Ini adalah hari pertamaku menginjakkan kaki di SMA Bakti Nusa setalah libur panjang 2 minggu di tambah lagi libur 3 hari untuk ospek para murid baru di sekolah kami. Namaku Resita Vee, teman-temanku sering memanggilku Vee, bila di bunyikan menjadi V-E-E bukan V-I dan tak jarang pula aku sering menegur temanku yang keliru memanggilku Vi. Saat ini aku sudah duduk di bangku kelas 3 yang artinya aku adalah siswa yang mempunyai senioritas di sekolahku ini karena merupakan murid dengan kelas tertinggi, untungnya di sekolahku ini tidak ada yang di namakan penindasan junior dan kekuasaan penuh senior. Jadi walaupun aku sudah paling tua di sekolah masih ada kemungkinan aku di tindas oleh juniorku. Yeah walaupun sebenarnya aku tak akan mau di tindas, ngomong-ngomong mengenai tinggi badanku, tinggiku hanya sampai 152 cm walaupun aku sudah minum berbagai produk susu peninggi sesuai iklan di tv tinggi badanku tak pernah tiba-tiba tinggi menjulang. Tetap seperti ini saja, ku katakan pada kalian jangan pernah percaya iklan tv karena itu semua bohong, bulshit, pembual dan cuma rayuan gombal.
"Vee.. " sebuah suara familiar membuatku menoleh ke kiri ke kanan, saat ini aku masih berada di koridor yang artinya di tempat ini terdapat banyak murid yang berseragam sama sepertiku dan artinya lagi akan sulit bagiku menemukan seseorang yang memanggilku tadi. Meskipun sebenarnya aku tau siapa itu, tapi berhubung yang memanggilku tadi mempunyai tubuh sekecil plankton, ku mohon jangan beritahu dia mengenai julukanku tadi jika tidak dia pasti akan menyumpalkan kaus kaki baunya pada mulutku.
Kepalaku bergerak kesana kemari masih terus mencari dimana posisi Feli sahabat planktonku yang tak kunjung ku temukan. Rambut panjang yang kukucir kuda tiba-tiba di tarik ke belakang membuatku hampir saja terjatuh.
Mulutku terbuka bersiap menyumpahi pelaku utama yang ku ketahui berada tepat di belakangku, kepalaku baru saja menoleh kebelakang, ke dua mataku membulat sempurna tatkala mataku menangkap sosok dihadapanku.
OMG! Keren! Batinku berteriak bersorak gembira.
Aku terpaku memperhatikan cowok itu. Cowok tinggi dengan wajah tampan dan dingin. Rambutnya hitam kecoklatan. Kulitnya putih cemerlang. Tatapan masa bodoh dan agak nyeremin. Cool! Jika diperhatikan baik-baik, sepertinya blasteran karena dia bermata biru safire.
"Heh! Minggir!" kata cowok itu karena aku cuma menatapnya bahkan tanpa berkedip.
Ya ampun dasar nggak tau sopan santun, aku mendengus menggeser sedikit tubuhku memberinya jalan. Kalo di liat dari seragamnya yang masih bersih tanpa ada tanda-tanda badge kayaknya anak baru berarti masih kelas 1 dong, brondong? Aku geleng-geleng kepala. Sayang banget ada yang kinclong tapi nggak bisa di gebet. Aku mengelus kuciran kudaku bekas di tarik cowok cakep tapi brondong tadi.
"Arez ganteng ya?"
Aku mendengar suara beberapa murid perempuan yang sepertinya anak kelas 1, oh namanya Arez ? batinku
"Ganteng, cuek lagi bikin penasaran."
Aku mendengus, Apanya yang penasaran? ngeselin iya.
"Vee," panggil Feli yang kini sudah ada di sampingku.
"Apaan sih plankton? Ngeselin lo gue cariin nggak ketemu, sembunyi di mana lo?" semburku kini sambil berjalan berdampingan menuju kelas baru kami, yang berada di lantai 2.
"Sorry Vee tadi gue liat El abis manggil lo, jadi gue samperin El dulu gue kan kudu kasih laporan ke ketua osis masalah ospek kemarin."
Ngomong-ngomong tentang El, dia itu ketua osis di sekolah kami, yang punya tampang paling kinclong sesekolahan nggak ada yang nandingi deh, tapi berhubung tadi aku liat adek kelas yang nggak bisa di pungkiri tampangnya ternyata 1 level di atas El.
YOU ARE READING
Wrong Number
RomanceBermula dari keteledoran Vee yang nekat menyatakan cintanya melalui sebuah nomor handphone. Hingga akhirnya berbuah status dirinya yang berubah menjadi kekasih adik kelas yang kini berlabel most wanted di sekolahnya. Sebuah kesalahpahaman yang ingin...