5. Interview with Mr. CEO

131K 6.8K 75
                                    

BAGIAN CERITA TERSEDIA: PROLOG (AWAL MULA) - PART 8, SISANYA DIHAPUS ACAK.

Belum memutuskan apakah Indy akan mendaftarkan berkas-berkasnya di Hoff Corp atau tidak, Jonathan mengirimikan pesan jika sekretaris CEO itu menghubunginya untuk memberikan informasi dan jadwal tambahan jika CEO itu meminta berkas pendaftarannya sebelum upacara wisuda, sehingga begitu lulus Indy bisa langsung bekerja.

Indy saat ini sedang berbaring diatas sofa sambil menatap langit-langit ruang santainya. Dia merasa sangat bingung dengan pilihan yang ada di depannya saat ini. Apakah ia memang harus menunda kepulangannya ke Indonesia?

Hoff Corporation, Satu minggu kemudian.

Indy berdiri di depan salah satu gedung pencakar langit di kota New York yang berlabelkan HC dimana-mana. Hoff Corp. Indy merasa ngeri sendiri ketika membayangkan ada berapa jumlah lantai di gedung ini. Desain kantornya membuat Indy ternganga. Terlihat modern tapi tetap elegan, classy, dan tentunya cocok sekali sebagai ikon NYC yang prestisius.

Benarkah perusahaan besar ini yang memberinya tawaran pekerjaan minggu lalu? Bagaimana jika ternyata mereka salah orang? Mau disembunyikan dimana wajahnya setelah itu?

Entah sudah berapa lama Indy berdiri mematung sambil menimang-nimang apakah dia seharusnya masuk ke dalam gedung di hadapannya ini atau tidak. Semangatnya tiba-tiba tiarap ketika melihat orang-orang bersetelan rapi keluar dan masuk ke dalam gedung ini. Indy merasa sedikit gugup dan tidak percaya diri. Indy sedikit melirik pakaian yang dikenakannya hari ini. Blazer berwarna krem dan kemeja putih dengan rok selutut dengan warna yang senada. Dengan pump shoes berwarna hitam polos. Terlihat sederhana tapi terlihat pantas.

Indy meraik nafas panjang sebelum bertekad untuk memberanikan diri masuk kedalam gedung ini. Dengan berkas pendaftaran di pelukannya, dia berjalan diantara orang lainnya yang berlalu lalang. Sejujurnya Indy tidak begitu tahu apa yang harus dilakukannya saat melamar pekerjaan. Mungkin Indy harus bertanya pada resepsionis yang bertugas di lobi kantor ini.

Indy berjalan mendekat kearah meja resepsionis yang saat ini terdapat seorang gadis cantik yang berdiri di baliknya. Resepsionis itu terlihat sedang melakukan panggilan telepon dengan entah siapa. Nada bicaranya terdengar sopan sekali. Tak lama kemudian gadis itu mendongak dan menatap Indy yang berdiri di dekat mejanya.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya gadis di depan Indy. Kulirik nametag-nya. Namanya Adrianna.

Indy memilah kata-kata yang harus digunakannya, dan lebih baik tidak bertele-tele, "Nama saya Indy Nabella begini miss, saya kemari ingin memberikan berkas yang—"

"Ah, Miss Nabella, saya mengerti. Akhirnya anda datang juga."

Adrianna terlihat tersenyum dan meminta map yang di pelukan Indy. Indy memberikan berkas-berkas itu pada perempuan bernama Adrianna ini tanpa banyak bertanya. Mungkin tadi Indy salah mengira jika kedatangannya seolah sudah di tunggu oleh si-Adrianna ini. Memang siapa dirinya sehingga harus dinantikan begitu?

"Terima kasih" kata Indy dengan tersenyum. Dia sudah akan berbalik ketika berpikir tidak lagi memiliki urusan dengan Adrianna dan hanya tinggal menunggu panggilan interview.

"Oh, tunggu Miss. Saya hanya ingin mengingatkan jika anda juga harus mengirimkan CV anda secara langsung via E-mail kepada pihak HRD, setelah itu anda harus menunggu untuk panggilan interview. Semoga beruntung." kata Adrianna.

"Baiklah, bisakah saya meminta alamat E-mail HRD?" tanya Indy.

Adrianna terlihat menulis sesuatu dalam sebuah note kecil dan mengulurkannya pada Indy. Indy langsung menyimpan secarik kertas berharga itu di dalam tasnya.

Billion Dollar Bride (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang