Peserta no urut 2
Uname: Leo_dominica
Judul: WideDeru waktu permainkan sang Pelakon. Antarkan kenyamanan pada suatu kehampaan tak berujung. Kehangatan pun berubah menjadi dinginnya jiwa. Terlapukkan oleh salju di bulan Desember.
Berdiri di sini menggapai sebuah kisah. Asa perlahan mengantarkan jiwa pada kehampaan tak berujung. Kemarukan seorang pelakon, membawanya kepada... sang Wide.
Siapa dia? Wide bukanlah siapa-siapa bagi yang tak pernah mendengarnya. Gadis cantik dengan paras menggoda, Wide namanya.
Konon, akan ada satu pria yang menjadi korban di bulan desember. Wide akan bertampang tak berdaya dan membuat luluh para pria. Dengan cara seperti itu, dia menghisap segala sesuatu miliki si Pria hingga tak sisakan apa pun. Ah, sisakan satu hal. Kehampaan.
***
"Hahaha. Kamu masih aja percaya dongeng kuno macam itu sih, Kak. Kuno, basi." Aldo mengejek Aldi yang menceritakannya dongeng tentang Wide. "Please, ini 2015. Sudah mau 2016 malah, kamu gak malu apa Kak masih percaya dongeng?"
Aldi menjitak gemas puncak kepala Aldo. "Bodo amat lah. Kamu gak percaya? Rugi lah kamu," omel Aldi.
Aldo mengibaskan tangan kirinya, menganggap canda kata-kata Aldi.
"Bodo amat. Bilang aja kamu mau ikutan ke puncak tapi Rasia, pacar tercintamu, gak ngebolehin. Hahaha," ejek Aldo seraya meninggalkan Aldi di ruang tengah.
Aldi memang ingin pergi ke puncak, tapi dia tidak mengarang tentamg Wide. Karena... dia tahu benar tentang Wide.
"Semoga kamu gak ketemu dia, Do," gumamnya.
***
Rencana besar Aldi dalam setahun penuh adalah ke puncak dan akhirnya, hari itu tercapai juga. Aldi dengan ditemani Reno dan Sony --sobat karibnya-- pergi ke puncak bersama.
Aldi yang sudah menantikan hari besar itu, jelas bahagia. Raut wajahnya jelas gambarkan itu.
Dalam perjalanan, Aldo dan kedua kawannya sempat singgah ke kedai kecil. Pemiliknya sudah tua, seperti pendongeng di masa lampau. Benar saja pemikiran Aldi, kakek itu memang pandai berdongeng.
Kakek itu mendongengkan kisah Wide dan pemuda tersesat. Diceritakannya dengan sangat apik dan memukau, tapi Aldi tahu itu hanyalah dongeng. Mana ada Wide di tahun 2012. Konyol, pikir Aldi.
"Kakek, kami pamit dulu ya. Mau melanjutkan perjalanan," ucap Sony ramah.
"Hati-hati bertemu Wide," balas kakek itu dengan suara yang sudah serak.
Aldi tersenyum tipis menanggapinya. Ah, konyol sekali.
Perjalanan mereka bertiga sangat mengasyikkan. Diiringi candaan konyol ketiganya yang memamg pandai bergurau.
"Lo tahu gak, gua nahan tawa setengah mati pas si Kakek cerita tentang Wide. Apaan coba Wide? Konyol. Hahaha," canda Aldi diiringi tawa kedua temannya.
"Gue juga kali, Di. Ya gak, Son," balas Reno.
Ketiganya asyik tertawa. Tak menghiraukan badai yang akan menerpa salah satu dari mereka.
"Istirahat dulu dong. Gue capek." Reno yang bertubuh sedikit lebih berlemak dibanding kedua temannya, sudah terengos kelelahan.
"Oke, Gembul," ejek Sony.
Ketiganya mendirikan sebuah tenda kecil untuk bermalam. Meski salju turun lebat, tidak menghentikkan semangat muda ketiganya.
"Gue cari kayu bakar dulu ya buat api unggun," pamit Aldi pada temannya yang sibuk bercanda. Reno dan Sony mengacungkan jempol tanda setuju.
Aldi masuk ke daerah hutan. Pohon-pohon berselimutkan saju membuat hutan semakin gelap.
Aldi tak merasa gentar untuk masuk. Dengan rajin dia memunguti kayu bakar.
"Akh." Rintihan serak seorang wanita menelusuk pendengaran Aldi. Instingnya langsung bertindak untuk mencari asal suara.
Aldi menemukan seorang gadis yang tergeletak tak berdaya.
"Kau tak apa?" tanya Aldi. Wanita muda itu menggeleng pelan.
Aldi menelusupkan rambut yang terjuntai di wajah wanita itu. Kecantikan luar biasa yang Aldi temui. Wajahnya tampak beraura yang memikatnya kuat dalam sekali pandang. Aldi jatuh cinta.
"Mari kugendong. Aku ada perkemahan kecil dengan kedua temanku. Ada persediaan makanan di sana."
Wanita muda itu menurut pada perkataan Aldi.
Aldi dengan tubuh yang mulai kedinginan tetap gigih menggendong sang Wanita.
"Kau tak apa?" bisik wanita itu.
"Iya aku tak apa. Bersabarlah."
Mereka berjalan dalam hening. Perasaan Aldi kian merasakan dingin yang membekukan dan kehampaan yang membuatnya seperti mau mati saja.
"Kau tak apa?" bisik wanita itu.
"Iya aku tak apa." Aldi mencoba meyakinkan diri. Meski dirinya merasa sesuatu yang salah pada dirinya.
Perlahan, memorinya berputar pada dongeng sang Kakek Pemilik Kedai. "Saat lelaki itu menggendong Wide, dia terus ditanya apakah dirinya baik-baik saja. "
Aldi berusaha mengenyahkan pikiran-pikiran itu. Dirinya merasa kekosongan mulai terus menghampirinya.
"Kau tak bertanya namaku?" bisik wanita itu sangat lirih.
"Ya. Siapa?" tanya Aldi dingin. Tak seperti dirinya.
"Wide. Dan aku akan mengambil seluruh kehangatan jiwamu."
Aldi merasakan beban di punggungnya berkali lipat menjadi sangat berat. Dirinya terjatuh dan tak sadarkan diri.
***
Aldi mengerjapkan mata berusaha melupakan kejadian tiga tahun silam.
Saat ini, dirinya masih dilanda rasa hampa yang teramat hampa. Meski ada seorang gadis di sisinya. Namun rasa hampa itu tetap menghantuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow
Short StorySNOW. Antara Aku, Kau, dan Salju. [tanpa pengeditan] Event flashfiction yang diadakan GarudaWPTeam untuk umum. Selamat membaca!