Heartbeat -2- Run Away

159K 6.2K 292
                                    

Maaf kalau lama

lets enjoy next heartbeat

Multimedia di samping itu Edmund sang Vampire Prince....

ouhhh, sangat susah menemukan sosok yang seperti bayangan author, dan ini yang paling mendekati..

gimana menurut kalian??

******'''''''''********

Bertahun tahun berlalu sejak peristiwa kematian king Jeffery Lorraine. Dan dengan ajaibnya, negeri Oriana kembali tenang setelah tewasnya sang raja dalam pertempuran. Makhluk-makhluk pemangsa itu seakan lenyap di telan bumi. Tak pernah muncul lagi di seluruh pelosok Oriana.

Semua orang kembali ke kehidupan normalnya. Negara kembali tenang di bawah pimpinan Queen Rowena. Sekarang penduduk hidup dalam "damai". Damai yang mencekam.

Setiap bulan purnama, tidak ada seorangpun yang berani mendekati hutan di perbatasan utara karena siapapun tak akan pernah kembali dalam keadaan utuh jika berada di sana saat malam bulan purnama. Meski tak ada yang tahu apa penyebabnya.

Aphrodite duduk termenung di antara hamparan bunga Daffodils, bunga favoritnya. Kebiasaannya dari kecil yang selalu menghabiskan pagi di taman bunga tak pernah hilang darinya. Meski sekarang bukan untuk menggambar melainkan untuk merenung atau bahkan menangis.

" Yang mulia, matahari sudah semakin terik, sebaiknya kita segera masuk ke dalam." Pinta Ruly kepada tuan putrinya. Pelayan Setia Aphrodite itu tak pernah membiarkan tuannya lepas dari pandangan matanya. Selalu menemaninya kemanapun Aphrodite pergi. Bahkan di usianya yang sudah semakin dewasa ini, dia rela tidak menikah demi menjaga tuan putrinya.

 " Kau masuklah dulu Ruly, aku masih ingin disini." Jawab Aphrodite yang masih setia dengan lamunannya.

" Kalau yang mulia masih ingin disini. Hamba juga akan disini." Jawab Ruly.

Aphrodite memandang Ruly dengan sayang. Pelayan setianya, yang sudah di anggap sebagai kakak. Satu-satunya keluarga yang peduli dan perhatian pada Aphrodite. Aphrodite beranjak dari duduknya dan menghampiri Ruly, memeluknya dengan sayang. "Terima kasih Ruly, terima kasih sudah menemaniku setiap hari. Aku tidak tahu bagaimana hari-hariku jika tak ada kau. Sejak ayah meninggal, ibu bahkan tak memperbolehkanku keluar istana. Pelayan istanapun semua sibuk melayani ibu. Tak ada lagi yang memperhatikanku selain kau."

Aphrodite terisak pelan di dalam pelukan Ruly. Jiwanya tersiksa. Dia begitu kesepian. Begitu merindukan ayahnya...

*****'''''''''******

Rowena berdiri angkuh di depan cermin ajaibnya. Ini sudah sepuluh tahun, tapi kecantikannya tak memudar sedikitpun. Bahkan garis-garis halus tanda menuapun seakan tak berani membekas di wajahnya yang sesempurna dewi-dewi surga.

" Cerminku, katakanlah bahwa akulah wanita tercantik di dunia ini? Aku ingin mendengarnya meski aku sudah tahu akulah yang tercantik." Rowena berkata dengan senyum yang mengembang sempurna.

" hmmm AKu tak bisa mengatakannya Queen Rowena." Kata sang cermin yang sukses membuat mata Rowena berkilat marah mengerikan.

" Apa maksudmu?" Rowena menggeram marah. Dia masih Rowena yang sama. Yang tidak suka menjadi nomor 2. Dia haruslah yang utama, yang spesial.

Lalu di dalam cermin, terlihat wajah Aphrodite yang sedang tersenyum di antara hamparan bunga daffodils. Wajahnya merona sempurna. Kecantikan alami yang bahkan bisa menghentikan waktu yang terpesona memandangnya.

Snow White and The Vampire PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang