Epsilon - (Maukah kau berbagi luka?)

1.1K 107 10
                                    

"Kamu tahu mengapa aku mengenalkanmu pada Key? Yang sebenarnya juga menjadi alasan pertemuan kita?"

Itulah kalimat pembuka Airin setelah kejadian beberapa hari lalu yang amat sangat membingungkan bagi Alfa.

"Al, bagiku dunia tak pernah adil. Tak seharusnya Key mengalami hal itu. Mangapa tidak aku saja? Atau laki-laki brengsek yang berani-beraninya menabrak Key."

"Hidup Key amat sangat indah sebelum kejadian naas itu. Ia punya mimpi yang besar serta kehidupan yang menjanjikan. Kau tahu Al?Key amat sangat pandai melukis. Ia memiliki cita-cita yang besar dengan lukisannya, berbeda denganku yang hanya mampu menguasai pelajaran di bidang tertentu."

"Key hampir saja ikut ajang pameran bersama seniman berbakat di Australia yang tak sengaja melihat Key melukis saat kami berlibur di Bali. Key mencintai hobinya lebih dari apapun Al, bahkan baginya lukisan itu bukan hanya sekadar hobi melainkan hidupnya."

"Kejadian itu merenggut segalanya, meski Key bisa saja memamerkan karya lukisannya yang memang sudah jadi untuk ikut pameran itu, namun Key menolak. Ia tak mau menyakiti dirinya, untuk apa dipamerkan toh dia sendiri tak bisa melihat."

"Itulah mengapa aku pikir dunia ini tak adil Al. Akan lebih baik jika aku yang mengalami hal tersebut, toh aku tak bisa melukis seperti Key. Atau mengapa tidak orang yang brengsek itu saja yang mengalaminya? Key bahkan jauh lebih membutuhkan mata ini dibanding aku membutuhkannya."

"Kau tahu, sejak kejadian itu,
berhari-hari Key hanya bisa menangis putus asa di ranjang rumah sakit. Namun disinilah penjelasan pentingku yang akan menjawab pertanyaanmu belakangan ini."

"Aku turut berduka atas kepergian ibumu Al," Kali ini Ai berusaha mengatakan dengan se hati-hati mungkin agar tak menyinggung Alfa.

"K..kamu tau dari mana?" Alfa tercekat. Ia selalu sedih jika membicarakan hal itu.

"Waktu itu, waktu kamu amat sangat terpukul karena kepergian ibumu, waktu kamu menangis sedih saat kehilangan ibumu, Key berhasil bangkit dari keputus asaannya. Ia yang tadinya tak memiliki semangat hidup sama sekali, justru malah berusaha untuk membantumu agar kembali hidup. Key tahu kau jauh lebih sakit dari pada dia. Sebab itulah aku mencarimu. Sebab itulah aku berusaha menemuimu."

Alfa tak bisa berkata-kata. Ia tak tahu apa yang ada di pikirannya saat ini, ia jelas selalu sakit jika mengingat kembali kematian ibunya seminggu yang lalu. Ia belum bisa menerima seutuhnya.

"Tentu saja Key merasa amat senang bisa menemuimu Al, ia sangat ingin berbagi rasa sakit itu bersamamu. Aku tahu kau amat sakit kehilangan orang yang kau cintai, begitu juga Key yang kehilangan impiannya. Aku dulunya takut jika aku mengungkapkan hal ini, kau akan menjauh dan tak mau berteman denganku lagi. Bahkan mengecewakan Key. Tapi kau jugalah yang telah mempertanyakannya hingga aku harus menceritakan semuanya. Kini pilihan ada di tanganmu Al."

"Kau berhak merawat sakit itu sendiri, namun akan lebih baik jika kau mau berbagi dan merawatnya bersama-sama. Jika kau mau, Aku dan Key akan menjadi sahabatmu. Kita bangkit bersama-sama, menertawakan takdir buruk yang sungguh telah salah dalam memilih tuannya. Kita akan melawan takdir itu dengan cara yang indah."

"Jadi..maukah kau berbagi luka itu,"

Alfa menatap gadis itu lekat. Ia sedari awal hanya ingin sendiri, namun dalam hati kecilnya, ia merasa memang butuh seseorang untuk berbagi. Matanya mulai berkaca-kaca, namun sebagai lelaki ia tak ingin menangis. Lantas ia mengangguk, memberikan senyum tulus pada gadis itu.

~

Alpha CentauriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang