xii

649 68 1
                                    

   [ NB : Don't forget to play the video ]


     Sementara itu sang gadis masih hanya bisa terduduk lemah di atas kursi rodanya. Kepalanya terasa kaku, tidak dapat sembarang digerakkan karena tertahan oleh gips yang melingkar di lehernya. Tiada yang bisa ia lakukan selain termenung atau bahkan menangis.


Juga sudah hampir seminggu ini ia hanya menghabiskan waktunya memperhatikan setiap detail suasana lingkungan sekitarnya di balkon kamar tidur. Keadaannya semakin memprihatinkan, tubuhnya semakin kurus dan berantakan. Membuat keluarganya semakin khawatir.




      Namun kali ini ia membawa sebuah buku biru di pangkuannya. Ya, buku diary miliknya. Tangan putih pucatnya perlahan mulai membuka tiap halaman yang telah banyak ia goreskan oleh tinta hitam.

Kebanyakan berisi cerita mengenai hari-hari yang ia lewatkan bersama lelaki itu. Hari-hari yang ceria, indah serta penuh kejutan. Dulu segalanya terasa amat manis, tidak peduli seburuk apapun suatu hal terjadi selama lelaki itu berada di sampingnya.




     Pada halaman terakhir, tertempel sebuah foto mereka berdua saat sedang bermain di atas bukit tempat mereka dulu sering menghabiskan waktu bersama. Tertulis sebuah kalimat  "Everlasting friends."  dibawahnya.

Setangkai bunga daisy juga tersampir di sebelahnya. Masih teronggok sempurna walau warnanya sudah agak sedikit kusam oleh debu. Dulu lelaki itu yang memberinya dan bepesan agar gadis tersebut menyimpannya.




     Dan kini untuk kesekian kalinya, gadis itu kembali menangis. Ia tak kuasa membendung butiran air mata di pelupuknya. Kedua tanganya bergetar memeluk buku diary miliknya itu ke dalam pelukannya.



"If Icould only turn back time, I'd never let you go."















Roleplayer [ l.t ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang