1.3: Es Teh Manisnya Dong Satu

682 49 34
                                    

"Hai Raka." ucapku sambil menghembuskan asap rokok ke wajahnya.

"Uhuk.. huk.." dia terbatuk saat menghirup asap rokok yang aku hisap sekarang.

"Gua kira siapa, ternyata lu. Btw akting lu bagus banget di kelas." Ucapku seraya masuk ke dalam warung dan mengambil dua botol vodka.

Aku melirik Raka dan Galang yang mengikutiku dari belakang, aku mengangkat bahu acuh karna Galang tak mengeluarkan kata sepatah pun. Mungkin dia sedang melakukan kebiasaannya, memandang motornya dari jauh.

Aku mengibaskan tirai yang menutupi tempatku, aku mendudukan diriku lagi di sofa tadi. Dua orang yang mengikutiku tadi pun mengeluarkan rokok, dan menghisapnya. Ozzy yang duduk disampingku dengan telaten membuka botol lalu meminumnya, tidak sampai habis karna kita berenam dan minumannya hanya dua jadi kita harus berhemat.

Apa aku sudah memberitahu sebelumnya bila kami ber-enam adalah murid dari kelas akselerasi yang masing-masing mempunyai piagam dan mendali olimpiade tingkat nasional? Sepertinya belum. Well, karena aku sudah mengucapkannya berarti kalian sudah tahu.

"Zy, lu bakal ikut olimpiade matematika tahun ini ya?" Tanyaku memecah keheningan.

"Iya, shit!"

"Kak Dicko." Panggil Raka yang membuat kami ber-empat mengalihkan pandanga kepadanya minus Galang.

"Hm? Ada apa?"

"Gua kan anak baru disini, gua cuman mau tau kenapa kakak disini dan disekolah berbeda?"

"..."

"Hahaha!" Tertawaku dan yang lainpun pecah minus Raka yang hanya menatap kami tidak percaya.

"Haha.. cukup..cukup yaampun perut gua sakit hahaha." Ardi berucap sambil memegang perutnya. Aku melihat Galang mengambil air dan memberikannya pada Ardi yang duduk di pojok ruangan.

"Ka Galang dan ka Ardi ternyata gay?" ucapan polos yang keluar dari mulut Raka membuat sang pelaku membelakan matanya.

"Najis!" Ucap mereka bersamaan.

"Hey boy, listen to me. Pertama mereka berdua bukan gay tapi homosexual."

"Dicko!" Raka menerjangku dengan memukul pipiku, yaampun ini sakit.

"Hahaha iya iya gua bercanda."

"Muka lu ga cocok buat bercanda. Iya gak?" Yang lain mengangguk setuju, bahkan bocah yang bertanya itu juga ikut-ikutan mengangguk. Sial.

"Terserah dah, yang penting mereka berdua bukan gay ataupun homosexual tapi homosapiens."

"Bangsat! Lu kira gua monyet kali."

"Emang lu kaya monyet Di."

"Jangan belain Dicko, dasar kue tar!"

"Nama gua Tarka bukan kue tar!"

Dimulailah perkelahian antara Ardi dan Tarka, kesibukan Galang dan Ozzy dengan menghabiskan satu botol yang kubeli bahkan aku belum sempat mencicipinya seujung bibirpun.

Aku pun berjalan keluar dan menyuruh bocah itu untuk menemaniku, dia hanya menganggukan kepalanya saja yang membuatku ingin menjadikan seperti mainan kucing yang sering ku lihat di toko emas. Ok lanjut ke cerita.

Aku mengajaknya untuk duduk di luar karna di depan warung ada bangku kecil yang bisa di tepati, aku masih terus merokok sambil menatap bocah yang melakukan hal sama sepertiku.

Padahal dia baru masuk SMA tapi sudah merokok, dasar anak nakal aku saja baru merokok saat tahun ajaran baru di tingkat dua (hanya berselisih satu tahun). Menurutmu apa alasan membuat bocah tengik ini harus mencoba hal semacam rokok? Ya Tuhan, aku harusnya berkaca sekarang.

Gua, Aku, dan SayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang