Bagian 2A: Alasan

28 1 2
                                    

Pukul lima pagi Fuyu terjaga. Memang setiap hari ia rajin bangun pagi. Tapi, pagi ini gadis itu tidak bias langsung turun dari tempat tidurnya. Bukan karena malas namun, karena rasa sakit di seluruh tubuh, membuatnya tetap berbaring di tempat tidur. Pusat rasa sakitnya adalah kaki, sementara ia merasa nyeri di sana sini. Erangan lolos dari bibirnya. Padahal kemarin rasanya tidak sesakit ini. Berkali-kali mencoba bangun, tapi gagal. Punggungnya luar biasa sakit. Akhirnya ia menyerah.

Kembali menyamankan kepala diatas bantal. Iris malamnya menerawang kembali mengingat mimpi semalam. Ia diklaim sebagai kekasih seorang dokter, ingin menolak tapi takbisa. Akhirnya ia menyetujui dan mereka pun pacaran. Kalau boleh jujur, pria itu sangat tampan. Namanya Ryu Akira. Ya ampun, bahkan Fuyu ingat setiap detail mimpinya tentang pria itu. Kesimpulannya, Fuyu menganggap kejadian kemarin adalah mimpi, kecuali bagian kecelakaannya.

"Ahaha... mimpi yang aneh. Pasti karena aku kelelahan." Fuyu mencoba menepis bayangan mimpi yang terasa nyata itu. Menghela napas sebelum akhirnya iris malamnya kembali terlihat. Samar-samar ia bisa mendengar suara dari dapur. Pasti ibunya sedang menyiapkan sarapan. Harusnya itu tugas Fuyu. Tapi, karena tubuhnya tidak bisa dikompromi terpaksa Fuyu harus membuat pekerjaan ibunya bertambah. Fuyu ingat semalam ibunya menangis melihat ia pulang dengan penuh luka. Untungnya gadis itu bisa menenangkan sang ibu. Ia tidak ingin melihat ibunya sedih.

"Ohayou, Fuyu!" orang yang dipikirkan tiba-tiba datang lalu membuka tirai jendela. Membuat cahaya matahari pagi yang baru terbit menerangi kamar Fuyu.

"Ohayou, kaa-san." Gadis itu tersenyum. Ibu menyodorkan segelas air pada putri satu-satunya itu. mereka memang hanya tinggal berdua. Ibu Fuyu bekerja sebagai buruh pabrik. Ayahnya sudah lama meninggal. Dulu, Fuyu pernah punya adik laki-laki. Namun, adiknya itu meninggal karena kecelakaan. Hal itulah yang membuat Fuyu tauma dengan kecelakaan. Makanya, kemarin ia sangat panik melihat Kei-chan yang terluka, membuatnya bertindak tanpa mempedulikan keadaannya sendiri. Karena, dalam benaknya terbayang bagaimana kondisi sang adik setelah tertabrak mobil dulu. Yah, itu cerita lama dan Fuyu tidak ingin mengingatnya lagi.

Perlahan, gadis bermarga Hana itu bangun. Sesekali ia menguap. Kemudian, kakai dengan betis yang tidak kecil itu dibiarkan menggantung di sisi ranjang. Kelopak mata yang setengah terbuka itu menjelajahi isi kamar. Tepukan lembut di bahu membuat iris obsidiannya beralih pada wanit paruh baya yang duduk di sampingnya.

"Hari ini, Fuyu istirahat saja ya! Tidak perlu masuk kerja. Tubuhmy belum pulih." Wanita yang di panggilnya Ibu itu mengusap pelan surai coklat Fuyu.

"Baik, Kaa-san." Fuyu mengangguk patuh.

Lalu sang ibu keluar kamar untuk melanjutkan kegiatan paginya lagi.

***

Sementara itu, pagi hari di rumah keluarga Akira sangat tenang. Anggota keluarga sedang menikmati sarapan pagi dengan hikmat. Kepala keluarga Akira duduk di ujung meja. Ryu duduk di sebelah sang Ibu. Sementara di seberang meja ada kakak kedua Ryu.

"Gochisou sama deshita"

Ruka, kakak Ryu berucap setelah menghabiskan sarapan mereka.

"Ne, Ryu.... Sudah punya pacar?" Tanya Ruka dengan nada jahil.

"Sudah," jawab Ryu cepat sambil mengusap bibirnya dengan tisu. Sang ayah memicing tak suka mendengarnya.

"Sudah ku duga, siapa yang bisa menolakmu? Sepertinya tidak ada," balas sang kakak lagi. Ryu tersenyum.

"Kasihan sekali pacarmu itu. Pada akhirnya kau akan meninggalkannya." Kepala keluarga Akira berucap sarkatis dengan tekanan pada kata 'pacar'

"Paling tidak, kekasihku sudah menyiapkan diri untuk ku tinggalkan," Ryu membalas sambil menatap tajam sang ayah. Keduanya saling menatap tajam taka da yang mau mengalah.

4 Month RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang