Chapter 1

2.7K 74 0
                                    

Kukenakan kalung indah itu, tampak begitu sempurna melingkari leherku. Ayah dan ibu selalu memberikan yang terbaik buatku, mungkin karena aku anak tunggal mereka. Aku tidak memiliki adik maupun kakak, jadi aku terbiasa menyendiri.

Krekk..
Pintu kamarku terbuka pelan, mengagetkanku yang sedari tadi sedang bercermin.
"Kau terlihat begitu cantik Delhi" kata seseorang itu yang ternyata adalah Ibu.
"Terima kasih bu, kalung ini sangat indah. Aku sangat menyukainya"jawabku
"Tentu, itu kalung yang ibu pesankan khusus untuk putri ibu yang cantik ini"
"Berhentilah memujiku bu, aku takut akan terhempas ke awang-awang" jawabku sambil tersipu malu.
"Baiklah nak, tidurlah. Besok kau harus sekolah, ibu sayang padamu" kata ibu sambil mengecup keningku.

***

Matahari menyinari kamarku dengan bangganya, membuat mataku silau diterpa cahayanya. Kuambil handuk yang ada di dalam lemari, dan bergegas menuju kamar mandi.

***

Setelah mandi dan bersiap-siap menuju ke sekolah. Aku menuruni tangga menuju ruang makan untuk sarapan.
"Selamat pagi ayah, selamat pagi ibu" sapaku dengan ceria.
"Selamat pagi Delhi, bagaimana tidurmu? Nyenyak?"tanya ibu.
"Nyenyak bu, aku mimpi indah semalam, mungkin karena kalung ini"
"Kau bisa saja, yasudah lebih baik kau sarapan dulu"
"Selamat pagi Delhi, kau cantik hari ini. Ayah yakin banyak lelaki akan menyukai anak ayah ini" kata ayah.
"Ah ayah bisa saja"

Setelah selesai menghabiskan sarapanku, aku berangkat sekolah bersama ayah. Jarak sekolah dan rumahku cukup jauh dan aku yakin kakiku akan sakit bila berjalan kaki.
"Terima kasih yah, hati hati di jalan" kataku sambil mencium tangan ayah.
"Tentu sayang, berhati-hatilah, jangan bandel, dan ikuti pelajaran dengan seksama" jawab ayah. Aku hanya mengangguk dan kemudian menutup pintu mobil. Ayah mulai melaju dan kulambaikan tanganku.

Aku berjalan memasuki sekolahku yang cukup besar, kulangkahkan kakiku dengan semangat. Namun, saat kubuka kelasku ternyata masih sangat sepi, ralat bukan sepi tapi kosong. Kulirik alrojiku, sudah cukup siang, seharusnya sudah ada anak yang berangkat. Tak lama kemudian..
"Kejutan!! Selamat ulang tahun Delhi, semoga bahagia!!" Teriak orang banyak. Aku terkejut melihat mereka semua ternyata bersembuyi untuk memberikan kejutan ulang tahunku. Aku tersenyum bahagia.
"Terima kasih semua, kalian memang teman terbaikku" kataku hampir menangis. Menangis bahagia tentunya, ya sangat bahagia.
"Delhi, maukah kau menjadi kekasihku?" Kata Richi. Seorang yang aku kagumi selama ini.
"Apa kau mengigau?" Jawabku ragu.
"Tentu tidak bee, aku sangat mencintaimu"
"Ya tentu aku mau jadi kekasihmu"
Riuh tepuk tangan teman sekelasku yang menyaksikannya. Aku sangat bahagia dengan hari ini.

***
Seminggu kemudian..

Aku berjalan menyusuri koridor sekolah untuk mencari Richi, kekasihku. Aku pergi menuju taman sekolahku, dan betapa kagetnya aku melihat Richi sedang bergandeng tangan dengan seorang gadis. Hatiku hancur, sakit, seperti ditikam beribu pisau, dan tertusuk sejuta jarum. Tapi aku harus tetap tegar di depan Richi dan Sherli, gadis menjijikkan itu.

"Hai Richi, kekasih baru? Cantik sekali" sindirku.
"Ehm, Uhm, aku bisa menjelaskan ini bee" jawab Richi gugup.
"Apa? Siapa dia honey? Katanya kamu single" kata Sherli.
"Apa bee? Aku nggak salah denger? Kamu panggil aku bee? Hahah kau lucu sekali! Kalau aku kau panggil bee, lalu siapa dia? Bisa kau jelaskan?" Kataku penuh amarah.
"D-dia b-buk--" Richi terpotong.
"Maaf Richi, lebih baik kita sudahi hubungan kita, anggap saja kita tidak pernah kenal. Lagi pula aku tak sudi punya mantan kekasih SEPERTIMU!!!" bentakku. Aku berlari menuju kelas, kusimpan semuanya dalam hatiku, akan kuhempaskan semua bebanku di rumah nanti.

***
Bel sekolah sudah berdering, tandanya aku bisa pulang sekarang.
"Bee tunggu aku, aku bisa menjelaskannya" teriak Richi dibelakangku. Aku berhenti dan berbalik.
"Apa? Apa lagi yang akan kau jelaskan? Semua sudah jelas, kau sudah menyakitiku Richi. Hatiku remuk!! Kau tak tahu betapa aku mencintaimu! Bahkan ini baru seminggu!! Sakit Richi! Sakit!" Kataku tanpa bisa menahan air mataku lagi.
"Maafkan aku bee, aku tidak selingkuh darimu, dia hanya pengagumku" kata Richi sambil berusaha menghapus air mataku. Tapi, kutangkis tangannya kasar.
"Kamu nggak perlu minta maaf, kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi! Makasih semuanya Richi! Aku menyayangimu, tapi tak begini! Satu hal lagi, jangan panggil aku bee!" Bentakku, dan kemudian aku berlari keluar sekolah.
"BEE TUNGGU AKU, AKU TAK BISA BERPISAH DARIMU !! MAAFKAN AKU" teriak Richi pasrah. Tapi aku tak peduli, aku masih tetap berlari, rasanya hatiku penuh sesak karena sakit dan kecewa.

Aku masih berlari tanpa mempedulikan beberapa pasang mata yang memperhatikanku, aku tetap saja berlari untuk mencari taksi untuk pulang.

Bruk
Sepertinya aku menabrak seseorang, aku langsung berdiri dan mengulurkan tanganku, tapi dia menolaknya.
"Mmaafkan saya" suaraku masih bergetar.
"Dimana matamu! Main tabrak aja!" Bentak lelaki itu.
"Mmaafkan saya tuan"
"Lebih baik pergi sekarang sebelum aku marah!"

Aku masih menunduk menutupi mata sembabku, sepertinya ini memang hari sialku.

BLACK DIAMONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang