The Feelings-2

282K 16.6K 830
                                    

Author

Pagi ini, Deno dkk kembali duduk di bangku lapangan sambil bercerita mengenai berita ter-update— yang menurut Deno hal tersebut sama sekali tidak menarik baginya.

"Gue liat Poppy semalam, najis mau muntah." ucap Putra, yang membuat Dimas seketika tertawa, "Memangnya kenapa?" tanya Ariz yang penasaran, sedangkan Deno hanya mendengarkan.

"Kemarin dia nembak Deno, kan? Nah, semalam dia nembak Deva, terus hari ini dia nembak siapa lagi, coba?"

"Hari ini, palingan lo yang jadi sasarannya, Tra!" ucap Ariz, yang membuat Dimas seketika tertawa terbahak-bahak, "Anjir, liat muka dia aja gue udah enek. Make up-nya tebel kurang tebel!"

"Dasar lo, Dim. Naksir bilang!" ucap Putra, yang membuat Dimas bergidik takut, "Ya ampun jangan sampe, jangan sampe!"ucap Dimas sambil menokok kepalanya secara bergantian dengan bangku lapangan.

"Bagusan temen-temennya Alya, ya gak, Tra?"

"Iya! Cantik-cantik lagi!"

Mendengar kata 'teman-teman Alya', membuat Deno mau tidak mau mengingat kejadian yang membuatnya tidak habis pikir. Suaranya yang mampu membuat kedua telinga Deno terasa begitu panas serta wajah merah padamnya yang menahan malu, mampu membuat kedua ujung sudut bibir Deno terangkat. Deno tersenyum, kecil.

"Deno?! Lo gak kerasukan setan Perwira, kan?!"tanya Dimas sambil menepuk-nepuk  pundak Deno, yang membuat Deno seketika menaikkan sebelah alisnya, "Lo kok senyum-senyum gitu, terus melamun pula!"ucap Dimas lagi.

"Gue kira lo kaya Hekal, kerasukan setan karena pipis sem-barangan!"

Plak!

"Mulut lo itu, Dim. Bocornya gak nahan!"tegur Ariz. Sedangkan yang ditegur malah meringis sambil mencibir, "Kan yang gue bilang memang fakta!"

"Ya, tapi dijaga kek. Ntar lo yang ketularan setannya Hekal, baru tau rasa!"

"Goblok, omongan itu doa!"

Deno yang pusing mendengar ocehan mereka hanya mengedarkan pandangannya kesekeliling lapangan, tanpa ada niat untuk ikut nimbrung di dalam ocehan mereka yang masih terus berlanjut.

Jam sudah menunjukan pukul 08.30, seharusnya sekarang para murid sudah mengikuti waktu pembelajaran. Tetapi, masih banyak murid yang berkeliaran di sekitar lapangan, seperti Deno dan teman-temannya.

Lalu, mata Deno secara tidak sengaja melihat murid IPS-5 yang mulai berbaris di lapangan tidak jauh dari tempat dimana Deno dkk berkumpul.

IPS- 5 adalah kelas Alya.

"YA AMPUN DINA, KENAPA KAMU GAK PAKE SEPATU?!" teriak Sir Yohan—guru olahraga IPS-5.

Dina? Familiar sama namanya.

Orang yang di panggil pun berjalan mendekati Sir Yohan dengan wajah letih, "Sepatu saya ada yang nyembunyiin, Sir!" ucap Dina yang sudah mencebik kesal, hal tersebut lantas membuat teman sekelasnya tertawa gemas melihat ekspresi Dina.

Begitu juga Deno yang sedang menahan tawanya.

"Kamu tidak bisa mengambil nilai ujian praktek kalau begitu!"ucap Sir Yohan, yang membuat Dina mendengus kesal. Lalu, matanya tidak sengaja menatap sepasang mata yang sedari tadi telah mengawasinya.

Mata tajam yang mampu membuat jantung Dina berdetak tidak karuan.

Dina dengan cepat mengalihkan pandangannya saat jantungnya berdegup kencang karena si pemilik mata tersebut tetap menatapnya dengan tatapan yang Dina tidak mengerti apa artinya.

The FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang