Kakashi-kun! (Sakura)

15.1K 460 7
                                    

Itu dia. Disana. Sedang membaca buku favoritnya. Dia bilang buku itu sangat berarti baginya. Dia bilang kalau buku itu hilang, itu bahkan lebih menyakitkan dari pada dia kehilangan kekasihnya sekalipun. Hah! Mengesalkan bukan? Dasar pervert memang. Ah, aku bahkan menyebutnya Kakashi no hentai. Karna kegemarannya yang selalu membaca buku itu. Membacanya hingga lupa waktu, bahkan dia bisa membaca buku yang sama secara berulang-ulang. Ck, benar-benar dia itu.

Aku terus berjalan memasuki perpustakaan kota sambil terus menatapnya. Hm, aku sempat tak percaya dia berada disini, ah tapi terserahlah.

Aku pun mulai mencari novel yang kemarin sempat kubaca. Aku berniat membaca kelanjutan dari kisah Bella Swan yang sudah menikah dengan Edward Cullen. Dan setelah menemukannya, aku menuju salah satu kursi disana.

Aku sengaja duduk dihadapannya. Ya, Kakashi. Aku duduk dihadapan Kakashi. Boleh kuulangi?

Aku.Duduk.Di.Hadapan.Kakashi.
Ya, Hatake Kakashi.

Aku bisa saja pamer pada para fans-nya, tapi maaf aku masih ingin hidup. Karna pasti mereka akan sangat iri juga marah. Dan itu mengerikan. Berurusan dengan fans Kakashi adalah hal terakhir yang aku pikirkan untuk kulakukan.

Omong-omong, Kakashi itu, sebutlah pria tampan dengan sejuta pesona serta kharismanya yang membuat seluruh kaum hawa bahkan rela bertekuk lutut dikakinya saat itu juga.

Dia pria dingin tapi ramah. Oke maksudku, dia memang dingin tapi terkadang bisa menjadi orang yang paling ramah yang pernah kutemui.

Dia pria yang santai bahkan kelewat santai, seperti hidup segan mati tak mau. Dia ini sangat easy going sebenarnya, hanya saja dengan sikapnya yang dingin dia jadi terkesan tak mau berteman dengan sembarangan orang. Intinya dia pria dewasa yang sangat-sangat mengagumkan.

Aku meliriknya sekilas. Ingin tahu buku apa yang dibacanya yang membuatnya berada di perpustakaan kota di akhir pekan seperti ini.

Icha icha tactic spesial edition. Bacaku dalam hati.

Ah, harusnya aku sudah tahu apa yang akan membawanya kesini. Dasar pria itu. Dimanapun dia berada, selalu saja buku pervert itu akan selalu bersamanya.

***

"Kemarin aku melihatmu disana." Dia menoleh menatapku sambil menaikan sebelah alisnya.

"Saat kau dikejar-kejar para gadis di kampus. Aku tak menyangka akan melihat wajah panikmu yang sangat langka itu..." lanjutku. Aku tertawa terbahak saat mengingat betapa polos dan bodohnya ekspresi Kakashi saat dikejar-kejar para gadis satu kampus -mungkin.

Dia mendengus. Menutup bukunya seraya menyandarkan kepalanya dibahuku. Sekarang aku memang sedang berkunjung kerumahnya.

Tunggu dulu. Apa kalian berpikir kami memiliki semacam affair? Ah, tentu saja kalian berpikir seperti itu. Tapi jangan salah paham. Kami ini memang pasangan kekasih. Hanya beberapa orang saja yang tahu itu, itu pun teman-teman dekat kami saja. Kalau fans-nya tentu saja tidak tahu. Kalau mereka tahu, sudah pasti aku hanya tinggal nama.

Aku pun terkekeh melihat reaksinya. Dia pasti sudah sangat kesusahan menangani para gadis itu. "Tunggu sebentar. Aku ada sesuatu untukmu." Kataku kemudian bangkit dan menuju dapur, mengambil sesuatu dari tas-ku yang kutaruh dimeja dapur.

"Ini.." aku menyodorkan sebuah bungkusan padanya. "Tadi aku bertemu Yamato, dia menitipkan ini untukmu."

Dia menerimanya dan membukanya, membuatku ikut penasaran dengan isinya.

Aku hanya mendengus kesal saat tahu apa isi dari paket itu.

Icha icha paradise seri terbaru. Ha! Dasar para pria dewasa.

Tapi, dia justru menutup bukunya dan menaruhnya diatas meja depan sofa. Aku menatapnya bingung.
Tak biasanya dia melewatkan bacaan wajibnya di malam minggu seperti ini.

"Tumben sekali. Kau tidak penasaran dengan buku itu?" Tanyaku. Dia malah merebahkan kepalanya diatas pahaku.

"Yang itu nanti saja. Aku rindu yang seperti ini." Jawabnya yang sarat akan kemanjaan.

"Huh. Salah siapa kau terlalu sibuk dengan buku sialan itu." Dengusku. Dia terkekeh dan menyembunyikan wajahnya diperutku seraya memeluk pinggangku erat. Aku reflek mengelus rambut silvernya yang menantang gravitasi. Sangat keren. Aku suka itu.

***

"Sakuuuu... ambilkan handuk dilemari bagian bawah." Teriaknya dari dalam kamar mandi. Aku yang sedang berada didapur hendak memasak terpaksa mengambilkan handuknya terlebih dahulu daripada mendengarnya terus berteriak-teriak, dan makin membuat telingaku sakit. Huft, dia itu sedikit tidak sabaran.

"Sakuuraaaa..."

"Heh, berisik. Ini." Delikku seraya menyodorkan handuk tepat didepan wajahnya yang melongok dari dalam kamar mandi.

"Makanya kalau mau mandi siapkan dulu semua kebutuhannya. Dasar orang tua pervert." Gerutuku dan berlalu ke dapur, kembali memasak.

Aku pun larut dalam kegiatanku menyiapkan makan malam untuk kami.

Saat sedang sibuk memasak aku merasakan sebuah lengan yang memeluk pinggangku. Kakashi. Tak lama aku juga merasakan kepalanya yang ia sandarkan dibahuku. Ck, kalau seperti ini pasti akan mengganggu konsentrasi memasakku.

Kakashi makin mengeratkan pelukannya dan mulai mengendus leherku. Ah, sial kenapa aku tadi harus mencepol rambutku. Ini tentu saja makin mempermudahkannya yang gemar sekali mengeksplor leherku, bahkan mencumbunya hingga ke tulang selangkaku.

Oh, kalau sedang hentai mode begini, dia bisa kelewat santai mencumbu dada bagian atasku hingga hampir mengenai payudaraku. Seperti sekarang ini, bahkan tangan dengan jemari lentiknya itu sudah siap didalam kaos longgar yang kupakai.

Jemarinya itu mengelus perutku dan makin keatas masih dengan bibirnya yang bermain dileher dan sekitar telingaku.

Aku mengerang, "Kakashi hentikan... masakanku.. aku.." ucapku tak karuan. Efek dari tangannya yang berada tepat diatas payudaraku. Kakashi meremasnya pelan namun bergairah.

Kurasakan dia menyeringai dibalik leherku. Sedetik kemudian dia membalikkan tubuhku, memelukku dan makin merapatkan tubuh kami hingga aku bisa merasakan miliknya yang mengeras.

Dia masih betah dengan french kiss yang kami lakukan sampai..

Sampai aku mencium bau gosong. Segera saja aku melepaskan pagutan kami dan menatap horor pada masakanku.

"Aaaaahh, Kakashiiii... lihat. Masakanku jadi gosong begini kan.." omelku. Tapi dia hanya terkekeh dan menggaruk kepalanya.

"Maaf.." Ringisnya polos.

You're Mine and I'm Yours [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang