Bu, ada begitu banyak hal yang menakutkan di dunia ini. Rasa takut saat mencoba hal-hal baru. Rasa takut akan keramaian, kegelapan, rasa kecewa, sakit dan berbagai ketakutan lainnya. Namun, yang paling besar adalah rasa takut akan kehilanganmu bu.
***
Aku benci pasar. Aku benci keramaian. Aku benci melihat kerumunan manusia berisik dan tak sabaran itu saling berimpit, berdesak pada ruang yang nyatanya tak seharusnya diisi dengan kapasitas yang begitu banyak. Aku benci tiap lenguhan mereka, ditambah campuran aroma keringat dan amis yang membuatku makin pusing.
Saat itu umurku baru hitungan lima jari. Untuk pertama kalinya aku melepas genggaman hangat itu. Aku berpaling melihat sekitar yang ramai dan sesak. Aku sendirian, tidak ada ibu. Aku panik. Aku menangis dan memanggil namanya berkali-kali. Tapi tak ada yang peduli. Semua sibuk berlalu lalang. Aku lelah, duduk bersandar di sudut sebuah lapak--entahlah sambil memeluk lutut ketakutan.
Saat itu, aku takut setengah mati. Takut tak dapat melihat ibu lagi. Takut tak dapat mendengar suara syahdunya lagi. Takut tak dapat merasakan hangat pelukannya lagi.
Aku menangis dalam doaku. Berharap siapa saja mau berbaik hati untuk menolong.
Kemudian Engkau mendengar doaku, dan mengirim malaikat penolongmu.
Gadis yang kira-kira seumuran denganku. Mengenakkan gaun biru muda dengan rambut dikepang dua. Ia menarik lengan seorang wanita yang kuyakini adalah ibunya, menunjukku yang sedari tadi menangis tersedu-sedu.
Mereka menghampiriku. Aku bergetar terus menyebut nama ibu, ibu, dan ibu. Kemudian sosok yang kuyakini adalah ibu dari gadis itu, membungkuk lantas meraihku kedalam pelukannya yang menenangkan. "Tak apa..kau akan bertemu dengan ibumu." bisiknya lembut, penuh kehangatan.
Malaikat itulah yang akhirnya dengan kemurahan hatinya, mempertemukan aku dan ibu, ia melaporkan kepada petugas yang lantas memanggil nama ibu melalui pengeras suara.
Sesaat kemudian, Ibu datang, memelukku erat, bibirnya bergetar mengucapkan syukur.
Gadis itu tersenyum, memamerkan deretan gigi kelincinya yang lucu. Lantas ia berbalik dan meninggalkan kami. Ibu berusaha menahan agar mereka mau dijamu di rumah sebagai ucapan terima kasih. Tapi mereka bersikukuh menolak. Aku menatap lekat wajah gadis itu, wajah ibunya. Wajah para penolongku yang takkan pernah kulupakan. Aku teliti tiap incinya, kucamkan di memoriku lekat-lekat.
Tunggulah, suatu hari nanti. Jika takdir mempertemukan, akan ku balas kebaikan itu tanpa hingga. Kebaikan kecil yang amat sangat berarti bagiku.
***
Tahun berlalu dengan cepat namun kejadian itu masih saja tersimpan lekat di benakku. Aku masih saja tidak pernah terbiasa dengan keramaian. Aku lebih suka menyendiri, membaca ataupun bercerita dengan teman - teman imajinasiku.
Aku sekarang duduk di kelas 1 SMA. Aku tak terlalu suka bergaul dengan banyak orang sebab sendiri saja sudah cukup bagiku. Aku lebih senang belajar dalam diam dan memperhatikan lamat - lamat.
Sebagian teman - temanku menganggapku anak aneh karena aku sering melamun di sekolah. Ah lebih tepatnya bukan melamun, tapi berdiskusi. Ya, aku berdiskusi dengan diriku sendiri, aku berdiskusi dengan alam dan terkadang aku berdiskusi dengan hewan peliharaanku di rumah.
Aku tidak aneh, mereka saja yang tidak mengerti. Bagiku jauh lebih menyenangkan berkomunikasi dengan angin ataupun pepohonan di luar sana, sebab mereka tak pernah marah ataupun mengejekku. Mereka menghargai pendapatku.
Tidak, aku tidak gila atau semacamnya. Jika kalian mau sebentar saja menarik napas lalu memperhatikan, alam dan hewan itu sesungguhnya bisa berkomunikasi dengan manusia. Jika kalian memahami bahasanya, sungguh kalian takkan pernah merasa kesepian di manapun kalian berada. Pohon, rumput dan tumbuhan lain yang tak bisa bicarapun sesungguhnya memiliki bahasa mereka masing - masing.
Saat itu istirahat berlangsung lebih lama dari biasanya sebab guru - guru tengah mengadakan rapat. Siswa kelas 12 tampak sangat senang karena mereka sudah terlalu jenuh dipaksa masuk lebih cepat dan belajar lebih lama dari angkatan lainnya untuk persiapan ujian akhir.
Aku duduk di bangku taman belakang sekolah yang cukup asri dan nyaman sambil memakai earphone yang sebenarnya tidak memutar lagu sama sekali. Aku terlalu sibuk dan tenggelam mengamati sekitar sampai - sampai aku tak sadar ada seseorang yang sedari tadi duduk di sebelahku.
"Alfa kan?" suara yang kuyakini adalah suara seorang gadis membuatku menoleh seketika. Aku terkejut, ia memang seorang gadis tapi aku tak mengenalnya sama sekali. Bagaimana bisa ia mengetahui namaku?
Aku langsung berdiri dan beranjak pergi namun suara gadis itu kembali menghentikanku. "Maaf kalau kamu merasa terganggu, sebaiknya aku saja yang pergi." Gadis itu tersenyum yang membuatku tertegun beberapa saat sampai akhirnya aku melanjutkan kembali langkah kakiku meninggalkannya dengan tatapan serba salah.
Aku berjalan menuju ke kelas, namun anehnya gadis itu malah membuntutiku di belakang. Aku menoleh dan seketika langkahnya terhenti. "Kamu mau apa?" sebagai laki - laki aku memang tak pandai berbasa - basi.
Gadis itu terlihat salah tingkah. "A..aku cuma mau berteman sama kamu kok..ss..soalnya kamu itu--"
Aku memotong kalimatnya dengan cepat. "Aku gaperlu teman, lagipula orang - orang bilang aku aneh, kalau kamu mau berteman sama aku gara - gara kasihan lebih baik tidak usah." Raut wajah gadis itu memerah seketika, tidak menduga aku akan memberikan jawaban seperti itu."Aku nggak kasihan sama kamu! kamu ituu..kk..kamu itu unik makanya aku..makanya aku..Ah sudahlah" gadis itu pergi dan melemparkan tatapan kesalnya padaku yang sebenarnya terlihat sedikit kekanak - kanakan.
Aku terdiam. Mematung memandangi punggungnya yang kian menjauh.
Oh ibu, hari ini ada seorang gadis yang entah darimana datangnya muncul tiba - tiba. Di saat yang lain sibuk memanggilku 'anak aneh', justru dia memanggilku dengan sebutan 'unik'. Di saat yang lain berlari menjauhiku, justru dia berjalan mendekatiku dengan ramah. Tapi aku justru menolaknya ibu, aku tak bisa memercayainya. Haruskah aku percaya bu? Haruskah aku mempercayainya?
===
Haiii maaaf updatenya lama banget, gue belakangan lagi belajar tentang EYD sama tata bahasa yang lainnya lewat novel wkwkwk. Biar kedepannya bisa berkarya yang lebih baik lagi. gue tunggu yaa masukannya di comment biar bisa lebih baik lagi.
Makasih buat yang udah baca.
Jangan lupa di Vomment ;)ttd. AlviannaBelle
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Centauri
Short Story"Kau tau Alfa, mengapa langit malam terlihat begitu indah? sebab ada jutaan bintang yang menghiasinya. Bintang-bintang itu letaknya amat sangat jauh, kecil saja, namun mampu melahirkan jutaan syair-syair nan indah. Kau adalah salah satunya nak. Berb...