27. Nabil

313 20 1
                                    

===================
Tulisan untuk Dita
===================

Buat kali ini, gue bakal manggil nama lo sesuai dengan nama yang Ortu lo kasih. Anindita, simpelnya Dita.

Nggak ada yang salah dengan nama itu. Bahkan kalau lo mengizinkan, gue bakal pakai nama itu buat anak gue nanti. Dan berharap dia bisa jadi sahabat gue juga.

Selama ini, gue nggak suka manggil nama asli lo karena itu sangat berharga. Kayak yang gue bilang, nama lo itu terlalu bagus. Dan dengan nama-nama yang gue kasih ke lo, gue berharap bakal bisa terus inget sama lo sampai tua nanti. Sampai gue udah Kakek-kakek dan pikun.

Karena dengan nama-nama yang gue berikan, setiap kali gue lihat benda itu, gue selalu inget sama lo. Makanya gue selalu manggil nama lo dengan nama yang berbeda-beda. Semakin banyak lo punya nama panggilan, benda-benda itu semakin mengingatkan gue sama lo.

Gue selalu ketawa setiap kali beli combro, karena gue pernah manggil lo dengan sebutan itu. Dan setiap kali tukang oncom lewat, bayangan yang terlintas di otak gue adalah muka lo. Muka yang kadang-kadang terlihat menjengkelkan.

Jangan marah sama tulisan-tulisan ini, gue cuma pengin mengenang lo dengan segala hal yang baik. Dan lo bukan Manusia sempurna yang tahu segalanya, makanya gue menulis ini untuk memberi tahu beberapa hal yang lo nggak pernah tahu.

Dan gue dengan senang hati memberitahukannya.

Nggak ada manusia yang sempurna, tapi di mata gue, lo selalu berada diperingkat pertama kalau ada kompetisi orang paling sempurna.

Sempurna itu bukan soal seberapa cantik lo, atau seberapa bagus kulit lo, tapi sempurna itu soal sifat dan segala hal positif yang ada didalam diri seseorang. Itu menurut gue.

Lo terkadang menyebalkan, tapi sifat itu cuma lo tunjukkin ke orang-orang terdekat. Lo cuma bisa nyebelin diantara orang-orang yang udah lo kenal baik, karena lo tahu mereka nggak akan ninggalin lo gitu aja cuma karena kata-kata.

Kata setia mungkin kurang tepat untuk mendeskripsikan lo, tapi lo nggak gampang melupakan orang yang mungkin bahkan baru lo kenal selama lima menit.

Kalau lo pernah nanya, udah berapa lama gue nganggep lo lebih dari sekedar sahabat. Jawabannya itu nggak bisa tepat, mungkin dari pertama kali kita ketemu.

Dulu, mungkin karena lo punya bibir dan kulit yang bagus. Inget kan waktu kita rebutan ayunan di taman? Itu adalah pertama kalinya kita ketemu. Hal tersebut yang pertama kali terlintas di otak gue.

Dan semakin gue kenal lo, semakin banyak hal yang gue tahu. Semakin banyak juga hal-hal yang gue suka dari lo. Bahkan untuk sekedar momen dimana lo suka menjilat bibir. Hal kecil tapi kalau diperhatikan, gue semakin ingin memiliki lo.

Hal terkonyol yang pernah gue lakukkan adalah pacaran selama hampir sebulan sama Ica. Kalau inget itu, gue selalu ngakak sampai Ody atau orang lain lihat gue kayak orang kesurupan.

Waktu itu, dapetin lo itu nggak segampang beli bawang di pasar. Dapetin lo itu kayak beli bawang di material, mungkin gue harus bersusah-susah dulu bilang ke tukang materialnya, karena siapa tahu dia punya bawang di Dapur yang bisa gue beli. Dengan harga yang lebih mahal daripada di Pasar.

Itu cuma perumpamaan, gue nggak menyamakan lo dengan bawang.

Dan waktu itu, gue berpikir mungkin aja gue bisa ngelupain lo dengan pacaran sama Ica. Tapi nyatanya itu cuma buang-buang waktu. Semakin gue banyak ngabisin waktu sama Ica, muka lo malah semain kebayang-bayang di benak gue.

Kalau membicarakan apa yang paling gue suka dari lo, jawabannya nggak ada. Gue suka semua hal tentang lo, gue selalu suka apa yang lo lakukkan.

Dan hal terakhir, gue senang akhirnya lo memilih Evan. Lo jadi punya tujuan hidup dan penyemangat, daripada gue yang kerjanya cuma ngusilin lo doang.

Gue ingin memiliki lo, tapi lo terlalu jauh untuk digapai.

Gue nggak pernah berpesan ke Evan, walaupun gue menginginkan ini. Tapi dia janji sama gue, kalau dia bakal jagain lo selama yang dia bisa. Buat gue, dan orang-orang yang lo sayang.

-Nabil-

The AuthorWhere stories live. Discover now