1.8: Ketos Mah Gitu, Keren

384 34 9
                                    

Aku amnesia. Titik.

Setelah kejadian mengecewakan-aku beranggapan seperti itu- kejadian aneh dimulai. Sebenarnya aku biasa saja melewati tragedi-tragedi yang terjadi, tapi aku juga manusia. Sabar Dicko.

Detik-detik kelulusan memang beda, susahnya, ribetnya, bingungnya, bercampur menjadi satu. Belum lagi pulang-pergi ke luar kota, percobaan yang bikin otak pecah, dan kerinduanku kepada mi ayam bang Samsudin.

Mungkin saja kehidupanku baru di mulai, tapi aku tidak menginginkan kehidupan di berbagai sosial entertaiment. Cukup dengan perabotan rumah ataupun alat masak, itu lebih dari cukup.

Cita-citaku adalah menjadi seorang koki. Tentu saja itu bohong, ah tidak, itu sungguhan. Ok, terserah. Setelah olimpiade sains-fisika yang telah berlalu itu, aku mendapatkan beasiswa di luar negeri. Tidak sebanding dengan Oxford university, tapi sudah dari pas yang aku dapatkan.

Dan lain cerita dengan persahabatan gila yang sedang aku jalani ini, aku mulai mengila-gila-ralat, maksudku mulai mengira-ngira apa yang akan terjadi setelah malam mengecewakan itu.

Kyaaaaaaaaaa. #fangirl

Abaikan kata di atas.

Kita mulai dari Galang, sebenarnya hidup dia lurus saja seperti mi ayam- biasalah kelaparan- serius, tidak ada peningkatan di hidupnya. Selain kadar ketampanannya itu, dan kehadiran sosok baru di hidupnya. Cieeeeeee.

Berikutnya Ardi, aku pernah membawanya ke RSJ tentu saja bersama yang lain, dan apa yang dokter katakan dengan kewarasannya? Dia dinyatakan positif mempunyai kelainan jiwa. Tidak itu bercanda, tapi soal aku dan yang lainnya membawanya ke RSJ itu asli. Beritanya dia mendapatkan beasiswa untuk kuliah dibeberapa universitas ternama di Indonesia.

Kemudian Ozzy, aku tidak bisa mendeksripsikan bagaimana orang ini bisa hidup, itu saja. Dia tidak banyak bersosialisai, bahkan yang aku tahu dia hanya berteman denga kita-kita saja, di sekolahnya pun begitu. Lelaki itu tidak terlalu menonjol, dengan sifatnya yang cuek, dingin, dan anti sosial itu membuatnya tidak ada satupun perempuan yang tidak meliriknya.

Terakhir Tarka, dia telah wafat karena aku membunuhnya beberapa pekan lalu.

Tamat.

"Kakak!"

Kita akhiri pembicaraan ini dengan mengucapkan hamdalah, Allhamdulillah. Aku harus pergi, kalian mungkin sudah mengetahui siapa yang memanggilku itu kan?

"Kakak, tunggu!"

"Bella jangan kejar Dicko!"

"Kak Dicko,"

Mari aku perjelas, aku sedang duduk di kantin bersama dengan mi ayam yang terpantri dengan nikmatnya di hadapanku. Kemudian, gadis itu datang menganggu acara kencanku dengan mi ayam ini.

Setelah gadis itu muncul ke kantin, kehadirannya seakan mencekamku. Kau tahu kakaknya yang telah menyuruhku menjauhinya itu, dia mengancam seluruh warga sekolah dari kelas sepuluh sampai dua belas untuk terus mengawasiku bila tiba-tiba aku menemui Bella tanpa sengaja.

"Ka Tarka ngapain ke sini sih!"

"Gua kan mau jaga lu bel."

"Ngapain jaga aku sih? Udah ada kak Dicko kok,"

"Nah itu, jaga lu dari Dicko."

"Berisik!"

Mestikah aku bersujud dulu di hadapan orang yang telah menengah pertengkaran kakak beradik itu, sebenarnya aku sedang merhatikan mereka sambil memakan mi ayam, tentu saja.

Gua, Aku, dan SayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang