Bagian 8: Rencana

16 1 3
                                    


Suara detik jam mendominasi ruangan dengan warna dinding abu-abu dan putih itu. Ryu tercenung setelah mendengar cerita masa lalu Fuyu dari kedua sahabatnya, Hoshi dan Tsuki. Ya, kedua sahabat Fuyu itu datang ke apartemen Ryu sepulang dari Youchien. Karena tidak ingin membangunkan Fuyu yang masih tidur, Tsuki dan Hoshi menunggu di ruang tamu. Awalnya mereka hanya membicarakan tentang apa saja yang dilakukan Ryu pada Fuyu. Tsuki sedikit menggoda dokter muda itu, sementara Hoshi berkali-kali mengancam Ryu untuk tidak menyakiti Fuyu. Obrolan mereka mengalir begitu saja hingga tiba-tiba Hoshi menceritakan masa lalu Fuyu.

"Begitulah... Aku ingat sekali bagaimana ekspresi Fuyu setelah kami menemukannya terikat di gudang itu. Benar-benar menyedihkan. Seharusnya dia menangis, tapi tidak. Padahal jelas sekali kalau dia ketakutan. Dia memaksakan diri untuk kuat. Kau tau apa yang dia katakan setelah aku melepas ikatannya? 'Jam berapa sekarang? Apa bel masuk sekolah sudah berbunyi?' padahal aku dan Tsuki sudah panik. Sebagai korban pembullyan separah itu, Fuyu terlihat tenang. Tapi, tatapannya kosong dan tubuhnya gemetaran. Aku tidak tega," ucap Hoshi dengan raut sedih.

“Hari itu pertama kalinya kami mengenal Fuyu karena sebelumnya memang tidak pernah sekelas. Dari situlah kami mulai dekat. Entah kenapa melihat Fuyu membuatku ingin menolongnya. Setelah kejadian itu, dua minggu Fuyu tidak masuk sekolah. Selama itu juga, kami selalu ke rumahnya. Dan yang membuatku semakin prihatin adalah Fuyu berbohong pada ibunya. Ibu Fuyu tidak pernah tahu kalau anaknya sudah jadi korban pembullyan. Fuyu bilang kalau malam itu dia menginap di rumahku dan karena tidak hati-hati, dia jatuh dari tangga, alasan yang konyol bukan? Ah, rasanya aku kesal kalau mengingatnya." Tsuki menambahkan.

Ryu mengangguk paham. Pantas  saja Hoshi selalu mengancamnya. Ternyata Fuyu punya pengalaman seburuk itu. Ryu tidak bisa membayangkan bagaimana menyedihkannya Fuyu saat itu.

"Akira-san... Jaga Fuyu baik-baik! Aku tahu kau bukan seperti laki-laki brengsek yang sudah menyakiti Fuyu itu. Makanya aku menceritakan ini padamu," tukas Tsuki dengan pelan.

"Dan jangan pernah membahas masalah ini dengannya. Bersikap saja seolah kau tidak tahu masa lalu Fuyu, mengerti?"
Ryu mengangguk paham.

"Ryu-kun, dimana kau menyimpan baju―ku?!”

Fuyu muncul dengan tiba-tiba. Dia tidak tahu kalau kedua sahabatnya ada disini. Hoshi dan Tsuki terbelalak kaget melihat penampilan Fuyu yang cukup berantakan. Gadis gemuk itu hanya mengenakan kemeja kebesaran selutut. Fuyu pun sama kagetnya dengan Hoshi dan Tsuki. Dia tidak menyangka kalau mereka ada di apartemen Ryu. Tiba-tiba Ryu merasakan aura gelap dari Hoshi dan Tsuki.

"A-ki-ra-san, aku harap kau punya penjelasan yang masuk akal tentang mengapa Fuyu berpenampilan seperti itu," ucap Tsuki dengan senyum yang menyeramkan.

"Eh? Tu-tunggu dulu, ini tidak seperti yang kalian bayangkan." Ryu mulai panik.

DUAAKKK

Ryu terlempar sekian meter karena pukulan Hoshi yang emosi. Info: Hoshi pemegang sabuk hitam karate.

***

"Maafkan aku..." ucap Tsuki merasa bersalah.

"Siapapun akan salah paham kalau melihat penampilan Fuyu yang seperti itu," sambung Hoshi sambil melihat ke arah lain.

"Su-sudah kubilang kan? Ini tidak seperti yang kalian pikirkan... ugh," sahut Ryu dengan susah payah. Dia duduk sambil membungkuk karena perutnya yang terasa sakit akibat tendangan Hoshi tadi. Sementara Fuyu yang sudah berpakaian lengkap duduk disamping Ryu, mengusap punggung kekasihnya itu. Dia tidak menyangka kalau Hoshi akan langsung memukul Ryu. Emosi sahabatnya itu memang mudah tersulut, apalagi kalau menyangkut dirinya.

Kesalahpahaman itu berhasil diselesaikan setelah kedua sahabat Fuyu itu mendengar penjelasan Bibi Izuna. Tentu saja yang paling merasa bersalah adalah Fuyu. Karena harus diakui bahwa Ryu telah menjaganya dengan baik. Dia, laki-laki yang baik.

4 Month RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang