Seusai menikmati makan-tengah-malam, Daffa kembali ke mobil dengan senyuman yang tidak lepas dari wajah mereka.
Tadi ketika memesan makan, Raka masih menggenggam tangannya sampai kasir bertanya, Adeknya, mas? Atau, cimiwiwnya?
Yang membuat Daffa baper tingkat dewa adalah jawaban Raka. Anak itu dengan santai menjawab, bukan cimiwiw lagi, mas, tapi masa depan saya ini.
Yah, mengingat itu, Daffa makin tak kuasa menahan senyum. Dia memejamkan matanya dan menggigit bibir bawahnya untuk menyembunyikan senyum.
"Daffa? Woi!" Raka menepuk pundak Daffa agak keras, membuat Daffa terbuyar dari lamunannya dan sedikit terkejut.
Lalu, Daffa menatap Raka merajuk, dengan menggembungkan kedua pipinya. Salah satu alasan Daffa merajuk adalah Raka yang masih memperlakukannya sama seperti mereka masih berteman.
Daffa kan maunya lebih dari temen.
"Sini kunci mobilnya." ucap Daffa, dengan tangan posisi meminta.
Raka menatap tangan Daffa sejenak, lalu membalikkan posisi tangan mungil itu dan menciumnya. Entah apa yang dipikirkan Raka, tapi yang dia lakukan itu membuat pipi Daffa yang merah bukan main dan matanya yang melebar.
Kemudian, karena tidak tega (dan mau modus), Raka mendekat dan menenggelamkan Daffa di pundaknya. Dia memeluk Daffa sangat kuat dan mengacak rambut Daffa. "Maaf ya, Dapa cayangkuh. Malem ini biar aku yang bawa. Sekalian kita balik ke penginapan."
Sebenarnya Daffa luluh, tapi dia tidak terima kalau hanya dirinya yang merasa baper.
Gue harus bikin Raka baper juga. Kata hatinya kemudian tertawa jahat. Padahal Daffa sama sekali tidak tau cara membuat Raka baper.
Dan lagi, anak itu memakai 'Aku'. Diulangi, AKU. Daffa ingat betul terakhir kali Raka memakai kata aku itu kelas 4 SD, dan sekarang dia melakukannya lagi.
Jadi, sekarang Daffa berbalik badan dan melipat kedua tangannya di dada, berpura-pura ngambek sama Raka.
"Daffa? Kok aku dikacangin sih?" ujar Raka dengan nada 'kecewa'nya.
Mendengar itu membuat Daffa senyum-senyum sendiri, sebenarnya. Tapi dia harus tetap melakukan sesuatu untuk membuat Raka baper.
Kan tidak adil, kalau hanya dia yang dibikin baper.
"Daffa????" panggil Raka lagi, kali ini dengan nada agak manja.
Lalu Raka memanggil namanya beberapa kali dan mulai mengambil tangan kanannya dan diayunkan kanan-kiri, seperti anak kecil membujuk orangtuanya untuk membeli mainan baru.
"Daffaaa~~~" suara itu terdengar makin manja, dan tangan Daffa makin diayunkan ke kanan-kiri.
Tak lama, Raka berhenti. Daffa langsung mengambil tangannya dan kembali melipatnya di dada tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Cium nih?" ujar Raka akhirnya, setelah caranya membujuk Daffa tadi tidak mempan.
Raka pasti mencoba untuk membuatnya baper lagi. Oh, tidak bisa. Lagipula, Daffa tidak berpikir kalau Raka berani menciumnya di depan McD----
---oh, dia salah.
Daffa tidak terlalu tau apa yang terjadi, tapi dia merasa ada benda kenyal di bibirnya. Saat dia melihat ke depan, terlihat Raka tengah menutup matanya nikmat.
Dan akhirnya, selalu gue yang baper karna sikap dia.
Dan setelah itu, keduanya melanjutnya apa yang harus mereka lakukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
[ i ] Raka and Daffa
Teen Fiction✎ aur's "gue normal, gue normal, gue normal!" - daffa [boy and boy series : 1st book] copyright © auraha 2015-2017