Delta

1.1K 108 9
                                    

Gadis itu terbangun dari mimpi buruknya. Baginya semuanya sama saja--pemandangan saat ia membuka dan menutup mata. Gelap, tak ada yang spesial. Ya, gadis itu buta total. Baginya dunia hanya hamparan kegelapan sejauh mata memandang.

Pagi ini ia melangkah keluar dengan malas, saudara perempuannya sudah sedari tadi berteriak dari arah ruang makan--memanggilnya untuk segera sarapan. Gadis itu tak perlu dituntun. Ia hapal tiap sudut dan lekuk rumahnya, ia amat sangat benci bila harus dituntun.

"Key..hari ini, sepulang sekolah ada yang ingin aku tunjukkan" itu suara Ai, saudara perempuannya.

"Hmm ada apa Ai? aku sedang malas kalau mau kamu ajak jalan-jalan" 'Bukankah ia tak bisa melihat apa-apa?hanya hitam pekat, apa pula yang hendak ditunjukkan oleh saudaranya itu.' Batin Key.

"Sudah..pokoknya kamu tunggu aku pulang dulu, jangan kemana-mana. Aku sudah bilang sama mama kalau kamu nanti pulangnya sama aku" balas Ai.

Setelah selesai sarapan, gadis itu mengantar saudaranya hingga ke depan pintu pagar, lantas melambaikan tangan--meski ia tak tahu persis di mana posisi saudaranya itu saat ini.

***

Gadis itu menunggu saudaranya di sebuah taman kecil favoritnya. Ia menikmati embusan angin yang membuai sambil memainkan gantungan kunci yang selalu ia bawa ke mana-mana. Beberapa saat kemudian, ia mendengar langkah kaki tak begitu jauh dari tempatnya berada. Pada awalnya ia yakin bahwa langkah kaki itu adalah milik Ai, saudara perempuannya. Namun, gadis itu tampak ragu karena langkah kaki yang didengarnya bukan hanya satu, melainkan dua orang.

"Siapa di sana?" gadis itu memasang wajah penuh siaga. "Ini aku Key," Gadis itu mengembuskan napas lega begitu ia mendengar suara saudaranya, Airin. "Aku membawa seseorang Key, yang belakangan sering kamu tanyain,"

Gadis itu tergagap. Siapakah dia?mungkinkah laki-laki yang ia cari sejak kejadian seminggu yang lalu?

Gadis itu mencoba mendekatinya, menajamkan segala indra yang dimilikinya untuk mengenali sosok tersebut.

Gadis itu terkejut mendapati aroma itu. Tidak salah lagi, pikirnya.

***

PRANG!!

Suara gelas pecah mengangetkan wanita paruh baya yang tengah tertidur kelelahan dan seorang remaja yang tengah asyik membaca buku. Belum sempat keduanya merespon kejadian tersebut, kembali keduanya dikagetkan dengan bunyi nampan aluminium yang jatuh menimpa lantai.

"K..key..kamu kenapa Nak? ada apa? Kalau kamu perlu sesuatu tinggal bangunkan mama atau minta bantuan Ai," wanita paruh baya itu berkata lembut seraya memeluk gadisnya yang terbaring di ranjang rumah sakit.

"Key bisa sendiri Ma, Key tidak ingin menyusahkan," gadis itu berusaha melepas pelukan wanita tersebut, ia mulai terisak. Saudara kembarnya menatap prihatin seraya mengumpulkan bekas pecahan gelas di lantai.

"Key sudah tidak berguna lagi!! Mengambil minum saja tidak bisa! Untuk apa hidup jika hanya merepotkan orang lain?tidak bisa apa-apa?" Gadis itu terisak, ia tak tahu ekspresi orang-orang yang ada di ruangan itu, bahkan ia tak tahu siapa saja yang ada di sana. Ia hanya bisa mendengar helaan napas panjang yang terasa amat menusuk relung hatinya. Gelap. Gelap. Gelap.

"Jangan begitu Key, Tuhan masih sayang sama kamu, makanya kamu masih diberi kehidupan yang panjang. Kamu tidak menyusahkan sama sekali Key, kami sama sekali tak keberatan jika Key ingin diambilkan minum atau apapun, Key..Key bertanya 'untuk apa hidup'? tidakkah Key berpikir akan seperti apa jadinya jika Key meninggalkan kami semua?" wanita yang dipanggilnya 'Mama' itu kini berusaha agar tidak terisak meski suaranya bergetar. Sementara, saudaranya menatap sedih sambil menyeka hidungnya yang kendat.

Gadis itu menangis, belum bisa menerima kenyataan yang ia alami. "Mengapa Tuhan begitu jahat sama Key? Mengapa Ia harus mengambil penglihatan Key?Mengapa tidak yang lainnya?"

Dua wanita lain yang ada di ruangan itu tak kuasa lagi menahan tangisnya, mereka bertiga berpelukan, tangisnya pecah.

"Tuhan gak jahat Key, sungguh pasti ada rencana terindah atas semua ini. Key harus percaya itu." Wanita itu membelai lembut rambut gadisnya.

"Key..kamu mau jalan-jalan? Ayo kita keluar dan cari udara segar," bujuk saudaranya. Gadis itu tahu bahwa saudaranya hanya berusaha untuk membuatnya kembali tenang, maka demi menghargai usahanya gadis itu menurut saja. Ai tersenyum dan membantu Key menaiki kursi roda.

Ai mendorong kursi roda Key melewati lorong-lorong rumah sakit menuju ke arah taman yang memang diperuntukkan bagi pasien yang butuh ketenangan seperti Key. Namun belum sampai di pintu keluar menuju taman, dari sebuah kamar terdengar tangisan hebat seorang pemuda.

"Ibuuuu jangan tinggalin aku buu.." pemuda itu berteriak amat sangat kencang hingga Ai tertegun dan berhenti mendorong kursi roda. Key juga terdiam mendengar suara itu. Laki-laki itu terus saja menangis. "Aku..aku berjanji akan selalu berbuat baik seperti yang ibu katakan, tapi kumohon jangan pergi bu.."

"Apa yang bisa ku lakukan jika tanpa Ibu? Dokter..kumohon bantulah..kau harus menyelamatkan Ibuku," Laki-laki itu menarik lengan dokter yang ada di sampingnya, yang ditarik hanya menghela napas prihatin.

"Sebaiknya kita pergi Key.." Ai hendak mendorong kursi roda Key, menjauh dari kejadian itu namun Key justru malah menahannya. Ia ingin mendengar lebih lama lagi, ia ingin tahu nasib laki-laki malang itu.

Beberapa saat kemudian, gadis itu tertegun sejenak. 'Astaga,,apa yang selama ini aku pikirkan? Bukankah aku seharusnya bersyukur masih diberi kehidupan?' batinnya dalam hati. Ia tak bisa membayangkan akan sesedih apa orangtua dan saudaranya kelak jika ia harus pergi, mengingat ayahnya sudah terlebih dahulu meninggalkan mereka.

Ternyata masih ada yang lebih menyedihkan dari Key, ia merasa malu karena telah marah pada Tuhan. Nyatanya laki-laki itu lebih malang nasibnya dari Key. Ingin sekali ia mengenal laki-laki yang malang itu.

Dua saudara kembar itu masih tertegun saat dokter dan perawat sudah sibuk membawa jasad itu keluar diiringi oleh laki-laki itu tentunya. Ia lewat begitu saja di depan Key dan Ai. Jaraknya terasa dekat, Key bisa mendengar langkah-langkah berat namun cepat itu. Dalam sepersekian detik ketika lelaki itu lewat dihadapan mereka, Key merekam dengan sempurna wangi lelaki itu, serta Ai merekam wajahnya lekat.

===

Holaa~~
Kepada para pembaca..mohon maaf sekali kalau updatenya lamaa..T_T)9
Jadi daripada author banyak bacot di sini, sebagai permintaan maafnya aku ngupload dua chapter sekaligus..jadi selamat membacaa^_^
Dan terima kasih sudah sabar menunggu(~^_^)~

Alpha CentauriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang