BAB V (Si Protektif)

550 32 9
                                    


Sudah enam jam berlalu, sejak kejadian Arez yang tiba-tiba mengantarkan Vee pulang. Tapi, rasa hangat tangan Arez yang sempat melingkupi tangan mungilnya tak kunjung padam. Justru terasa merambat di kedua pipinya hingga muncul semburat merah.

Ucapan Arez yang mengatakan bahwa ia adalah cewek pertama yang kontak namanya di hp Arez tentu saja sukses membuat Vee senang bukan kepalang. Sedari tadi Vee berjalan sambil senyum-senyum aneh mengelilingi rumah.

Ia merasa pengalaman pertamanya berpacaran dengan Arez, bukanlah sesuatu yang buruk. Walau diawali dengan kesalahpahaman.

"Harusnya gue jujur ke Arez, kalo sebenernya dia bukan target penembakan gue. Gimana kalo gue udah beneran suka ke Arez, terus akhirnya Arez tau kalo selama ini dia salah paham. Akhirnya dia marah terus minta putus." Ucap Vee sambil menggaruk tengkuknya frustasi.

Akan mudah mengatakan hal yang sebenarnya kepada Arez, jika Arez tidak memiliki aura menyeramkan yang menyedot habis seluruh keberanian Vee. Padahal baru kemarin Vee mampu menghadapi Arez tanpa grogi.

Sedang asyik memikirkan berbagai kemungkinan buruk yang mungkin akan dihadapi Vee.

Tiba-tiba pintu kamar Vee terbuka lebar menampilkan wajah Kai yang kini tengah cemberut menatap Vee.

"Kak,,,, Lo beneran punya pacar?" Tanya Kai sambil telunjuk tangannya mengarah ke Vee.

"Apaan sih Kai, gue emang punya pacar. Kenapa emangnya gue udah gede tau."

"Bisa-bisanya lo punya pacar, gue nggak terima. Putusin pacar lo sekarang."

"Enak aja, gue nggak mau, pokoknya titik!!!"

"Putusin pacar lo, atau lo mau gue labrak pacar lo itu hah!!!"

Kai ngotot marah,tapi Vee tak mau kalah dengan adiknya yang selama ini selalu bertindak seenaknya padanya. Dengan kesal Vee menghampiri Kai yang letaknya tak jauh darinya.

Satu .. dua .. tiga ...

"Agggghhhhh..." Teriakan Kai menggema di kamar Vee. Bagaimana tidak berteriak jika tangannya digigit oleh gigi kelinci Vee hingga tercetak jelas pola gigi Vee disana.

Kai yang tidak terima langsung mengejar Vee yang kini berlari menjauh dari Kai. Mereka saling mengejar hingga kamar Vee sudah tak berwujud lagi.

Sebuah nada panggilan dari handphone Vee, membuat keduanya berhenti. Vee yang berada tak jauh dari handphonenya segera meraih dan mengangkat telepon sebelum Kai kembali berulah.

Namun, baru saja Vee ingin mengucap 'hallo' dari belakang Kai sudah berhasil merampas handphonenya.

"Apa?!"

Nada Suara Kai terdengar tak ramah di telinga Vee. Vee menggigit bibir bawahnya cemas menunggu reaksi Arez diseberang telepon menanggapi ucapan Kai.

"Lo, jadi lo kak Arez?"

"......."

"Nggak papa."

"......"

"Iya."

"......"

"Okey, siap kak."

Ucapan penuh nada hormat dari Kai mengakhiri percakapan yang terasa menegangkan bagi Vee. Ini aneh tak biasanya Kai patuh seperti itu pada seseorang, apalagi Kai memanggil Arez dengan sebutan kak, sebutan yang hanya akan ditujukan Kai pada seseorang yang benar-benar dihormatinya. Terlebih lagi mereka ada dijenjang kelas yang sama.

"Jadi, pacar lo kak Arez?"

"Iya, lo nggak marah kan Kai. Lo kan juga deket sama Arez," Ucap Vee diiringi senyum lega. Seenggaknya cowok yang dekat dengannya sekarang juga dekat dengan Kai. Jadi, Kai akan lebih mudah memberi kelonggaran untuknya berpacaran.

"Kok bisa si kak? Gue nggak percaya. Gue lebih nggak terima lagi."

"Kok lo gitu sih Kai? Maunya lo gimana? Lo juga deket sama Arez jadi kalo ada apa=apa lo pasti tau"

"Itu masalahnya, kanapa harus kak Arez? Gue lebih nggak terima lagi."

"Maksud lo apa?" Tanya Vee bingung.

"Kak Arez bisa dapet yang lebih dari Lo, kok dia mau sama lo? Lo itu aneh kak. Pokoknya kak Arez nggak cocok kalo dapet lo."

Okey, pernyataan Kai membuat rahang Vee terbuka lebar. Tak menyangka jawaban ajaib kai akan didengarnya.

"Jadi sebenernya Kai, kakak lo siapa? Gue atau Arez? Bisa-bisanya lo belain Arez dan malah ngejelekin gue."

"Kakak kandung gue emang lo, tapi kakak panutan gue kak Arez. Gue juga nggak belain kak Arez, gue cuma ngomong fakta. Kak Arez harusnya dapet yang lebih segala-galanya dari lo. Jadi gue disini nggak terima pokoknya. Titik !!!"

==3==

Hari ini Arez, menjemput Vee untuk berangkat ke sekolah bersama. Seperti kemarin Arez dan Vee berjalan bersama menuju sekolah. Tapi baru beberapa langkah tiba-tiba Vee dikejutkan oleh kehadiran Kai yang memisahkan jarak antara dirinya dengan Arez.

Hingga kini mereka berjalan bertiga dengan posisi Vee, Kai kemudian Arez.

Tak hanya memisahkan jarak. Tapi juga...

"Sini!" Perintah Arez seperti kemarin ketika ia meminta Vee menyerahkan tasnya.

Vee yang sekarang sudah paham dengan perintah Arez, segera melepaskan tas ranselnya dan menyerahkannya pada Kai.

Tapi,

Tanpa berbicara Kai mengambil alih tas tersebut dan segera membawanya. Tanpa mempedulikan Vee dan Arez yang kini hanya mampu menatapnya dengan diam.

Ini mimpi buruk.

Vee tak pernah menyangka sebelumnya jika Kai bisa bertindak ajaib seperti saat ini. Sebagai wujud protes akan ketidaksetujuannya mengetahui Vee berpacaran dengan Arez.

==TBC==

Hallo-hallo maaf sebelumnya cerita ini telat di upload kemarin.

Harusnya cerita ini diupload setiap minggu.

Masih menantivoment kalian teman-teman ^^ terimakasih :D

Wrong NumberWhere stories live. Discover now