BAGIAN CERITA TERSEDIA: PROLOG (AWAL MULA) - PART 8, SISANYA DIHAPUS ACAK.
Indy merasa jika apa yang ada di kehidupannya akhir-akhir ini terjadi begitu cepat dan tiba-tiba. Lowongan kerja, interview, dan puncaknya adalah hari ini. Saat dia harus menemani Mr. Hoffler untuk rapat dengan perusahaan lain di hari keduanya bekerja.
Indy sudah berada di dalam lift untuk naik ke lantai 46 berbekal konsep rancangan yang dikerjakannya semalaman, saat sekretaris Mr. Hoffler secara mendadak mengabarkan bahwa dirinya disertakan dalam rapat hari ini. Untuk berkas-berkas lainnya, Aline-lah yang akan menyiapkannya. Indy juga tidak berbohong saat dia mengatakan jika saat ini kedua kakinya gemetaran. Setiap kali akan bertemu dengan Mr. Hoffler kenapa kakinya selalu gemetaran?
Begitu pintu lift terbuka Indy berusaha menenangkan dirinya dan melangkah keluar dari kotak besi itu, dan semakin melemas ketika melihat Mr. Hoffler sedang berdiri di depan meja sekretarisnya dan sedang berbicara dengannya.
Indy menarik nafas panjang untuk mengumpulkan kepercayaan dirinya. Dia mungkin memang masih baru di perusahaan ini, tapi dia akan berusaha sebaik mungkin. Dan semalam Indy juga sudah mempelajari materi untuk rapat hari ini. Setidaknya, ketika orang-orang disana berbicara, Indy tidak akan ketinggalan terlalu jauh.
Pikiran Indy buyar seketika saat kedua mata tajam Mr. Hoffler menangkap keberadaannya.
Mr. Hoffler tersenyum simpul dan berjalan kearahnya, "kau sudah disini. Kalau begitu ayo, kita harus segera berangkat."
Indy langsung mengikuti langkah besar Mr. Hoffler yang sudah berada di dalam sebuah ruang lift seperti anak bebek mengikuti induknya. Berbeda dengan ruang lift yang digunakannya tadi, ini lift khusus untuk Mr. Hoffer. Pria itu memberikan isyarat agar Indy turut bergabung di dalam lift itu bersamanya. Indy menuruti perkatannya, setengah penasaran bagaimana rasanya naik lift khusus direksi.
Perjalanan menuju lantai 1 dengan lift khusus itu terasa lama sekali. Menciptakan awkward moment. Indy merasakan kegugupan yang luar biasa. Bukan karena soal rapat pertamanya, melainkan dari sudut matanya, Indy merasakan tatapan membakar Mr. Hoffler padanya. Indy tidak berani bertanya apapun, maka dari itu dia berusaha bersabar menanti pintu lift terbuka di lobi.
Begitu mereka sampai di lobi, beberapa karyawan lain melihat kearah Mr. Hoffler dan Indy. Tentunya tatapan kagum pada tampilan sempurna presiden direktur mereka, dan tatapan penasaran siapa gadis yang berjalan mengekor di belakangnya. Indy memaklumi itu. Dia kan karyawan baru di HC, mungkin wajahnya masih belum sering terlihat disini.
"Jangan berjalan di belakangku. Berjalanlah di sebelahku, dan imbangi langkahku." kata Mr. Hoffler.
Indy kebingungan apa dia harus menuruti perkataan Mr.Hoffler atau tidak. Apakah pantas dirinya berjalan beriringan dengan Mr. Hoffler? Dan bagaimana caranya menyatakan jika Indy keberatan?
"Sir... apakah tidak apa-apa?" cicit Indy. Masih sambil berjalan mengikuti langkah Mr. Hoffler.
"Lakukan saja." balas Mr. Hoffler dengan dingin.
Indy mempercepat langkahnya, mengimbangi posisi Mr. Hoffler. Mungkin seharusnya dia melakukan apa saja yang diinginkan Mr. Hoffler. Indy tidak berani membayangkan konsekuensi apa yang akan menantinya di masa depan jika dia membuat Mr. Hoffler marah dan berakhir memecatnya.
Jika begini mereka terlihat seperti sepasang kekasih.
Kenapa pula pemikiran itu bisa sampai di kepalanya? Indy merutuki dirinya yang terlalu berharap banyak pada kehidupannya. Sudah beruntung dirinya bisa bekerja di perusahaan sekelas Hoff Corporation. Masih juga mengharap mendapatkan pemiliknya? Mati saja! Tidak ada cerita seperti itu di dunia nyata. Lagipula mau ditaruh dimana Aline, gadis yang kemungkinan kekasih Mr. Hoffler.
KAMU SEDANG MEMBACA
Billion Dollar Bride (SELESAI)
RomanceIndy Nabella adalah seorang mahasiswa semester akhir di sebuah perguruan tinggi di New York. Rencana untuk kehidupannya jelas. Selesai belajar ia akan langsung terbang pulang kembali ke Indonesia. Berkarir, lalu mungkin bertemu jodoh dan akan mulai...