Tokyo, i'm in Love

1.9K 162 8
                                    

Gracia POV

Drrt...drrt...drrrt....drrt....

Duh siapa sih yang nelpon pagi-pagi gini. Tanpa membuka mata aku meraba-raba kasurku untuk mencari benda yang tidak berhenti bergetar itu. Seingatku semalam kutaruh di dekat kepala ranjang deh.

"Ha...lo?" kataku tanpa melihat dulu siapa yang menelpon.

"Hoi, Gre! Kok baru bangun, lihat ini jam berapa." Kata seseorang yang suaranya sudah kukenal baik.

"Hmm...." aku menjauhkan hp-ku dan melihat jam. Setengah 8 pagi, berarti di Indonesia jam setengah 6. "Kenapa Ci Ve telpon pagi-pagi gini sih?"

"Lah, kamu ini Gre. Kan kemaren kamu sendiri yang minta aku bangunin kamu gara-gara kamu takut kesiangan. Aku mengerjap-ngerjap mataku beberapa kali sambil mengingat-ingat. Oh ya benar juga aku takut kebablasan gara-gara suasananya yang sepi dan dingin. Beda kalau aku di rumah tiap pagi pasti berisik. Telat bangun sedikit aja pasti pintuku sudah digedor-gedor entah oleh ART kami atau Ci Ve atau mamaku sendiri. Jam setengah 6 itu sudah jam hampir mau terlambat di rumahku.

"Oh iya, Ci. Oke, Ci. Aku dah bangun nih. " kataku.

"Yaudah, awas jangan tidur lagi ya. Langsung sikat gigi trus mandi."

"Hmm.. " jawabku singkat sebelum telpon kututup.

Aku langsung membenamkan kepalaku ke ranjang dan menarik selimut tebalku. Dingin banget yaampun! Padahal kemaren malem ga sedingin ini. Itu penghangat ruangan nyala ga sih? Bahkan ketika kulangkahkan kakiku ke lantai, kakiku terasa beku. Padahal alas kamar tiap hotel sudah dipasang tikar. Jangankan mandi, melepaskan sweater pun aku tak mau.

Drrt...drrt...

Haduh siapa lagi? Tanyaku sambil mengeluarkan kepalaku sedikit dari dalam selimut untuk melihat HP. Eh? Line dari Sinka. Aku langsung merubah posisiku menjadi duduk walau selimut masih membungkus tubuhku.

'Pagi, Gracee.... Berangkat bareng yuk! Aku jemput ke kamar kamu ya.'

Aduh...gawat aku belum ngapa-ngapain lagi. Semalam kami selain bertukar kontak Line, kami juga bertukar nomor kamar.

'Setengah jam lagi deh, Sin. Aku mau beres-beres dulu ya.' Balasku cepat sebelum Sinka terlanjur keluar dari kamarnya.

'Ohhh...oke deh, Grace."

Tanpa menunggu lagi, aku turun dari ranjangku dan melepas semua pakaian yang menempel di tubuhku dan berlari kamar mandi. Biar deh kedinginan daripada nanti Sinka ilfeel sama aku gara-gara aku ga mandi. Kuatur air shower sampai hangatnya pas lalu aku mulai mandi. Cepat-cepat saja deh mandinya, soalnya orang Jepang sendiri katanya kalau musim dingin jarang mandi. Aku sudah mau mandi saja sudah kabar bagus 'kan?

Dingin! Dingin! Ampun dah kalau aku bisa lambai-lambai tangan untuk menyerah dan pulang ke Indonesia mungkin aku sudah lakukan dari tadi. Sampai aku memakai mantel tebal, barulah rasa dingin itu mulai berkurang.

'Sin, aku udah beres nih. Kamu jadi ke sini dulu?'

Tidak sampai sepuluh detik kemudian, Sinka sudah membalas. 'Iyaa, Grace. Aku jemput ya.'

Sementara menunggu Sinka aku memakai kaos kaki dan sepatu boot-ku. Aku melihat diriku di depan cermin sekali lagi untuk memastikan kalau penampilanku benar-benar sudah rapi. Hari pertama kerja di negeri orang aku harus memberikan kesan yang baik.

Ting!Tong!

Ah itu dia Sinka. Aku tersenyum lebar sambil berjalan ke arah pintu dan kubuka pintunya. Sinka memakai mantel yang mirip denganku dan dilengkapi sepatu boot. Kami saling memamerkan senyum.

The Tale of Two SistersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang