Malam ini Indah - (Amora)

481 32 7
                                    

Feli meletakkan lipstiknya ke tempat semula.

"Kamu keliatan beda Ra dari biasanya, cantik banget. Walaupun dandanan simpel gini!" Feli mengacungkan jempolnya. Aku melihat ke arah cermin, pas! Feli benar benar handal memainkan setiap alat make up dalam wajahku. Kurasa dia memiliki bakat seni merias diri yang sangat baik. Sapuan blush on pink yang terlihat pas melingkar di pipiku. Eyeshadow baby grey yang diatasnya diberi sedikit warna putih menutup separuh kelopak mataku. Maskara yang disapukan pada bulu mataku. Dan eyeliner putih yang sengaja dibuat naik dibagian ujung mataku. Tak lupa juga lipstick pink yang senada dengan warna pipiku.

"Kalo beda gini, ntar dia gak yakin kalo aku ini Ara." Kataku sambil terus menyentuh setiap sisi wajahku, mencoba meyakinkan bahwa diriku yang duduk mengahadap cermin ini.

"Hemm.. Ara?"

"Handi ngotot banget minta manggilnya Ara aja. Padahal kan aku udah nyuruh dia manggil Mora." Aku mengangguk menyetujui ucapan Feli. Memang, selama ini Feli belum tau bahwa Handi punya nama kesayangan untukku. Eh? Kesayangan?

Aku memandang Feli yang memandangku lekat, matanya berkedip beberapa kali untuk memperdalam penglihatannya. Aku mengerutkan keningku, meminta penjelasan secara tidak terucap padanya.

"Kamu tuh yaa, ketahuan banget kalo gak pernah dandan. Coba aja kalo sering dandan, ya walaupun simpel gini sih. Tapi lihat deh Ra--" Feli membalikkan tubuhku menghadap ke kaca. Dia memandangku lewat kaca. Akupun mengikuti arah padangnya. Feli tersenyum, tak tau apa yang dia pikirkan.

"Sekarang kamu jadi lebih mirip sama aku. See?" Dia menunjuk cermin dengan dagunya. Beberapa detik setelah itu, barulah bibirku melengkungkan senyum indah. Sekarang aku tau apa maksudnya. Benar! Jika saja aku sering berdandan walaupun simpel seperti ini, aku terlihat mirip dengannya. Dari mata, hidung, mulut, wow! Bahkan senyum kami pun melengkung sama persis.

Aku memang kembarannya Feli sejak dalam kandungan, tapi kata orang orang muka kami itu kadang mirip kadang enggak haha. Tergantung cuaca kali ya?

Mungkin dulu saat masih kecil muka kami masih terlihat mirip jika diamati dalam dalam. Tapi sekarang aku dan Feli sudah menjadi orang dewasa, wajah kami pastilah sudah terkena efek dari alat kecantikan apalagi Feli, sejak SMA kelas 3 setiap sebulan sekali dia selalu pergi ke dokter kecantikan untuk merawat wajahnya.

Entah apa yang dimaksud dengan merawat wajahnya atau malah menyakitinya? Karena sering dia pulang dari dokter itu dengan muka yang tambah merah dan wajah sembab seperti habis menangis. Apa cantik harus menyakiti diri kita dulu?

Hal itu jelas beda denganku yang memang jarang sekali pergi untuk merawat wajah di klinik kecantikan. Bagiku cukup memakai bedak tipis, tak lupa cuci muka agar kulit selalu bersih saja sudah cukup.

Aku memang jarang dandan karena untuk apa berdandan jika hanya pergi ke kampus atau jalan jalan saja memangnya ada kondangan? Hal itu selalu ditentang Feli yang menganut prinsip make up is my life. Jadi, yaaa you know lah Feli tipikal wanita seperti apa. Eh, upss! Hahahaha. Eh tapi--tapi, tunggu?

"Aku ganti baju dulu ya Fel itu kemeja bung--" Ucapanku terpotong karena melihat Feli yang menatapku horor.

"What? What do you say? Kemeja? Can you repeat?" Feli berakting seolah olah tidak mendengar ucapanku. Dia meletakkan kedua tangannya dipinggang.

"Ke-kemeja." Suaraku makin pelan. Aku takut melihat ekspresinya saat ini. Padahal baru tadi dia tertawa.

"Kamu mau ngerusak dandananku dengan pake kemeja itu? Oh God!! Mending kamu pake baju aku aja. Ada beberapa dress sama flatshoesku yang bisa kamu pake. Apa kamu mau pake high hells aku aja?" Tawar Feli, eh- bukan tawar tapi perintah Feli! Huftttt.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BUTTERFLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang