Hari Pertama - (Felicia)

595 304 15
                                    

"Udah turunin sini aja." Pintaku.

"Gakpapa agak depan aja." Tolak Amora.

"Ngapain sih? Disini aja udah." Rengekku sekali lagi.

"Banyak omong deh, ntar aku anter sampe depan kelas nih. Biar sekalian ketemu Dika trus aku ngomong gini hey Dika yaa, halo aku Amora kembarannya Feli, dia suka tuh sama kamu, aku sampe pusing denger curhatannya.'' Aku terkekeh geli, Amora memang selalu bisa membuatku tertawa hahaha, bayangkan dia sedang menyetir dan berkata seolah olah sedang berkenalan dengan Dika.

"Gausah, ntar pas kenalan jadinya kamu lagi yang suka sama dia." Aku mengedipkan sebelah mataku,menggodanya.

"Hih jangan bilang gitu, kalo kesampean gimana?" Dia menantangku.

Aku tertawa mengejek "Yakin mau saingan sama aku?" Ku tampilkan senyum paling mempesonaku.

Dia menggeleng geleng kepalanya, "Udah nih cepet turun!"

Tuh kan dia emang gak pernah mau merebut milik aku. Eh? Milikku? Dika, milikku? Hahaha, sudah cukup Feli kamu baru sekali bertemu dengannya kenapa bisa berharap terlalu tinggi begini.

"Thankyou sista, ntar kalo mau jemput aku calling deh." Aku membuka pintu mobil.

"Yaah, dikira gojek kali." Cibirnya ke arahku.

*****

"Baiklah cukup untuk hari ini, minggu depan persiapkan untuk kuis." Dosen cantikku, Bu Vita mulai menutup pelajaran materi hari ini, aku segera bergegas pergi.

"Feli!!" Seseorang menyentuh lenganku, aku menoleh.

"Eh Dika, iyaa apa?" Aku menampilkan senyum yang lagi lagi keluar saat di dekatnya.

"Ada materi yang aku belum paham. Kalo kamu ajarin aku mulai sekarang aja gimana?" Tanyanya frustasi, baru kusadari rambutnya terlihat acak acak an.

Aku mengangguk.
"Iya sih, gakpapa lagian aku juga free kok. Tapi buku aku ada di rumah, gimana?"

"Kalo gitu kita sekarang ke rumahmu aja, ambil buku sekalian belajar disana. Eh? Gakpapa kan Fel kalo kita ke rumahmu?" Tanyanya hati hati.

"Yaelah, gakpapa kali." Aku tersenyum meyakinkan.

"Yaudah pulang sekarang." Dia menarik tanganku, catat!! Tangan ya, di depan kelas. Ahhhh!! Semua orang yang melihat ke arahku pasti sedang iri. Aduu, Dika ini gak tau ya kalo yang dilakuin udah bikin aku mau pingsan?

Dengan sebelah tangan ku raih ponselku dalam tas.

'Gausah jemput, aku pulang dianter dika.'

*****

"Masuk Dik, kamu tunggu di ruang tamu dulu yaa." Akupun membuka pintu dan bergegas masuk.

"Mbak Amik, mama kemana?" Aku menghampiri mbak Amik, asisten rumah tangga yang bekerja di rumahku sejak 5tahun yang lalu, di dapur.

"Nyona pergi, ini mbak Amik lagi bikin minum buat temennya neng, ini mbak Amik yang anter apa neng yang bawa?" Mbak Amik berusaha menggodaku, sudah kukatakan sebelumnya, aku tidak pernah membawa lelaki ke rumah lagi semenjak pernikahan Farid dan baru Dika yang kubawa sekarang. Pantas seisi rumah menggodaku, macam jones aja sih!

"Yaudah aku aja yang bawa, awas ganggu!" Aku berlagak mengancamnya,tapi hanya tawa yang keluar dari mulutku.

Saat aku sampai di ruang tamu, kulihat Dika tidak ada. Dan kulihat dia berada di pojok dekat lemari yang memang sengaja diletakkan di ruang tamu untuk menyimpan semua lukisan lukisan Amora yang sudah tertata rapi.

Aku meletakkan minuman di meja tamu dan berjalan ke arahnya yang sedang fokus memandang salah satu lukisan itu.

"Itu lukisan yang bikin kembaranku, semua lukisan yang ada disini dia sendiri yang ngelukis. Tapi anehnya, aku gak ada bakat seni seni nya kayak dia." Aku tersenyum memandang lukisan bergambar petani menarik sapi, dulu gambar itu sempat ku coret coret, Amora bilang dia tidak marah tapi nyatanya dia mendiamkanku selama seminggu.

"Kembaran?" Dika mengulangi perkataanku.

"Iyaa, aku anak kembar Dik."

"Oh gitu, yaudah yuk kita mulai aja." Ajaknya segera duduk lagi di kursi.

"Ayo, jadi gini ya sebelumnya kamu harus..." Aku mulai mengambil salah satu buku dan segera memberikan padanya.

------

Butuh vomment dari semuanya Tolong yang sudah baca tinggalkan jejak yaa❤

BUTTERFLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang