Lari !!!

18 0 0
                                    

Hari sudah semakin siang. Mereka juga istirahat sejenak untuk makan di pinggir jalan karena rasa lelah menganen sudah menghampiri mereka. Mereka masuk ke sebuah rumah makan pinggir jalan dengan membawa beberapa uang receh, hasil mereka ngamen tadi.
"Ok. Hari ini kita udah dapet sepuluh ribu lima ratus. Kita mau beli apa nih ? Ada telur dadar, ayam goreng.....masih banyak lagi." kata Iwan dengan nada bicara seperti biasa nya yaitu ceplas-ceplos.
"Sadar dong mas. Kita punya uang cuman segini.Mana cukup buat beli ayam. Bahkan boro-boro ayam. Telur dadar aja gak cukup." balas Amel dengan nada sedikit sewot.
"Tau lu. Ini tuh cukup buat beli nasi sama tempe doang. Itu pun cuman dua bungkus. Yaudah kita beli itu aja. Makannya dua-dua." jawab Galang sambil memesan makanannya. Lalu ia mencari-cari tempat duduk yang masih kosong. Ia tak menemukannya. Tak lama kemudian, ibu pemilik warung datang sambil membawa kantong plastik yang berisi dua bungkus nasi dengan lauk tempe.
"Ok. Makasih bu, berapa bu ?" Galang menerima nasi bungkus itu.
" semua jadi sembilan ribu lima ratus." jawab ibu pemilik warung itu.
"Tempatnya penuh nih. Mau makan dinana ya ?" tampak Iwan sedang berfikir. "Oiya. Makan aja di depan emperan toko itu tuh." Galang menujuklan sebuah toko yang memiliki tempat garasi mobil yang luas dan teduh. Toko itu terlihat tutup. Di depan dan di samping-sampingnya tampak para pedagang yang sedang melakukan jual beri barang yang mereka tawarkan. Padahal jalanan itu adalah jalan khusus pejalan kaki. Tanpa pikir panjang Iwan, Amel, dan Laras mengangguk tanda setuju. Lekas mereka menuju toko yang ditunjuk oleh Galang. Mereka membuka nasi bungkus yang mereka beli.
"Ok. Saatnya makan." Iwan tampak sangat bersemangat membuka bungkus nasi itu. Satu bungkus untuk Galang dan Iwan dan satu bungkus untuk Amel dan Laras. Tampak Galang, Iwan, dan Amel sangat menikmati makanannya sedangkan Laras tampak kebingungan kepada mereka bertiga yang sedang makan dengan lahap.
"Kalian...makan gak pake sendok ? Emang bersih kalau gak pake sendok ? Kalian itu habis berpapasan dengan debu. Tangan kalian pasti juga kena debu." tanya Laras keheranan.
"Yang penting buat kita tuh bisa makan. Yang penting kenyang." Laras mengangguk tanda mengerti karena perutnya yang sudah lapar tanpa pikir panjang Laras segera makan bersama dengan Amel tanpa sendok. Mereka makan dengan sangat nikmat. Beberapa lama kemudian kenikmatan mereka terganggu saat para pedagang yang berada di samping mereka teriak lalu langsung lari berhamburan sambil membawa barang dagangan mereka. Galang heran atas kejadian itu lalu dia menoleh ke. Kanan, dan terlihat dari kejauhan lima orang laki-laki berbadan tegap yang sedang berlari kearah mereka. Galang tampak panik sekali lalu ia menengok ke arah teman-temannya.
"Kita harus lari sekarang." kata Galang. "Emang harus sekarang banget ya ? Belum habis nih. Tanggung." jawab Iwan dengan mulut penuh nya yang terisi dengan makanan.
" iya harus sekarang banget. Soalnya ada SATPOL PP!" jawab Galang dengan wajah panik."HAAH!" mereka kaget dengan bersamaan dengan cepat mereka lari, makanan yang mereka beli ditinggal. Tampaknya lima orang satpol pp itu melihat mereka ber-empat dan langsung lari mengejarnya. Mereka ber-empat lari dan masuk kedalam sebuah gang dan bersembunyi di halaman rumah orang yang dipenuhi rerumputan. "Yaampun segala ada satpol pp lagi. Belum juga kenyang." keluh Iwan.
"Diem lu nanti ketawan." gertak Galang. Lima orang satpol pp itu berada di depan mereka. Namun karena rerumputan dan banyak pohon-pohon jadi mereka tidak melihat Laras, Amel, Iwan, dan Galang. Tiba-tiba ibu pemilik rumah tempat bersembunyi La ras, Iwan, Amel, dan Galang keluar dari rumah. Ia kaget melihat empat orang anak sedang bersembunyi dan berbisik-bisik.
   "Hei ! Ngapain kalian ? Mau maling ya ? Maling...maling..."
Sontal Laras, Iwan, Amel,Galang kaget dan langsung berdiri dengan bersamaan. Satpol pp yang sedang mencari mereka juga kaget dan langsung menengok ke arah ibu yang berteriak. Satpol pp berhasil menemukkan mereka.
                        *****

MEREKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang