- The Day. 3 -

330 46 3
                                    

Perlahan pemuda berambut kriting itu mengerjap, menyesuaikan intensitas cahaya yang baru masuk dalam pengelihatannya.

Alisnya saling bertautan ketika melihat keadaan sekitarnya. Tampak begitu familiar dekorasi dari ruang yang tengah ditempatinya.

"Bodoh." Desisnya saat menyadari ruangan itu adalah kamarnya sendiri.

Harry berusaha untuk bangun tapi rasa pusing dan nyeri sangat amat terasa dikepalanya sehingga membuatnya mengerang cukup keras.

Ceklek

Seseorang tiba-tiba membuka pintu kamar Harry. Terlihat pemuda berwajah ketimuran nampak terkejut saat melihat Harry yang mengerang tiba-tiba.

"Ada apa, Harr? Katakan padaku." ucap Zayn panik seraya berlari mendekat ke Harry. Hanya gelengan pelan yang bisa diterima Zayn.

"Apa ada yang sakit? Kau membuat kami khawatir." Raut wajah bingung terlihat jelas pada Harry. Zayn menghela napas sejenak sebelum kembali bersuara.

"Tadi pagi Liam menemukanmu tergeletak di dapur. Ia memanggilku untuk membantu menggotongmu ke kamar. Sebenarnya kau kenapa? Kenapa bisa sampai pingsan? Aku tau tubuhmu tidak seringkih itu. Apa pekerjaan kantormu yang membuatmu begini?." Secara bertubi-tubi Zayn melempar rentetan pertanyaan yang semakin membuat Harry tambah pusing.

"Tidak, bukan soal pekerjaan yang membuatku begini." Jawab Harry.

"Lalu apa?." Harry kembali mencoba mengingingat semua kejadian yang terjadi sebelum akhirnya ia pingsan. Tapi, Nihil. Semakin dipaksanya untuk mengingat rasa nyeri kepalanya kian menjadi.

"Okay..okay..stop, aku tidak memaksa, Harr." Didorongnya pelan kedua bahu Harry agar bisa merilekskan kembali tubuh serta pikirannya itu. "Mmm, jam 8 nanti kumpul dikamar Liam ya. Ada hal penting yang harus dibicarakan." Harry mengangguk sebelum detik selanjutnya Zayn berjalan keluar kamarnya.

***

Zayn,Niall, dan tentunya Liam sudah berkumpul sejak 10 menit yang lalu dikamar Liam. Bicara soal Niall, pemuda itu memang sudah kembali lagi ke flat setelah dua hari yang lalu menjalani operasi pada matanya itu. Sebenarnya kondisinya sedikit belum pulih total, sebelah matanya masih terpasang kasa dan kapas yang menutupi luka operasi yang masih basah. tapi sifat keras kepalanya untuk kembali ke flat itu terlalu besar. Padahal ibunya sendiri meminta Niall untuk tinggal bersamanya sampai kondisinya membaik.

Obrolan antar pemuda itu terhenti beberapa saat karena suara decitan pintu yang terbuka. Seulas senyum hangat diberikan peduma yang baru masuk kamar Liam itu. Ia melangkah mendekat kearah sahabat-sahabatnya.

Sekarang mereka semua -- minus Louis -- sudah duduk dengan membuat lingkaran. Raut wajah serius sangat jelas terlihat dari masing-masing wajah mereka terkecuali Harry.

"Well, kita mau bahas apa?." Harry memulai pembicaraan.

"Sesuatu yang penting." celetuk Niall.

"Aku tau, bodoh. Wajah kalian terlalu serius untuk membahas hal konyol." Balas Harry

"Kalau begitu seharusnya kau tidak tanya lagi. Well, tadi pagi kau benar pingsan? Tanya Niall. Harry mengangguk pelan. Ia mulai mencerikan semua kejadian malam itu yang sudah ia ingat. Kaget. Itu respon yang diberikan 3 sahabatnya.

"Okay, jadi begini..." Liam menggantungkan kata-katanya. Terlihat Zayn sedikit jengkel.

"cukup!. Kita mau bahas soal Louis." Sergah Zayn yang sejak tadi sudah gemas dengan tingkah Liam dan Niall.

"Louis?." Tanya Harry sedikit ragu. Niall,Zayn dan Liam mengangguk serentak.

"Ini sudah kelewat batas. Aku tidak mau ada korban lagi. Niall dan Harry sudah cukup untuk menjadi korban." Ucap Zayn

"hmm, apa menurut kalian ini semua ulah Louis? Ma-maksudku, bukankah ada unsur lain selain Louis?." ucap Harry sembari menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

"Itu sudah jelas-jelas Louis, Harr. Aku masih sadar biarpun saat itu rasa kantuk menyerangku. Louislah yang menusuk mataku!."

"Iya aku tau. Tapi menurutku ini bukan seutuhnya Louis. Aku merasa kalau ada makhluk lain. Mungkin ini terdengar konyol." Harry terus membela Louis. Sementara Niall masih teguh dengan pendiriannya yang menunjuk Louis sebagai pelakunya.

"Jadi, maksudmu semua ini ulah makhluk halus?." Tanya Zayn dengan sedikit mengerutkan keningnya.

"Entahlah, aku juga masih bingung." Ucap Harry frustasi.

"Kita bisa minta bantuan Ernez ." Ucap Liam dengan kepala yang mengangguk-angguk layaknya baru mendapat ide

"Ernez?pacarmu?." Tanya Niall dengan tampang innocentnya. Liam menggeleng cepat. Pun, Liam menjelaskan semua rencananya itu kepada 3 sahabatnya. Anggukan dan senyuman setuju ia terima dari 3 sahabatnya itu. Mereka memutuskan untuk mulai menjalankan rencana lusa.

-------------------------------------------------------------

Sampe chap ini ada yg masih bingung alurnya? Comment aja klo masih bingung :D

Sorry klo chapnya gaje :'')

[ + ] 5 votes for the next chap !

sleepwalking [ l.t ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang