chapter 10

20K 2.1K 113
                                    

Ini adalah pagi pertama setelah keberangkatan tim ke luar kota untuk turnamen yang entah apa namanya, juga pagi pertama setelah kehebohan yang dialami Daffa karena disebabkan oleh dirinya sendiri. Yah meskipun sudah melalui hari panjang kemarin dan mengalami flu berat, setidaknya pagi ini Daffa tidak merasa sakit lagi seperti kemarin. Tenaga anak satu itu memang baja.

Tapi tentu saja, badannya masih terasa remuk. Semua orang juga tahu berlari sejauh--- ah, itu sudah tidak penting lagi. Daffa selalu membahas masalah itu lagi dan lagi seolah memang itu yang membuatnya sakit. Tapi lihat sisi positifnya... um, dia bisa sekamar dengan Raka. Yah meskipun memang masalah itu yang membuat Daffa mati rasa sekaligus remuk diwaktu yang sama.

Daffa merasa kalau ada seseorang yang menyenggol punggungnya, tulang dari punggung itu akan langsung patah berhamburan. Belum lagi betis Daffa yang sepertinya akan keras sekeras batu. Hm, sepertinya Daffa memang hanya bagus dalam teori, tidak dalam praktek. Kalau diingat-ingat, apa yang dilakukan Daffa kemarin itu termasuk ketidakmungkinan SMAN 6 karena seriously, sejak kapan seorang ketua osis dapat berlari sejauh itu? Untuk berlari dua keliling lapangan utama saja membuat Daffa sesak napas.

Hm... kekuatan apa yang membuat Daffa kuat sampai berlari sebanyak 5 kilo?

Karena masih merasa pegal-pegal, Daffa memutuskan untuk masih bertahan dengan posisi sekarang ini sejak bangun tidur. Namanya memang bangun tidur, tapi mata dan tubuhnya sama sekali tidak bergerak. Bisa dibilang, Daffa hanya mengalami pengembalian roh dan belum sepenuhnya sadar. Ya, tidak biasanya Daffa mengalami itu. Biasanya Daffa selalu bangun pagi untuk persiapan sekolah.

Merasa kebas dengan posisi sekarang (menghadap kanan dan tidur di suatu benda yang sepertinya bukan bantal), Daffa mencoba ganti posisi tanpa mematahkan tulang punggungnya. Perlahan ia memajukan tubuhnya lalu bersiap untuk membalikkan badan. Alih-alih berbalik, Daffa malah menubruk suatu benda. Sesuatu yang padat, dan agak keras. Sesuatu yang sepertinya menyatu dengan benda yang menjadi alas kepalanya daritadi.

Dengan malas Daffa membuka matanya dan betapa terkejutnya dia melihat Raka dengan jarak kurang dari 5 cm yang sedang tersenyum senang. "Wah wah, kayaknya ada yang tidur nyenyak nih." goda Raka dengan seringai kecil yang terlihat lucu dengannya sekarang. Ciri khas Raka; selalu bangun dengan rambut acak-acakan dan muka bantal. Menyeringai dengan muka bantal tidak akan membuat Daffa kesal.

Hanya saja Daffa merasa terkejut dengan jarak mereka yang sangat dekat. Lantas pemuda berambut kecoklatan itu mendorong Raka. Tapi bukan Raka yang jatuh, malah Daffa yang terdorong ke belakang. Ah, kenapa kejadian aneh seperti ini terjadi di pagi hari? Bisa-bisa mood Daffa akan hancur seharian.

Ketika Daffa meringis kesakitan, dia melihat sebuah tangan panjang mengulur padanya. Daffa mendongak, mendapati Raka dari atas kasur dengan senyuman paginya. "Se~la~mat~ pagi~ princessku~" ucap Raka dengan nada yang dibuat-buat seraya membantu Daffa berdiri.

Ah, panggilan itu. Sudah sangat lama sejak terakhir kali Raka menggunakannya. Dulu Daffa sangat benci saat Raka memanggilnya seperti itu, tapi kenapa sekarang malah kebalikannya?

"P-pagi." jawab Daffa gugup dan itu membuatnya mengumpat dalam hati. Seperti, bisa-bisanya dia melakukan hal bodoh dan sampai gugup hanya membalas ucapan selamat pagi dari manusia dungu yang sudah bersamanya selama 15 tahun. Daffa tidak tahu efek perasaan barunya berdampak besar dalam hubungannya dengan Raka.

Suara pengering rambut yang tadi terdengar sekarang sudah berhenti. Sebenarnya Daffa tidak perlu repot-repot melihat si pemakai karena dia ingat semua yang terjadi malam tadi. Tentu saja dia ingat kalau teman sekamarnya kali ini bukan hanya Raka, tapi juga Arima. Dan seingat Daffa, temannya yang sangat disiplin itu bukan tipikal pencemooh jadi--

[ i ] Raka and DaffaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang