BAB VI (Masih Si Protektif)

682 47 17
                                    

Kedua telapak tangan berbeda ukuran itu kini menyatu, berayun dalam diam seiring dengan langkah kaki yang tak juga dipercepat.

"Ini pertama kalinya gue ngerasain perasaan kek gini," Ucap Arez sambil menengadahkan kepalanya menatap langit pagi ini yang tampak lebih cerah daripada biasanya.

Vee menggerakkan kepalanya menatap Arez sebelum mengatakan, "Sama, gue juga."

"Walau sebenarnya ini bukan pertama kalinya tangan gue gandengan sama orang lain, tapi rasanya."

"Kenapa? Apa rasanya aneh?"

"Sama lo kemarin, rasanya enak." Bibir Arez melengkung samar. Merangsang senyum malu-malu terbit di wajah Vee.

"Sama, gue juga." Ucap Vee.

"Tapi, sekarang rasanya aneh. pasti lebih bagus lagi, kalo gue gandeng tangan lo. Menurut lo gimana?"

"Ah, itu...."
Vee menghentikan ucapannya, matanya kini menatap tajam Kai. Tersangka utama penyebab suasana awkward pagi ini.

Yang benar saja, sejak awal perjalanan menuju sekolah. Usaha Arez dan Vee untuk berangkat sekolah bersama ala sinetron kekinian harus dirusak oleh ulah Kai. Selain menggagalkan usaha Arez yang akan membawakan tasnya ala drama-drama korea yang sedang hits, kini Kai dengan tak tahu malunya malah menggandeng tangan Arez dan Vee sebagai bentuk pencegahan agar mereka tidak mencuri kesempatan untuk bermesraan.

Jadilah kini mereka berjalan bertiga saling bergandengan tanga ala teletubies tangan kiri Arez digandeng oleh Kai, dan tangan kiri Kai menggandeng tangan kanan Vee.

Kurang sial apa Vee hari ini???

==3==

Mungkin mulai hari ini Vee harus punya kemampuan menyembunyikan diri jika sedang berduaan dengan Arez. Bagaimana tidak? Kai seperti punya insting setiap kali ia berduaan dengan Arez, ia akan muncul tiba-tiba dan mengacaukan suasana. Seperti kali ini.

Vee mengaduk mangkok berisi bakso pesanannya yang baru datang. Suasana kantin hari ini ramai seperti biasanya. Didepannya Arez tengah menyantap dengan lahap mie ayam yang kini tinggal separuh.
Vee bukannya bersikap sok cantik dengan tidak kunjung memakan bakso pesanannya. Ia hanya merasa gugup sampai kehilangan nafsu makan. Perutnya bergejolak meminta diisi tapi rasa gugupnya sekali lagi mampu membuat Vee bahkan tak sanggup membayangkan bakso itu diproses oleh perutnya.

Bagaimana Vee tidak gugup? Jika hari ini untuk pertama kalinya Vee diajak makan oleh Arez yang notabennya adalah pacar pertamanya. Itu artinya ini juga pertama kalinya Vee makan dengan laki-laki lain selain dengan keluarganya yang kondisi wajahnya menurut Vee nyaris bernilai sempurna.

"Lo nggak suka baksonya? Mau nyoba mie ayam gue," tawar Arez dengan tampang tanpa dosa menyodorkan mie ayam sisa miliknya.

Vee hanya mampu menggeleng, pandangan matanya tiba-tiba menangkap sosok Kai yang datang tergesa menuju mejanya.

"Kok lo nggak ngajak gue makan sih kak !!" Protes Kai setibanya didepan Vee. Tangannya kini tanpa ragu mengambil semangkok bakso milik Vee dan mulai memakannya.

Sementara Vee hanya mampu menatap Kai kesal. Sejak kapan Vee harus repot-repot mengajak Kai makan di sekolah, bahkan di rumah saja Vee tak pernah woro-woro jika dia akan makan. Kai saja yang sekarang rese ingin mengganggunya.

Arez melirik sekilas Kai, kemudian menyodorkan minuman pesananya pada Vee, "Minum," Perintah Arez.

Vee mengangguk dan segera meraih gelas berwarna coklat di hadapannya. Namun, baru saja ia akan menyeruput minumannya, Kai lagi-lagi merebut paksa gelas itu dari genggamannya.

"Ahhh, segeeeeer !!" Desah kelegaan Kai setelah berhasil meminum hingga habis.

Arez yang sedari pagi berusaha sabar menghadapi tingkah laku Kai, kini hampir kehilangan kesabarannya. Arez memang bukan tipikal cowok yang punya kesabaran tanpa batas.

"Jadi Kai, apa gue kurang ganteng?"
Pertanyaan Arez memicu mulut Kai membulat sempurna, hingga bola matanya juga melotot kaget.

Dengan gerakkan kelewat semangat kai menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Di situasi normal pasti Arez akan tertawa melihat kelakuan Kai, tapi kini ia sedang serius bahkan kerutan di dahinya kini mulai muncul sebagai bukti otaknya yang tengah bekerja ekstra mencari jawaban dari tindakan aneh Kai padanya. 

"Apa gue kurang pinter?"

Kai lagi-lagi menggeleng.

"Ahh, apa karna gue adik kelas kakak lo jadi lo gengsi gue pacaran sama Vee?"

Dan sekali lagi Kai menggeleng, mulutnya kini berusaha ia gerakkan menyuarakan opininya yang sedari tadi macet diujung pikirannya.

"Kak Arez, lo ganteng, pinter dan tajir masalahnya disini sebenarnya bukan lo tapi kakak gue, gue nggak ngerti pelet apa yang dipakek kakak gue sampek lo mau pacaran sama dia, posisi gue disini cuma mau ngelindungi lo dari kakak gue."

Vee membuka mulutnya lebar tak menyangka Kai adik satu-satunya yang ia miliki dengan kesadaran penuh mengolok-olok dirinya didepan pacar pertamanya. Okey tolong garis bawahi jika perlu pertebal hurufnya.

"Emang kakak lo kenapa?"

"Lo masa nggak tau? Kakak gue ini biasa aja, ceroboh dan yang pasti nggak pinter-pinter amat."

Kai berucap lantang bahkan dengan tanpa dosa menunjuk tepat ke wajah Vee yang kini mulai memerah. Arez tersenyum geli ketika menyadari alasan aneh dibalik sikap Kai.

"Jadi, selama ini lo suka sama gue Kai?"

"Haaa!! Apa? enggak. Bukan itu maksud gue. Maksud gue disini, lo harus cari yang lebih wow dibanding kakak gue. Apa perlu gue kenalin temen-temen gue."

"Kalo gue maunya kakak lo gimana Kai?"

Kai makin tak terima, bahkan kini pandangannya langsung beralih menatap Vee, "Lo apain kak Arez sih kak??"

pertanyaan penuh nada frustasi dari Kai, tak mampu di jawab Vee.

Vee kini tenggelam dalam khayalan kisah cintanya yang tiba-tiba terasa manis, semanis gula jawa. Biarkan Vee mengkhayal sejenak sebelum, khayalan itu dirusak oleh si pemeran utama.

"Gue ngerti kok, Vee emang nggak cantik-cantik amat, otaknya juga agak lemot, kerjaannya kalo sama gue ya merahin pipi mulu dikit-dikit malu, gue juga bingung harus apain kakak lo biar sikapnya biasa aja ke gue, nggak canggung gara-gara anggep gue kayak oppa-oppa korea jadi bawaannya pingin pingsan melulu kalo deket gue. Gue kan juga pengen dicentilin sama cewek gue."

Curhatan Arez sedikit menyinggung ego Vee, hingga Vee tak terima.

"Jadi lo sebenernya nggak suka sama gue? Coba pikir gimana gue mau centilin lo, tampang dingin kayak kulkas gitu boro-boro gue centilin, gue deketin aja untung nggak diusir."

"Gue dingin kan kalo sama cewek lain, kalo sama cewek sendiri ya pasti anget kayak nasi goreng, anget-anget krenyes. Padahal dulu lo kan suka nggodain gue."

"Dulu? kapan?"
  
"Jadi bisa nggak mulai sekarang lo centilin gue? Jangan canggung gara-gara gue ganteng. Ganteng-ganteng gini gue kan pacar lo. Centilin gue ya biar kita kayak orang pacaran beneran."

Vee tak menyangka Arez dengan muka gahar bak raja singa di hutan, minta dicentilin agar mereka seperti orang pacaran. Oh Tuhan!! Mimpi apa dia semalam???.

TBC

Hallo.. lama tak berjumpa. Sudah hampir 2 bulan lebih cerita ini mati suri, maafkan saya yang kini disibukkan oleh si skripsi yang manja sekali.

Masih berharap ada pembaca yang tetap setia membaca cerita ini, terimakasih sekali kecup sayang untuk kalian atas supportnya.

Apalah saya yang bukan apa-apa, ditunggu vomentnya ya dan tak lupa tinggalkan masukan untuk cerita ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 03, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Wrong NumberWhere stories live. Discover now