Surya tampak apik memancarkan segala kemampuan nya menyinari bumi. Silau nya menyirat kebahagiaan yang akan manusia tempuh selanjutnya. Awan yang menggumpal pun pasti di tembus oleh tusukan cahaya kuning nya.
Seolah menemani gadis yang duduk sambil merenungi dirinya di bangku kayu coklat, dengan segelintir kata-kata yang ia rangkai dalam benak. Gadis itu berasumsi bahwa ia mampu melakukan hal terberat nya.
Mendapatkan sebuah emas bukan berarti harus di buang kembali.
Sama seperti yang Haneul rasakan.
Seakan mendapat emas yang di ibaratkan Sehun, dengan berbagai akal untuk tidak menjauhi nya pun terasa berat.
Aku tidak mau putra ku berhubungan dengan mu. Entahlah, aku seperti merasa bersalah jika kau melakukan hubungan spesial dengan nya, aku merasa itu adalah sesuatu yang salah. Jadi ku mohon, jauhilah, dan tinggalkan Sehun untuk beberapa tahun ke depan.
Segelincir kata itu seperti kata terakhir nya untuk hidup. Kata terakhir agar Haneul tidak bernaung pada bumi bulat pepat ini. Bagai ditusuk anak panah, lalu kembali disiram air jeruk lemon yang amat sangat terasa perih nya.
"Hey,"
Dengan senyuman seuntai malaikat, pemuda itu akhirnya datang dengan balutan seragam sekolah yang pas dikenakan. Berbeda dengan Haneul yang mengenakan dress selutut bersama tas dan koper nya.
Pertama kali, pemuda itu mengedarkan pandangan pada suasana taman kemudian tertarik pada dua tas yang tertenteng gadis itu. Ia menelik sebentar, kemudian menerka apa yang akan dilakukan gadis itu dengan dua tas besar yang ia bawa.
"Kau mau kemana?"
"Sehun, hari ini.. aku harus pindah ke London. Dan aku tidak tahu akan kembali atau tidak." Gadis itu memainkan ujung dress nya seraya menggigit bibir bawah nya.
Tak digubris. Melainkan tatapan bingung dengan alis bertaut serta kerutan kening yang Haneul dapat.
"Jadi kau mengundang ku hanya untuk mengatakan kata tidak berguna itu?"
"Sehun, ku mohon dengarkan aku-"
"Apa aku melakukan kesalahan? Apa perbuatan kita yang kemarin membuat mu kembali bersalah dan harus meninggalkan ku sejauh itu? Kenapa,huh? Bukankah saat itu kau yang meminta aku melakukan nya?"
"Sehun berhen-"
"Kenapa? Sekarang kau merasa bersalah? Bukankah kau mencintai ku? Bahkan aku pun mencintai mu. Kau bodoh Haneul. Kau-"
"Sehun! Cukup!"
Merasa panas tak kalah terbakar, gadis itu mulai menyahut. Menyuarakan apa yang ingin ia suarakan. Mengklarifikasi bahwa tiap suku kata yang pemuda itu katakan berada dalam jalur yang berbeda.
"Apa kau tahu siapa yang membunuh orang tua ku selama ini, huh? Itu semua karena ayah mu! Ayah mu yang membunuh orang tua ku."
Obsidian coklat nan elang itu melebar dengan pupil yang ikut mengecil. Ucapan nya bagai menguap terbang diudara. Pembunuh yang sama. Kejadian yang berterkaitan.
"Ayah mu membunuh ibu mu karena sebagai pelampiasan saja kan? Ya, sebelum ayah mu mengenal ibu mu dan menikah dengan nya, orang yang masih berada di hati nya adalah ibu ku, Sehun. Ibu ku!" Obrolan nya kian memanas. Pecah begitu saja. Setiap huruf yang terlontar bagai cabai pedas.
Isakan terdengar. Tundukkan kepala pun gadis itu lakukan. Tangan nya mengepal kuat di atas paha.
"Maafkan ibu ku, Sehun. Kau pasti sangat membenci ibu ku, 'kan? Atas nama Jung Minra, ibu ku, aku sangat meminta maaf pada mu." Gadis itu bangkit, membungkuk hormat lalu menarik pegangan koper.
Seraya menjauhi langkah yang terasa berat. Koper mulai berjalan karena tarikan nya. Tetapi langkah nya kembali terhenti kala terdengar suara menginterupsi perjalanan Haneul untuk menjauh.
"Apa ayah ku yang memberi mu sekarung uang untuk kepindahan mu ke London?"
Haneul diam. Tidak berniat menjawab pun tidak menatap wajah pemuda itu.
"Apa kau memang benar-benar menjauhi ku? Untuk selamanya?"
Gadis itu kembali menangis. Menumpahkan kristal-kristal bening yang merosot keluar dari pelupuk nya. Memenuhi wajah, bahkan tetesan terjatuh di atas koper merah maroon yang berada didepan nya.
Dirinya kembali terasa berat meninggalkan pemuda yang berhasil mencuri hati nya. Tangan kekar pemuda itu memeluk nya dari belakang, ikut menangis di bahu gadis itu. Merasakan kesedihan yang sama dibalik nyanyian angin yang mengalun indah. Merasakan kehangatan sehangat sang surya menyinari isi bumi.
"Apa kau benar-benar akan meninggalkan ku?" Pemuda itu kembali bertanya disela tangisan nya.
Anggap Sehun lemah. Ya, memang dia akan lemah tanpa gadis ini. Jenuh, tanpa ada pelangi yang mewarnai hidup nya. Jalan hidup nya ke depan kelam, pelangi akan hilang dan kembali mendung. Hidup nya kacau, awan kembali menangis dengan sambaran kilat dimana-mana.
Apa daya. Gadis itu hanya mampu menjauhi nya sejauh mungkin. Bersamaan dengan tangan nya yang melepas eratan tangan Sehun yang melingkar sempurna di pinggang lalu diperut nya.
"Maafkan aku, Sehun. Jangan membuat ku merasa berat untuk meninggalkan mu. Biarkan aku pergi jauh dari pelukan mu. Biarkan aku pergi jika kau ingin melihat ku bahagia."
TBC
Ini untuk mengobati rasa rindu kalian sama FF ini~~~~~~ pendek gapapa ya:'3 semoga kalian suka sama chapter ini:'3
Bagi yang Jongin stan? Cek profile ku, ada FF Jongin tuh:3 /ceritanya promo/ -__-
Ready for last chapter? :'D
KAMU SEDANG MEMBACA
From nerd to be..(?)
RandomAku hanyalah si gadis berkacamata bulat. Pengidap kutu buku akut yang tidak bisa lepas dari kehidupan ku. sebelum aku bertemu dengannya. A man who becomes a liar to me.