Living in a Dream

2K 164 11
                                    

Gracia POV

" Shania Gracia... Sombong kamu yah. Bentar lagi mau pulang baru video-call sama aku."

"Hehehe...." Aku tertawa canggung sambil menggaruk-garuk kepalaku. " Maaf, Ci. Jam-nya kan beda, takut ganggu kerjaan cici." Lanjutku.

Memang benar, setelah 1 bulan aku di jepang, ini pertama kalinya aku melakukan video-call dengan kakak perempuanku. Tapi aku tak mau sepenuhnya disalahkan karena hal itu. Aku sudah pernah mencoba melakukan video call dengan Ci Ve, tapi ya biasa...dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Yasudah paling kami chat via Line saja. Sesekali di waktu siang Ci Ve telpon, tapi ya hanya ngomongin soal pekerjaan.

"Huh, dasar." Jawab Ci Ve. " Besok kamu terakhir yah ke kantor?"

"Lusa, Ci, besok hari minggu kali. " protesku cepat.

" Oh ya ya." Kata Ci Ve setelah mengingat-ingat.

"Huuhhh...makanya yang ada di pikiran jangan kerja mulu!"

"Ya, maap... akhir-akhir ini aku lagi..."

"Sibuk." Potongku. Aku mendesah panjang. " Ya ya aku tahu. "

Ci Ve hanya tersenyum singkat. "Yaudah...jangan lupa aja laporan, arsip, file, dan lain-lain yang harus dibawa."

"Iya iya, Ci. Baru tadi sore papa ngomongin hal serupa. Ga bisa kita ngomongin yang lain apa? " kataku dengan nada malas.

"Iya maaf, Graciaku sayang. Ada sisa waktu 3 hari liburan, kamu bersenang-senang deh ya. Kapan lagi ada libur 3 hari kaya gitu."

Aku meletakkan tanganku dengan gaya hormat. "Siap, Bos!" kataku sambil tersenyum lebar.

Ci Ve tidak langsung merespon. Ia memandangku dengan aneh seolah ada sesuatu menempel di wajahku. Aku sampai melihat ke seluruh bagian badanku yang tampak di layar untuk mengecek kalau-kalau memang ada yang menempel di wajahku.

" Apa sih, Ci ?" tanyaku heran.

"Engga, sih. Kok kayanya kamu seneng banget ? Padahal tadinya aku kira kamu bakal murung terus ribut pengen pulang."

Aku hanya tersenyum tipis. Nanti juga cici tau, kataku dalam hati.

"Makanya kamu tuh jangan belum juga dicoba udah ngeluh. Jangan bilang nanti kamu malah ga mau pulang." Lanjut Ci Ve lagi. Aku masih merespon dengan senyum. " Yaudah kamu tidur sana, udah jam 10 kan di sana? "

"Yaudah dadah...Ci. Sampai ketemu hari Kamis yah." Aku melambaikan tangan sebagai tanda sampai jumpa. Setelah dibalas oleh lawan bicaraku, aku mematikan laptopku.

"Haaahhhh...." Aku menghela nafas. Kayanya beneran deh sekarang aku ga mau pulang dari sini. Empat hari lagi, gimana ya? Aku masih belum nemuin kata-kata yang tepat. Oh ya, aku baru ingat Sinka...

"Sin...aman." Seruku pada seseorang yang bersembunyi di balik selimut milikku.

"Baaaa......!" kata Sinka sambil menyibakkan selimut yang menutup tubuhnya. Memang sengaja kusuruh dia bersembunyi di balik selimutku sementara aku video-call dengan ciciku. "Kok ngobrolnya bentar amat, Gre?" tanyanya.

Aku menjatuhkan diriku di samping kekasihku yang memakai jaket motif hitam-putih itu. Setelah menggeliat sedikit sambil memposisikan tubuhku untuk menghadap ke arahnya. Aku menghela nafas panjang. " Nanti juga bakal banyak waktu buat ngobrol sama Ci Ve. Sekarang ini aku mau ngabisin waktu buat ngobrol sama kamuuu...." Kataku sambil mencubit pipinya singkat. Seperti biasa kalau kucubit, Sinka akan tersenyum dan pipinya sedikit memerah.

The Tale of Two SistersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang