1.7: Atarka Funddren

689 35 21
                                    

"Ayo tuan Dicko, iklannya sebentar lagi akan selesai." Ucap produser yang memotong suasana cekam ini, aku mengangguk lalu dia kembali ketempatnya.

Mataku menatap lelaki itu sekali lagi, tersenyum kecut membayangkan retaknya belahan hatiku bersamanya.

"Gua ga sedih kok, tenang aja. Gua malahan bahagia, karena lu bisa bahagiain dia. Kecewa aja, persahabatan yang lu bikin sendiri malah lu hancurin sendiri. Jaga Bella yah..." setelah itu aku kembali duduk di tempatku.

Hatiku melongos saat mengulang perkataan terakhirku, jaga? Harusnya aku yang menjaganya, bukan orang lain, termasuk dia.

Terlihat mereka berdua saling diam setelah mendengar perkataanku, setelahnya lelaki itu pergi dan Bella kembali ketempat duduknya, di hadapanku.

"Bella, jangan menangis lagi, ku mohon..." lirihku, saat menangkapnya menangis dalam diam.

Kehidupanku, hanya bisa dirasakan bila bersamamu.

(~~~)

"Nih yang ini aja, manis buat kamu dek."

"Ini juga lucu, iya kan mah?"

"Eh kesana yuk, sepatunya keren-keren."

"Mama! Bella! Kemari!"

"Ayo ke lantai atas."

Sudah menjelang malam, bahkan sudah berjam-jam aku kesana kemari memutari mall untuk belanja.

Jangan tertawa! Baru sekali seumur hidup, aku mempunyai perasaan lebih terhadap wanita-jelas selain Mama. Sudah hampir lebih sepuluh kantong belanja yang aku bawa, sebenarnya aku sudah lelah tetapi kakiku masih memaksakan untuk terus berjalan.

"Kakak, kita istirahat sebentar yah."

"Em... baiklah."

Aku berjalan ke tempat makan dan memasuki satu restoran di sana, tempat yang ingin sekali ku datangi bila mempunyai pacar.

Mereka-Bella dan Mama-mengikutiku dari belakang, sepertinya mereka berdua lelah. Aku juga tidak menyangka bila akan selama ini, bahkan membeli sesuatu.

"Mau makan?"

"Minum!" Ucap mereka bersamaan, aku terkekeh lalu memasan tiga minuman kepada pelayan.

"Sumpah, mama ga mau ikut jalan sama kamu lagi Dicko." Kata Mama.

"Kenapa?"

"Capek!" Ucapnya sedikit berteriak.

"Lagian bagaimana bisa kau berbelanja seperti wanita? Bahkan hampir semua belanjaan itu keinginan kamu, iya sih Mama iya-iya aja karena memang keren. Tapi itu banyak, dan dari mana kau mempunyai uang sebanyak itu?!"

"Eh... hehe."

"Tante, minum dulu nih." Tawar Bella sambil menyerahkan orange juice ke Mama.

"Tante? No no, panggil Mama. Calon menantu ini." Perkataan lantang Mama, membuatku dan Bella memanas.

"Bella bukan siapa-siapa kakak kok Tan-eh Mama," jawab Bella, yang membuat aku makin grogi.

"Serius?" Tanya mama, yang diangguki oleh Bella.

Mama menatapku sinis, intents, dan mematikan. Siap-siap di rumah, mama akan membakar tubuhku atau tidak memanggang tubuhku, lalu mengantarnya ke tetangga bila dia lagi pesta daging panggang anaknya sendiri.

Aku hanya bisa tersenyum, seraya menganggukan kepala. Tidak ada yang bisa aku perbuat, kenyataannya aku hanya sesonggok sampah yang telah lama kau buang.

Gua, Aku, dan SayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang