The only way to make her happy, is leaving her.
And let her go away.
- SEBAGIAN KONTEN TELAH DIHAPUS -
"Apa karena pria itu?" tanya Kevin tiba-tiba.
Pertanyaan itu memutus keheningan diantara kami, dan menggantinya dengan ketegangan yang lain.
Kevin masih belum mengakui Howard sebagai kekasihku, aku tidak akan lupa yang satu itu. Dan Howard yang berjanji secara langsung dihadapannya pagi itu, untuk menjagaku sebagai kekasihnya, justru meninggalkanku tanpa alasan beberapa jam kemudian. Membuatku terlihat seperti wanita bodoh yang berdiri menunggu dengan kesia-siaan dibawah langit mendung New York sore itu.
Dan terlebih Kevin melihat itu semua dengan langsung. Membuat Kevin menyukaimu di pertemuan pertama tidaklah sulit, tetapi membuatnya kembali mempercayaimu, itu hampir mustahil.
"Aku memiliki kontrak kerja disini. Aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja." jawabku berdalih. Itu memang benar. Tetapi bukan itu alasan utamanya.
"Batalkan saja. Kita bayar penaltinya." balas Kevin dengan tegas.
"Nilainya sangat besar." balasku cepat.
Kevin menyipitkan matanya padaku. Keningnya yang bersinar tertimpa cahaya lampu terlihat berkerut. Aku tahu tatapan itu.
Kevin tahu aku menyembunyikan sesuatu.
"Mengapa aku merasa kau seperti menolak pulang? Padahal seharusnya itu yang kau lakukan. Mengapa seolah kau ingin menetap di Amerika? Apa kau tidak lagi merindukan negaramu? Paman dan bibi? Dan sahabat-sahabatmu?" tanya Kevin.
Aku memejamkan mataku merasa bersalah. Baru kusadari ternyata selama ini banyak sekali yang telah kutinggalkan. Bagaimana bisa aku melupakan mereka meski hanya beberapa bulan?
"......merindukanku? Merindukan masa kecil kita? Bahkan peristirahatan terakhir orang tua kita juga ada disana." lanjut Kevin.
Keluargaku ada disana. Orang-orang tercintaku ada disana. Kevin benar. Aku memang harus pulang.
Tapi aku pun mencintai Howard. Entah mengapa aku merasa dengan kepulanganku ke tanah air, akan membuatku jauh dari Howard untuk waktu yang lama. Untuk waktu yang sangat lama.
"Aku akan pulang ketika Howard sudah mengijinkanku." kataku.
Kevin mendengus sinis mendengar perkataanku. "Pria itu sudah meracuni pikiranmu terlalu jauh. Kau tertipu jika melihat pria itu hanya pergi ke kantornya, bekerja seharian, lalu pulang. Bagaimana jika ia pergi ke tempat lainnya? Bagaimana jika kau bukanlah satu-satunya yang berada di pelukannya?" kata Kevin dengan kejam.
"Kau ini bicara apa Kev?" balasku nyaris berteriak. Aku tidak suka dengan kalimat terakhirnya.
"Kau terlalu percaya padanya. Itulah yang coba kukatakan padamu." balas Kevin.
"Dia tidak mungkin menghianati kepercayaanku. Dia mencintaiku. Maka dari itu aku mempercayainya." jawabku tegas. Aku pun terkejut dengan keberanianku mengatakan jika Howard mencintaiku. Tetapi, bukankah itu benar?
"Lalu apakah aku tidak mencintaimu, saudariku? Apakah kau berpikir jika aku, tidak ingin kau bahagia? Apa menurutmu aku tidak sedang berusaha menyelamatkanmu?" jawab Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Billion Dollar Bride (SELESAI)
RomanceIndy Nabella adalah seorang mahasiswa semester akhir di sebuah perguruan tinggi di New York. Rencana untuk kehidupannya jelas. Selesai belajar ia akan langsung terbang pulang kembali ke Indonesia. Berkarir, lalu mungkin bertemu jodoh dan akan mulai...