Beyond Expectation

1.9K 167 18
                                    

"Loh...Naomi?"

"Veranda?"

"Kenapa...kamu ada di sini?" tanya Veranda.

"Eh...aku diajak sama Sinka...Kamu sendiri?" Tanya Naomi dengan sama bingungnya.

"Aku...diajak Gracia."

"Ci Ve, Ci Naomi." Gracia membuka suara. "K...kami..." ia berhenti sesaat lalu melihat wajah Sinka sekali lagi.

"Kami pacaran."

.

.

.

APA!?

" Gracia, pulang sekarang!!"

" Sinka, kita harus bicara!!"

Kedua mata dari kedua adik membulat sebulat bulan purnama. Cahaya harapan yang semula bersinar kini meredup. Penyesalan segera muncul dalam hati mereka, karena mereka akhirnya tahu, mustahil mengharapkan sesuatu yang memang tidak boleh terjadi.

***

Sinka POV

Ya Tuhan. Apakah kami baru saja melakukan kesalahan? Apakah salah bagiku dan Gre untuk memberitahu hubungan kami pada cici kami masing-masing ? Kamu bodoh, Sinka! Kenapa kamu harus jujur? Kenapa kamu percaya Ci Naomi akan mendukungmu? Bagaimana ini...ci Naomi pasti benar-benar sedih.

"Ci..." panggilku untuk kesekian kalinya.. Ini pertama kalinya ci Naomi mengabaikan panggilanku. Kedua matanya hanya mengarah tajam ke jalan raya. Jelas bukan sorot mata yang bersahabat. Bahkan sudah berkali-kali Ci Naomi membunyikan klakson mobil hanya karena ada pengemudi lain yang sedikit mengagokkannya. Tangan kirinya dengan kasar menggoyangkan persneling mobil berkali-kali.

"Ci Naomi..." panggilku lagi. Suaraku mulai serak. "Jangan gini dong....bicara sama aku...jangan diem..."

Ia bahkan tidak menoleh padaku. Matanya sedikit melihat ke arahku sekilas, tapi hanya itu saja yang Ci Naomi lakukan.

" Ciiii....please...ngomong apapun...marah kalau mau tapi...tapi jangan diemin aku kaya gini...."

" Turun, Sin."

"Hah?"

"Turun.." ulang Ci Naomi dengan lebih pelan. Aku baru sadar kami sudah sampai di apartemenku. Tepatnya di parkiran basement.

"A...Aku ga mau turun sebelum...sebelum..."

"Turun, Sin... kita bicara di dalam....jangan buat cici ngomong sekali lagi."

Aku menelan ludah dengan berat. Niatku untuk melawan Ci Naomi sekejap langsung diredam oleh suara Ci Naomi yang bernada rendah. Aku tak berani melihat mata Ci Naomi lagi, bahkan ketika keluar dari mobil aku hanya menunduk. Untung saja selama perjalanan ke apartemenku aku tidak menabrak orang.

Tak butuh waktu lama sampai kami tiba di apartemen kami. Aku tidak berani langsung berjalan ke kamarku, yang kulakukan hanyalah duduk di sofa dan melipat tanganku ke bawah. Aku hanya merasakan bayangan Ci Naomi yang lalu lalang di ruang aku berada, kutebak ia meletakkan tasnya dan meletakkan kunci mobil di tempat biasa.

Saat ini aku sudah menyiapkan hati untuk menerima semua amarah Ci Naomi. Biar bagaimanpun juga ini adalah resiko hubunganku dengan Gre.

"Sin..." Ci Naomi tiba-tiba bersungkur di depanku dan memegang kedua tanganku. Aku terkejut melihat matanya yang kini memerah. "Kamu tau...apa yang cici lakuin buat kita selama 4 tahun ini?"

The Tale of Two SistersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang