Gamma

1.7K 134 16
                                    

Gadis kecil itu menghampiriku, ia tersenyum sambil memamerkan deretan gigi kelincinya. Rambutnya berkepang dua. Gaun biru muda yang dipakainya membuatnya terlihat sangat cantik. Matanya memancarkan ketulusan, kulihat tangan kecilnya berusaha meraihku, namun di saat tangan kecil itu sempurna terulur ke arahku, tiba-tiba aku mendengar sebuah ledakan. Orang - orang di sekitarku berlari dengan panik, kulihat tubuh gadis kecil itu menjauh ditarik oleh seseorang yang tak dapat kukenali dengan jelas. Aku berusaha memanggilnya dan tiba-tiba aku tersadar. "Hanya mimpi," gumamku.

Keringat dingin membasahi sekujur tubuhku, kulirik jam dinding, sudah pukul setengah lima. Aku menghela napas perlahan. Kenapa pula aku bisa tiba-tiba mimpi tentang gadis itu? Sebelum aku sempat menjawab pertanyaan yang nyatanya kutanyakan pada diriku sendiri, suara ibu yang berteriak dari luar kamarku membuatku harus segera bersiap ke sekolah.

***

Hari ini seperti biasa setelah jam pelajaran usai, aku melangkah menuju taman belakang. Sesampainya di sana ada sesuatu yang berbeda dari biasanya. Aku melihat gadis yang menyapaku kemarin tengah duduk mengamati sekitar, ia terlihat tersenyum-- jika aku bisa menyimpulkan bahwa itu adalah sebuah senyuman, sebab matanya terlihat sendu.

Aku menghampirinya, gadis itu terlihat sedikit terkejut namun ia kembali menatap lurus ke depan. "Hmm..boleh aku duduk di sini?" tanyaku. Gadis itu mengangguk samar. "Maaf kalau kemarin aku bersikap tak baik padamu, hanya saja agak sulit bagiku mempercayai orang baru." gadis itu tak menunjukkan reaksi apapun. Aku memutuskan untuk menghiraukannya dan mengeluarkan earphoneku.

"Menurutmu, apakah dunia ini adil?" gadis itu bertanya sambil menatapku, aku sedikit terkejut melihat matanya yang sedikit sembab. "Hmm..tidak juga." aku mengalihkan pandangan, sedikit gugup. "Bagiku, dunia ini tak pernah adil, orang - orang baik selalu saja tertindas dan kejahatan selalu menang." gadis itu berkata dengan suara yang bergetar.

"Kau salah, dunia memang tidak pernah adil, tapi Tuhan Maha Adil, orang-orang jahat sampai kapanpun takkan pernah menang, kalaupun di dunia ini dia menang itu hanyalah fatamorgana, karena kelak waktu akan membalikkan semua yang telah ia perbuat padanya, setidaknya begitulah kata ibuku." gadis itu tersenyum tipis. "Ternyata memang benar, kau anak yang baik Al." sebelum aku sempat mencerna kalimat itu, gadis itu tiba-tiba saja mengalihkan pembicaraan.

"Lucu sekali..kau bahkan belum tahu namaku, aku jadi terlihat seperti penguntit kan di matamu?" ia tertawa, cepat sekali moodnya berubah. "Namaku Airin, panggil saja aku Ai. Jadi kau mau berteman denganku kan?" ia mengulurkan tangannya padaku. Aku melihat sekilas matanya, ada ketulusan di sana, kukira dia tak berbohong. "Ehm..ba..baiklah, tapi sejujurnya aku tak yakin." gadis itu tersenyum lebar. "Sudah, percaya saja."

***
Hari - haripun berlalu sejak aku mengenal Airin. Kini aku mulai mempercayainya, lagipula dia bisa dikatakan satu-satunya orang yang bertahan berteman denganku selama ini. Dia selalu tertawa di depanku namun jauh di dalam matanya aku yakin ada kesedihan dan keraguan yang besar tersimpan di sana.

"Ai..kamu yakin kan kalau aku ini temanmu?" tanyaku pada suatu pagi yang berkabut. "Kamu bicara apasih Al, tentu saja. Bahkan kamu itu sudah kuanggap sahabatku sendiri Al." gadis itu menatapku heran.

"Kalau begitu, mengapa kamu menyembunyikan sesuatu dariku Ai? Kamu tahu, aku memang tak pernah punya banyak teman, tapi aku memiliki kebiasaan yang berbeda dengan orang kebanyakan. Aku lebih suka memperhatikan dan dengan itu aku paham apa saja yang terjadi. Selama ini, aku tak pernah melihatmu bahagia. Kau terlihat seperti berusaha menutupi sesuatu."

"Maksud kamu apa Al? Aku sama sekali tidak menyembunyikan apapun." gadis itu terlihat gugup.

"Bohong, aku tau. Mata kamu gak bisa bohong. Kalau masih mau berteman denganku, ceritakan. Jika tidak, aku menganggap kamu tak mempercayaiku dan jangan pernah datang lagi padaku." aku memang tak suka berbasa-basi dan mengulur-ulur waktu.

Gadis itu terlihat bingung dan serba salah. Ia menghela napas berat. "Baiklah, aku akan memberitahumu. Kamu ingatkan hal pertama yang aku tanyakan padamu dulu?"

"Ya, kamu bilang dunia gak adil kan?" jawabku. "Ya..bagiku dunia akan selalu begitu Al, itulah sebab aku mengenalmu. Itulah sebab aku memberanikan diri menyapamu untuk pertama kalinya. Aku menunggu dan selalu menunggu untuk saat seperti ini, namun kupikir masih terlalu cepat rasanya untuk memberitahukan padamu, sebab kamu sendiri masih belum sepenuhnya percaya padaku."

Aku mengernyitkan dahi, tak mengerti maksud dari perkataannya. "Sore nanti, aku akan menunjukkan sesuatu padamu, pastikan kau tak punya janji dengan siapapun." aku mengangguk mengiyakan.

***
Sore harinya, aku dibawa ke suatu tempat. Sebuah sekolah bagi orang yang berkebutuhan khusus. Aku melewati lorong-lorong kelas hingga sampai di sebuah taman kecil. Di situ, kulihat seorang gadis tengah duduk memunggungiku. Ai memberi isyarat agar aku menghampirinya. Belum beberapa langkah aku menghampirinya, gadis itu menoleh. "Siapa di sana?" wajahnya terlihat takut. "Ini aku Key." jawab Airin. Gadis itu menghela napas lega. "Aku bawa seseorang Key, orang yang belakangan sering kamu tanyain."
Mata gadis itu membulat. "S...siapa Ai?." gadis itu melangkah mendekatiku, ia terlihat seperti mencium sesuatu.

"Alfa? Kamu Alfa kan?"
Sontak aku terkejut dan tak percaya. Gadis ini mengenalku?bahkan hanya melalui bauku. Belum habis rasa penasaranku, tiba-tiba gadis itu mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong celananya. Sebuah gantungan kunci yang terbuat dari tanah liat atau entahlah, berbentuk seperti sebuah dadu yang kuyakini adalah buatannya sendiri.

Gadis itu menyerahkan gantungan itu padaku. Ia sedikit membungkuk. "Terima kasih Al, sungguh terima kasih. Aku berhutang banyak padamu."

Aku menerimanya ragu. Aku tak mengerti apa yang gadis ini katakan. Berhutang banyak?maksudnya apa? Kenal saja tidak. Apa maksud gadis ini? Ini benar-benar sebuah lelucon bagiku. Aku masih tak dapat menemukan benang merah antara hal yang ingin ditunjukkan Ai, gadis ini dan hal apa yang aku lakukan sehingga ia begitu berhutang padaku?

***

Oh ibu, sungguh kau benar. Hidup ini menyimpan sejuta misteri. Aku benar-benar penasaran, sama penasarannya saat aku menunggu akhir dari dongeng yang sering kau bacakan dulu.

~

Alohaa...maap yaa..mungkin bagian ini agak sedikit absurd dan pastinya banyak yang gantung alias penuh tanda tanya..huwahaha. Tapi aku sengaja bikin gitu supaya pembaca jadi penasaran dan nunggu updatenya. Hihihi *ketawa licik* xD

Jadi key siapa ya?Ai kenapa? Alfa kayaknya femes banget yaa..huwahaha
Jangan bosen yak bacanya..kalau bisa di Vomment. Aku butuh saran  kalau pembaca gak suka bilang aja T^T)9 Aku gabakal gigit kok palingan nyakar..huehehe gadeng boong. Tolong kritik sama sarannya yaa. Hehehe

WW.
AlviannaBelle

Alpha CentauriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang