Winter

90 10 0
                                    

Peserta no urut 1
Uname: @silentman-
judul: Winter

Ketika bibirnya sunggingkan senyum... aku takut. Aku takut kehilanganmu.

***

Aku mengadahkan kepala menatap langit malam. Bintang-bintang kecil bermandikan sinar, menerangi sang rembulan. Musim dingin tak lama lagi. Desember akan segera datang.

"Hey!" Aku sedikit terkesiap, kehadirannya cukup mengagetkanku. Aku menyeringai menatapnya dan melirik kursi di sebelahku, tanda menyuruhkan duduk.

Memahami maksudku, dia langsung duduk di sebelahku. Tangannya penuh dengan dua cangkir yang berisikan susu coklat.

"Buat kamu," katanya seraya menyerahkan secangkir susu coklat. Aku menerima dan menyeruputnya. "Apa yang kamu pikirkan malam-malam?" tanyanya.

Aku merapatkan tubuh dengan kedua tangan, menahan dinginnya malam. "Tidak ada."

Dia mendengus pelan, "Kakak selalu bingung denganmu. Hobi sekali duduk di sini kayak orang galau."

Kekehan keluar dari bibirku. "Apa sih, Kak? Aku gak galau lagi. Toh, cewek mana yang aku galauin? Emang Kakak yang hobi ganti cewek," ejekku.

Kakakku menoyor kepalaku.

"Kak!"

Setelah puas tertawa, kami terdiam. Langit malam tampak menarik minat kami.

"Leo," panggilnya. Aku menoleh tanpa suara, menunggunya berbicara. "Kamu tahu tentang Winter di bulan Desember?"

Aku menahan tawa. Kakakku benar-benar suka mendongeng. Aku sudah dewasa, sudah sembilan belas tahun. Sudah tidak bisa ditipu dengan ceritanya yang ngawur. Aku tahu pertanyaannya akan membuatnya mendongeng.

"Winter memang terjadi di Desember, Kak," jawabku.

"Bukan itu. Winter itu seorang wanita yang datang di bulan Desember."

"Kamu mau cerita apa lagi?" tuntutku.

Aku tahu dia akan segera menerawang dan memulai ceritanya yang selalu membuatku terhanyut.

"Gadis berambut panjang, dengan kulit seputih salju, dan bibir semerah darah. Namanya Winter. Konon, yang selalu kudengar, dia akan datang menemui sang lelaki di bulan desember hari pertama. Setiap bulan desember akan berbeda pula lelaki yang ditemuinya.

"Dia seorang wanita yang akan memberi kebahagiaan pada lelaki di bulan desember. Namun, hidupnya tertopang oleh salju yang turun. Semakin banyak salju yang turun, ia akan semakin semangat. Namun jika salju melemah dia akan mulai sakit. Dan saat salju berhenti... dia menghilang."

Di malam itu, aku tak percaya apa yang dikatakan kakakku itu benar. Yang kupercaya, dia membualkan dongeng di usianya yang sudah 25 tahun.

Namun, bulan desember hari pertama... semua akan terjadi.

***

Salju pertama telah turun. Tepat di saat bulan desember hari pertama.

Aku dengan mengenakan kaos tipis, langsung menerobos keluar rumah. Aku tahu ini konyol, tapi ini salju pertama.

Aku mengadahkan kepala ke langit. Salju yang indah.

Aku sudah menyewa villa di pedesaan kecil dekat hutan, agar aku dapat menikmati salju dengan keindahan yang lebih dibandingkan di kota. Hanya aku sendiri di sini karena aku tak suka berbagi keindahan bulan ini bersama yang lain.

"Permisi." Suara lembut menelisik telingaku. Aku menoleh dan mendapati seorang gadis cantik berbalut dress polos berwarna gading.

Rambutnya yang hitam panjang sepinggang, kulitnya seputih salju, dan bibirnya semerah darah. Diriku tak sadarkan diri. Apa yang terpancar dari sosoknya telat membuatku terpanakan.

"A-ada apa?" tanyaku berusaha setenang mungkin, meski jantungku berdegup kencang.

Aku tak pernah melihatnya sebelum ini. Selama bertahun-tahun aku menyewa villa di sini dan seluruh warga desa yang sebagian besar pernah kutemui, tak satu pun pernah tampak wujud gadis ini.

Mungkin penduduk baru.

"Aku dari kota..." Dia menggantungkan kalimatnya. Ah, dari kota. Pantas saja. "Mobilku mogok ketika aku sampai di sini. Perjalananku masih sangat jauh. Aku sudah menelpon derek, tapi kata mereka mungkin menunggu beberapa hari karena mereka sedang libur musim dingin. Boleh aku menumpang di villamu beberapa hari? Ah, tapi jika tidak ada kamar kosong, aku akan ke desa saja."

Ke desa? Jaraknya cukup jauh dari villa ini dan dia berjalan kaki pasti melelahkan, ditambah dia seorang wanita.

"Tak perlu. Ada kamar kosong di sini. Bermalamlah beberapa hari."

"Terima kasih banyak," ucapnya dengan wajah berbinar. "Akan ada harga yang kubayar untuk kebaikanmu ini."

"Siapa namamu? Panggil aku Leo."

"Winter."

***

Sudah lima belas hari lamanya, Winter menginap di villaku. Kami bersama turun ke desa dan berkunjung ke rumah warga, kebiasaanku setiap tahun. Winter tampak bahagia bertemu dengan anak-anak desa.

Beberapa warga menduga jika Winter adalah kekasihku. Aku hanya terkekeh karena di lubuk hatiku, aku berharap.

"Mereka sangat lucu, Leo." Winter menghampiriku dengan semangat sama seperti salju yang turun cukup lebat.

Sejak perkenalanku dengan Winter. Kebetulan yang cukup aneh terjadi. Dongeng kecil kakakku waktu itu, perlahan aku mulai percaya. Dan mengira Winter adalah Winter yang dimaksudkan kakakku.

"Winter..." aku menarik lengannya pelan. Dia menoleh dan menatapku bingung. "Maukah menjadi kekasihku untuk selamanya?"

Winter terbelalak. "L-leo, kamu ngomong apa sih? Jangan bercanda."

Aku menggeleng. "Aku serius."

***

Di hari kelima belas, Winter menerima permintaanku. Kami merajut cinta dalam kebahagiaan.

Aku tak ingin Winter adalah dongeng nyata dari kakakku. Kemarin aku melihatnya demam karena salju tak kunjung turun. Yah, hari ke-25 bulan desember. Salju akan segera berakhir.

Hari ini dia kembali ceria karena salju sudah turun.

"Winter, adakah sesuatu yang akan terjadi jika desember berlalu?" tanyaku saat kami menikmati malam di pekarangan villa.

Winter terdiam. Aku meliriknya, matanta sendu. "Aku tak menjamin. Dari caramu bertanya, kurasa kautahu apa yang terjadi padaku jika desember berakhir."

***

Hari ke-31 di bulan desember. Hari terakhir sebelum desember berakhir.

Winter susah bernafas. Namun dia masih berusaha tersenyum di hadapanku. Aku takut... takut kehilangannya.

"Tak apa."

***

Hari pertama di bulan desember. Di tempat yang sama... aku menantinya. Menanti Winter.



SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang