The Feelings-1

329K 15.4K 624
                                    


Author

Deno merapikan dasinya sambil melangkah keluar dari toilet. Lalu, langkahnya terhenti saat seseorang menarik seragam sekolahnya dengan sekali hentakan. Hal tersebut tentu membuat Deno mendengus kesal karena simpulan dasinya kembali rusak.

"Lo gak kapok juga ya, No! Lo udah ngambil—"

"Gue gak ada waktu."potong Deno, lalu kembali berjalan dan lagi-lagi ditahan oleh Deva, "Lo mau rahasia terbesar lo gue sebar sekarang juga?"

Mata Deva menatap tajam ke arah Deno, "Kembaran terbuang?"

Deno hanya menaikkan sebelah alisnya, lalu menghempaskan tangan Deva, "Silahkan." ucap Deno, lalu berjalan meninggalkan Deva yang menggeram kesal melihat respon Deno yang terlalu santai, dan terkesan tidak perduli jika rahasia terbesarnya akan terbongkar.

Tahan Dev, kalau lo ngebuka rahasia itu, lo sendiri juga yang bakalan malu. Batin Deva sambil menatap punggung Deno yang lama-lama menghilang dari pandangannya.

****

"Kak Deno lewat!"

"Sumpah lo? Ya ampun!"

"Ganteng banget, anjir!"

"Kapan ya Kak Deno jadi pacar gue?"

Deno hanya diam dan tetap melanjutkan langkahnya, bahkan Deno tidak repot-repot untuk melihat siapa yang sedang membicarakannya secara terang-terangan seperti itu.

Karena memang itulah sifat Deno, tidak perduli dan tidak ingin tahu.

"Deno sama Deva udah kembar, ganteng pula!"

"Tapi lebih gantengan Deno tau!"

Deno tetap berjalan dan membuka lokernya. Kali ini, ia sedang berusaha menghiraukan ucapan para siswa jika dirinya sudah dibanding-bandingkan dengan Deva.

Baru saja Deno membuka lokernya, puluhan surat maupun coklat langsung luruh ke lantai, bersamaan dengan Deno yang memundurkan langkahnya. Deno menghela nafasnya, lagi-lagi lokernya diisi dengan puluhan coklat maupun surat.

"Yas! Denok bagi-bagi coklat!"ucap Dimas yang secara tiba-tiba datang, lalu mengambil salah satu coklat dan memakannya.

"Gue bagi ya, No?" tanya Putra, yang dijawab dengan gumaman Deno. "Lo gak mau, Riz?"tawar Putra.

"Lo tau gue alergi sama coklat, Tra."ucap Ariz sambil mem-perhatikan Deno yang sedang mengambil salah satu buku cetak yang tersusun rapi di dalam lokernya.

"Berantem lagi sama Deva?"

Orang yang ditanya hanya menjawab dengan bergumam.

"Tumben gak tonjok-tonjokan?" tanya Ariz lagi, sambil memperhatikan wajah Deno secara detail.

"Bagusan lo diem, daripada ntar lo yang di tonjok, Riz." ucap Dimas sambil mengambil coklat yang berserakan di lantai, lalu mengumpulkan coklat-coklat tersebut dan memasukkan ke dalam tasnya.

"Gue duluan." ucap Deno secara bersamaan menutup pintu lokernya, yang membuat beberapa siswi menarik nafas mereka, lalu membuangnya secara perlahan menahan ke histerisan mereka saat mendengar suara Deno.

Ya, Deno.

Deno yang dingin dan jarang berbicara.

****

"Gue udah di depan."

"Oh iya! Ya ampun bang, gue lupa! Bang De naik mobil apa?"

"Pajero."

"Sabar ya, ya ampun! Gue lupa!"

Deno berdecak malas, lalu menenggelamkan kepalanya di stir mobil Alya. Pikirannya melayang-layang dan jatuh pada kejadian yang membuatnya mencengkram stir mobil lebih kuat bersamaan dengan pintu mobil yang terbuka.

"Cepetanlah, Ngga. Gara-gara lo gue jadi— LOH, LO SIAPA?!"

Deno sontak membetulkan posisi duduknya, lalu menoleh ke arah kiri. Dan seketika matanya menyipit bingung.

Mukanya familiar, tapi gue gak tau namanya, batin Deno.

"LO KOK BISA MASUK KE MOBIL ABANG GUE? ABANG GUE MANA, HAH?!"

Deno seketika mengernyitkan dahinya saat matanya menatap cewek yang sedang duduk di sampingnya, sedang berteriak histeris seakan Deno ingin menculiknya.

"Lo— LO KAN DENO?!"

Deno semakin mengernyitkan dahinya, telinganya semakin terasa panas mendengar teriakan cewek yang namanya Deno tidak ketahui, tetapi anehnya ia mengetahui nama Deno.

"LO— ASTAGA!" ucap cewek tersebut, lalu menenggelamkan kepalanya di atas dashboard mobil dengan wajah merah padamnya yang membuat Deno semakin bingung melihat tingkah cewek tersebut.

Ini gue yang salah bawa mobil atau dia yang salah masuk mobil? Batin Deno.

Cewek itu membetulkan posisi duduknya. Deno dengan tidak sengaja menatap mata cewek tersebut serta wajahnya yang sudah merah padam menahan malu, "Maaf, gue salah mobil— mobil lo sama mobil abang gue mirip, bahkan sama."ujar cewek tersebut sambil tersenyum cengengesan menahan malu. Hal tersebut lantas membuat kedua ujung sudut bibir Deno berkedut menahan tawa.

Ini lucu, pikirnya.

"Terus, kenapa masih di sini?" tanya Deno yang sukses membuat cewek tersebut terdiam. Lalu menggaruk tengkuknya— salah tingkah.

Kemudian pintu mobil kembali terbuka dan memperlihatkan Alya yang sedang menunduk dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Bang De! Tadi gue ke to— Audina?"tanya Alya yang bingung saat melihat Audina yang secara tiba-tiba bisa berada di dalam mobilnya.

Alya yang seketika mengerti apa yang sedang terjadi, malah tertawa terbahak-bahak,"Jangan bilang kalau lo salah masuk mobil lagi, Din?"

Wajah Audina yang tadinya sudah merah padam, semakin memanas saat Alya melontarkan kalimat tersebut. Yang artinya, sebelumnya kejadian ini pernah terjadi, dan sekarang terulang kembali.

"Eh, itu Bang Rangga udah nunggu," ucap Alya yang melihat Rangga—abang Dina, sedang bersender di Mobil Pajero yang sama persis dengan punya Alya.

Audina atau yang biasa dipanggil Dina, menoleh ke arah Deno dengan senyum cengengesannya, "Maaf buat sekali lagi ya, No." ucap Dina, lalu turun dari mobil dengan kikuk, yang membuat Alya lagi-lagi tertawa.

Dina berbisik sebelum keluar dari mobil Alya, "Sumpah, gue gak tau lagi harus naroh muka di mana, Al! Dan kali ini sama kembaran lo pula, malu banget anjir!" bisik Dina, lalu dengan cepat berlari menghampiri Rangga.

Hal tersebut lantas membuat Alya tertawa cekikikan sambil masuk ke dalam mobil.

"Itu temen, lo?" tanya Deno secara tiba-tiba, yang dijawab Alya dengan mengangguk, "Dina memang sering kaya gitu, udah 3 kali dia salah masuk mobil dalam seminggu ini."ucap Alya yang terkekeh mengingat kelakuan sahabatnya yang satu itu.

"Lo gak tau dia, Bang De?!" tanya Alya, yang dijawab Deno dengan gelengan, "Gue udah berapa kali ngelarang lo buat manggil gue dengan sebutan 'abang'."

Alya terkekeh kecil, "Kan Bang De duluan lahir daripada gue!" ucap Alya, yang hanya dibalas Deno dengan bergumam.

"Tapi Bang De serius gak kenal dia?"

"Hm."

"Temen yang sering gue bawa ke rumah loh!— Ah ya, Bang De kan pelupa!" ejek Alya, yang membuat Deno mendengus pelan karena yang diucapkan Alya memang benar.

"Namanya siapa?"tanya Deno, yang membuat Alya tersenyum jahil menatap Deno, "Audina Scerava Fellano, naksir ya?!"

Mendengar hal tersebut, lantas Deno mendengus pelan, "Ga." ucapnya, yang membuat Alya seketika mencebik.

Audina Scerava Fellano.

Audina, batin Deno yang sedang berusaha untuk mengingat nama cewek tersebut.

******

The FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang