Chapter 5

6.4K 288 22
                                    

Author's POV

Setelah memakai baju crop tee berwarna putih yang bertuliskan Los Angeles New York itu, Nathasya pun juga memakai skinny jeans berwarna hitam. Setelah itu, ia langsung memoleskan bedak tipis pada wajahnya dengan lip balm pada bibirnya. (A/N : di mulmed ada ootd Nathasya.)

Nathasya berjalan ke sudut kamarnya untuk mengambil sepatu adidas berwarna putih hitam nya itu dan mengambil jaket berwarna hijau lalu berjalan ke bawah. Sesampainya di bawah Nathasya menghampiri Nathan yang sedang memainkan handphone nya.

"Nathan, ayo." ajak Nathasya sambil memukul pelan pundak Nathan.

"Oiya, ayo." jawab Nathan sambil menarik pelan Nathasya.

Setibanya di motor, Nathan langsung memberi helm kepada Nathasya lalu Nathasya pun menaiki motor Nathan dan memegang bahu Nathan. "Nath, lo mau ajak gue kemana?." tanya Nathasya memecah keheningan.

"Liat aja ntar." jawab Nathan kembali fokus ke jalanan.

20 menit berlalu akhirnya mereka sampai di sebuah hutan dan hanya ada jalan setapak. Tidak ada tanda-tanda manusia lainnya, hanya mereka berdua."Nath, kita mau ngapaiin disini?." tanya Nathasya sambil turun dan memberi helm kepada Nathan.

Yang ditanya hanya menarik pelan Nathasya dan mereka berjalan, sampai akhirnya mereka tiba disebuah rerumputan yang luas dan ada ayunan di sudut rerumputan yang seperti lapangan itu. "Nath ini indah banget, lo tau dari mana tempat ini?." tanya Nathasya berjalan ke arah ayunan tersebut.

"Gue tau dari diri gue sendiri, dan kalau gue ada masalah gue selalu kesini." jawab Nathan sambil menduduki ayunan di samping Nathasya.

Keheningan menyelimuti mereka tidak ada yang memulai obrolan. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Nathan yang berfikir bagaimana cara mengatakan kepada Nathasya bahwa ia ingin mengutarakan perasaan nya. "Sya, gue mau nanya. Lo kenal Fika ga?."

"Kenal, kenapa?." jawab Nathasya dengan nada sedikit sendu. "Gak, dia imut gitu orangnya." jawab Nathan dengan senyum terpaksa. Sebenarnya Nathan tidak ingin menyakiti perasaan dirinya dan Nathasya. Tetapi mau dikatan apa lagi, mereka hanya sebatas sahabat, dan Nathan harus sadar akan hal itu.

Nathasya hanya mengangguk tanda mengerti, di dalam hatinya ada rasa tidak rela karena Nathan telah menyukai teman satu kelasnya itu. Nathasya hanya sebatas sahabat tidak lebih. Ia lebih memilih Nathan berbahagia bersama orang yang ia sayang dan sekarang Nathsya harus rela berbagi kasih sayang Nathan dengan Fika. Jika dikatakan jujur, Fika lebih cantik dan sopan. Fika anak yang pintar, selalu mendapat peringkat satu di kelasnya. Fika juga berbeda dengan Nathasya, jika Nathasya cewek yang tomboy,maka sebaliknya pada Fika, ia sangat anggun.

"Gue mau nembak Fika besok, di taman belakang sekolah di dekat pohon akasia, dan lo harus jadi saksi ya." pinta Nathan sambil memandang lurus ke pohon cendana.

"Eh-anu Nath..kayaknya ga bisa besok gue ada rapat." ujar Nathasya asal sambil menahan sesak di dadanya dan menahan air mata yang berada di pelupuk mata nya.

Dengan satu kedipan, air mata Nathasya jatuh menggenangi pipi tirusnya. Nathasya sesegera mungkin menghapus air matanya dan mengalihkan pandangan ke kanan nya. Sementara Nathan yang sudah mengetahui Nathasya yang menangis hanya pura pura tidak tau. Nathan bahkan menembak Fika semata untuk menghilangkan rasa cintanya kepada Nathasya. Entah mengapa dada nya begitu sesak melihat Nathasya yang nangis. Ia ingin menghapus air mata Nathasya hanya saja ia tidak ingin jika Nathasya merasa canggung. "Kok lo nangis?." pertanyaan itu spontan dari mulut Nathan. Sebenarnya Nathan sudah me wanti-wanti agar ia tidak menanyakan pertanyaan itu.

Nathan & NathasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang