[Note: sudah diedit habis-habisan, lebih tepatnya ditulis ulang. Selamat membaca!]
***
Pagi ini tim basket sekolah latihan seperti biasa, mulai dari pukul 8 pagi sampai 12 siang. Yang berbeda hanya level latihan mereka yang dinaikkan beberapa level untuk menyaingi sekolah yang menjadi musuh bebuyutan selama ini.
Maksud dari menaikkan level bukan dari level satu ke dua atau tiga ke empat, tapi dari level enam ke duapuluh, kalau menurut para anggota. Untuk istirahat saja hanya diperbolehkan 15 menit, disitulah para anggota makan, minum, mengobrol, main ponsel, dan sebagainya, tapi hanya boleh 15 menit.
Apa alasan pelatih memperketat latihan? Karena waktu yang sudah semakin sempit dan pelatih ngebet banget mau ngalahin tin lawan. Tim basket sekolah selalu menjadi juara dua karena tim satu ini.
Shoutout untuk tim baru yang kemarin sudah berhasil membawa sekolah sampai ke tingkat nasional yang berarti memberi kesempatan lagi untuk melawan sekolah yang menjadi musuh bebuyutan itu.
Namun sampai sekarang Raka tidak mengerti, apa yang istimewa dari orang-orang itu sampai mereka selalu mengalahkan ratusan tim dari berbagai daerah di Indonesia? Bahkan Raka tidak tau hal itu ketika melawan timnya langsung.
Menurut Raka pribadi, tim yang berasal dari salah satu provinsi di pulau Sumatra itu memiliki pertahanan dan kerjasama yang tinggi, juga tidak ada yang bermain ego. Sangat berbanding terbalik dengan anggotanya yanh selalu merasa paling hebat di tim.
Saat mengetahui fakta bahwa musuh bebuyutan sekolah (bahkan dari zaman si pelatih sekolah dulu, tim yang akan dilawan ini memang sudah menjadi musuh bebuyutan) tadi malam, pelatih langsung keluar dari kamar dengan api di sekitar tubuhnya dan menatap para anggota dengan tajam. Bahkan Sayed dan Azka sama sekali tidak membuat lelucon tadi.
Tapi itulah alasan Raka tidak bisa berhenti tertawa sekarang. Seperti yang dibilang, latihan benar-benar ketat. Tadi pelatih sempat turun tangan langsung untuk memisahkan Sayed dan Azka, meskipun entah bagaimana caranya mereka bertemu lagi.
Raka sempat dengar, Sayed mencoba untuk membuat lelucon atau sesuatu yang membuat anggota semangat dan tertawa. Alih-alih tertawa, Sayed malah dilempar tatapan mematikan dan menusuk sampai pemuda yang memakai ninja hijau ke sekolah itu memasang ekspresi datarnya sepanjang latihan.
Azka juga gokil abis. Tadi persediaan minum habis dan kebetulan Raka dan Azka sedang duduk berdekatan, dan pelatih meminta kedua karib tersebut untuk membeli satu kardus air mineral (pelatih tidak peduli bagaimana cara membawanya, yang jelas minuman itu sudah harus ada sebelum anggota lain mati karena dehidrasi).
Di suatu toko, saat hendak membayar minuman, paha Azka dicolek oleh om-om yang terlihat kaya dan om itu menaikkan kedua matanya diikuti dengan senyuman nakalnya (yang membuat Azka mau muntah). Saat itu juga mood Raka yang tadinya benar-benar buruk karena selalu disalahkan pelatih, langsung terbahak-bahak sampai dengan terpaksa Azka yang membawa motor menuju tempat latihan.
"GILA! GILA!" Raka masih tidak habisnya tertawa di samping Daffa yang terkadang juga tertawa tidak enak menanggapi teman anehnya itu. Sambil memegang perut dan mengusap air matanya, Raka berkata; "UDAH LAMA GUE GAK SEBAHAGIA INI HUAHAHAHHAHA!!!!"
Sedangkan dua manusia yang menjadi pelampiasan mood Raka, yang tadinya hanya memasang tampang gak peduli, karena mendengar suara tawa Raka yang membahana ulala, akhirnya ikut tertawa.
"Eh tapi beneran, Ka, gue bete gila waktu dicolek ama tu pedo terus dibilang 'halo manis, sewa perjam ga?' kayak ihhh, GUE MERASA KAYAK CABE MURAHAN TAU GAK SIH?!" akhirnya Azka angkat bicara, dan itu membuat tawa Raka makin menjadi-jadi. Pemuda yang mengenakan sweater abu-abu dengan tulisan Tu As Probleme? itu malah memukul-mukul pahanya sendiri saking nikmat tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ i ] Raka and Daffa
Teen Fiction✎ aur's "gue normal, gue normal, gue normal!" - daffa [boy and boy series : 1st book] copyright © auraha 2015-2017