepan kaca itu merasa terkejut, ia tak bisa berkedip dan serasa anak kecil itu tersenyum padanya. Tapi, senyuman itu jelas begitu menyeramkan. Ia menampakkan gigi-giginya yang tajam dan penuh dengan darah.

Haunted HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang