Jadi mereka.....

23 1 0
                                    

   "KESIANGAN...." Laras berteriak dengan sangat kencang. Dia membuka pintu kamarnya yang berada di lantai dua dan menutupnya dengan cara membantingnya karena tergesa-gesa.
   "Bu.....laras kesiangan. Ibu gak bangunin Laras ?"  tanya laras sambil memakai dasi nya.
   "Aduh...maaf ya Laras, ibu juga kesiangan." jawab ibu Laras sembari mengoleskan mentega ke roti. Tampak wajah ibu yang sangat panik.
   "Ayah mana bu ?"  tanya Laras
  "Ayah juga kesiangan, makannya dia langsung berangkat. Ayah juga gak sempet makan."
   " jadi Laras di tinggal ?. Haaa...bisa-bisa telat..yaudah Laras berangkat dulu ya bu, assalamuallaikum."
" wa'alaikumsallam laras."
Dengan sigap Laras langsung mengambil roti yang telah di siapkan oleh ibu dan langsung mencium punggung tangan ibu lalu lari sekencang-kencangnya.
   "Aduh...kok bisa kesiangan masal ya ? Ya ampun....ayah ninggalin aku lagi." gumamnya dalam hati.
Ia berjalan melewati jalan yang sama seperti saat kemarin yang dilewatinya untuk pulang kerumah.Ia melihat tiga orang anak yang di tabraknya kemarin. Mereka sedang mengamen di bawah lampu merah dengan wajah yang sangat ceria.
   "Eh. Itukan mereka,mereka ngapain di situ ? Apa mereka gak sekolah ya ? Apa sekolah mereka masuk siang ? Atauemang mereka gak sekolah tapi mereka ngamen ? Ah tau ah. Nanti aja cari tau nya. Sekarang udah telat." Laras langsung berlari sekencang-kencang nya menuju sekolah

                         *****
"Untung  aja tadi gak telat. Gerbang di tutup aku langsung lari masuk ke dalem. Kalau enggak bisa di jemur aku di tengah lapangan." gerutu nya dengan suara pelan.
   Lagi-lagi laras bertemu dengan tiga anak yang sama seperti tadi pagi. Laras melihat mereka bertiga masuk ke dalam sebuah gang yang tidak terlalu sempit. Tanpa pikir panjang Laras langsung mengikuti mereka  bertiga. Dengan mengendap-mendap ala detektif Laras mengikuti mereka bertiga memasuki gang tersebut, gang yang tampak sepi, yang ada hanya ayam yang lalu lalang di tengah jalan. Tampak mereka sedang menghitung uang sambil berjalan. Laras juga sibuk dengan beberapa buku yang dia bawa di tangan, karena tak muat bila di masukkan ke dalam tas.
  "Aduh ribet banget sih ni buku." buku-buku Laras langsung jatuh berhamburan. Mereka bertiga yang berada lebih di depan Laras langsung terkejut. Mereka bertiga tak berani menengok ke belakang.
   "Suara apaan tuh ?" anak perempuan itu melirik kepada kedua temannya. Anak laki-laki yang bertubuh gemuk langsung merespont pertanyaan temannya.
   "Jangan-jangan...."
   "Satpol pp !"  teriak mereka bersamaan. "Kabur....."
Baru setengah jalan mereka berlari. Laras yang sudah selesai membereskan buku-buku nya langsung lari dan berteriak.
   "Hei....tunggu...hei....aku bukan satpol pp. Hei".  Mereka langsung berhenti dan secara kompak mereka menengok ke belakang. Mereka menghampiri Laras dan langsung bertanya.
   "Lu bukannya yang kemarin nabrak kita ? Mau ngapain lu ngikutin kita ?" tanya anak laki-laki yang bertubuh gemuk ke Laras dengan wajah penasaran. Laras menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh anak itu.
   "Oh iya. Nama ku Laras. Aku ngikutin kalian soalnya aku kepo. Tadi pagi waktu aku mau berangkat sekolah, aku liat kalian lagi ngamen, maaf kalau boleh tau emang kalian gak sekolah ?" kalimat terakhir itu Laras ucapkan dengan nada suara yang rendah.
  Anak perempuan itu langsung menjawab pertanyaan Laras.
   "Iya kita gak sekolah" mereka diam beberapa saat.
   "Eh. Oh iya kenalin temen gua yang kurus itu namanya Iwan. Nah yang gendut ini sepupu gua namanya galang. Nah kalau nama gua adalah amel." Laras merespont dengan tersenyum. Tak lama kemudian Galang angkat bicara.
   "Gua tinggal sama amel, sama ibu amel. Tadi nya gua tinggal sama nenek, tapi dia udah meninggal karena darah rendah."
Amel melanjutkan pembicaraan Galang.
   "Iya. Ayah gua udah meninggal karena kecelakaan, sekarang ibu gua sakit-sakitan. Jadi gua sama Galang berinisiatif buat bantuin ibu gua ngurangin bebannya untuk nafkahin kita. Ibu gua kerja jadi tukang gorengan keliling. Jadi hasilnya juga gak nentu."
  "Kalo gua. Tinggal sama tante gua. Tante gua kerjanya jadi tukang jahit. Jadi gak setiap hari dapet uang. Tadi nya gua sekolah tapi baru-baru ini penghasilan tante gua menurun." timpa Iwan dengan wajah tertunduk. Laras mendengarkan mereka dengan saksama. "Jadi kalian gak sekolah?" tanya Laras
   "Jadi kalian ngamen untuk itu ?". Tanya Laras dengan nada pelan. Galang langsung merespont nya. "Gak cuma untuk itu."
"Lalu untuk apa lagi ? " Laras kembali bertanya.
"Nanti lu juga tau sendiri." timpa Iwan. "Kaliam gak bawa gitar ?" tanya Laras.
" kita ngamen gak bawa gitar, gak ada uangnya. Cukup pake kantong plastik aja buat taruh uang yang di kasih sama orang-orang." jawab Galang dengan santai. Laras hanya ber-oh panjang.
Keadaan sempat hening hingga beberapa saat.Lalu Laras memecah keheningan di antara mereka.
"Ok.besok aku boleh ikut kalian gak ?" tanya Laras.
"Kemana ?" amel bertanya balik
"ngamen." jawab Laras dengan sangat semangat.
"HAH !" jawab mereka bertiga dengan wajah yang terkejut.

MEREKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang