Chapter 9

1.2K 55 20
                                    

kematian Rachel membuat Delhi kalut dalam kesedihan mendalam. Hatinya seperti tersayat beribu pisau, hatinya remuk dan hancur, dia merasa kesialan sudah melekat pada dirinya. Hari ini adalah hari pertamanya sekolah tanpa Rachel di sampingnya. Ia ingat kata-kata terakhir Rachel yang menyuruhnya pergi ke loker dan memeriksanya, alhasil saat pulang sekolah ia pergi ke loker untuk mengeceknya. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti karena melihat Dean yang sudah tak sadarkan diri di lantai depan lokernya.

"Dean bangun" kata Delhi. Namun Dean tak kunjung membuka matanya, Delhi tak kehabisan akal. Ia segera menelpon ambulan untuk membawa Dean.

***

Delhi sudah menunggu lama sejak kedatngannya di rumah sakit, tiba-tiba dokter keluar dari kamar perawatan Dean dengan wajah sedih.

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" Tanya mama Dean yang juga sudah tiba di rumah sakit bersama yang lainnya.

"Maaf ibu, kami tidak bisa menyelamatkan anak ibu"jawab sang dokter.

"PAPA!! ANAK KITA PAA!!" teriak mama Dean histeris.

"Udah ma, yang sabar ini takdir tuhan" jawab papa Dean.

"Om, tante. Maafkan saya" kataku sambil menangis.

"Nggak papa, kamu nggak salah. Kami berterima kasih padamu sudah berusaha menolong anak kami" jawab mama Dean tulus.

"Iya nggak papa nak, terima kasih banyak" kata papa Dean.

***
"Pa, ma. Delhi pulang" kataku memanggil papa dan mama angkatku, orang tua mendiang Rachel.

"Sebentar nak mama bukakan pintu" kata mama.

"Haduh kamu kenapa? Kok nangis, lesu gitu, ada yang jahat?" Kata mama saat kami duduk di sofa.

"Ma, mama tau Dean kan?"

"Iya, kenapa?"

"Dean.. Dean.."

"Iya Dean kenapa? Yang jelas dong"

"Dean nggak ada ma, apa ini salah Delhi? Kenapa orang yang deket Delhi meninggal?"

"Ya Tuhan, Delhi ini sudah kehendak tuhan, ini bukan karena kamu"

"Yaudah ma, mama temenin Delhi bobok ya, Delhi lagi nggak mau sendiri" jawabku sambil menuntun mama ke kamarku.

***

Malam itu aku tidur dengan nyenyak, paginya sekolah mengizinkanku untuk tidak sekolah.

Kuturuni tangga rumahku, kulihat papa sudah penuh darah, dan mama sudah sekarat, kudekati beliau.

"Delhi cepat pergi, Victor membutuhkanmu" kata mama.

"Tapi ma."

"Cepat" aku berlari cepat mencari kendaraan, namun tak ada. Akhirnya aku memakai sepeda motor mama. Aku melaju menuju rumah kakVictor.

Aku sangat panik. Dan sampailah aku di rumahnya. Kulihat masih sepi.

Kuketuk pintunya, namun yang kudengar hanyalah suara gemuruh, dan disusul suara bentakan kak Victor. Tanpa pikir panjang, aku memasuki rumah kak Victor. Kutelusuri suara itu, dan ternyata suara itu berasal dari kamar kak Victor, dan kubuka kamar itu. Aku sangat terkejut karena ternyata di dalamnya sudah ada Richi yang membawa pisau dan sedang berusaha menusuk kak Victor.

"Astaga Richi apa yang?" Tanyaku sambil berteriak.

"Oh haha Delhi, kau untuk apa kemari? Apakah karena papa mamamu yang sok tahu itu?" Jawab Richi.

"KENAPA KAU MEMBUNUH MEREKA!!" teriakku.

"Haha kau ini, yang pertama. Rachel, dia terlalu mengetahui semuanya, dia sudah terlalu banyak tahu. Sedang Dean? Keparat itu hampir menyerangku karena mengetahui aku membunuh Rachel. Dan papa dan mamamu, kubunuh karena mereka menghalangiku mencarimu hahaa drama ini konyol" kata Richi.

"Lalu siapakah pelaku lainnya?"

"Haha Vee adalah partnerku membunuh, dia yang membantuku. Kau tau sebenarnya aku adalah Dominicus dan Vee adalah Marybeth." Jawab Richi.

Tiba-tiba Richi mencoba menusukkan pisau ke perut kak Victor. Reflek aku mencoba menjadi tameng untuk kak Victor, dan akulah yang tertusuk.

Jleb.

"Akhh" teriakku sambil memegang perutku yang sudah bersimbah darah.

"Delhii" teriak kak Victor.

"Kenapa? Kenapa kau? Aku tidak ingin kau mati. Aku, sesungguhnya aku mencintaimu" kata Richi.

"Kak..Victor..tetaplah..menjadi..dirimu..aku mencintaimu..selamanya" kataku putus putus.

"Ya Delhi aku juga cinta padamu, bertahanlah," kata kak Victor.
Dan semuanya gelap, sayup sayup kudengar kata kata Richi, bahwa dia akan menyusulku. Kemudian ada suara tusukan berulang kali. Sebenarnya siapa pembunuhnya? Aku tak tahu karena aku sudah berada di tempat yang damai.

BLACK DIAMONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang