Apa kau percaya dengan reinkarnasi? Ah, aku tidak terlalu percaya dengan hal-hal seperti itu. Tapi itu tidak masalah jika kalian mempercayainya, itu kan keyakinan kalian masing-masing. Dibandingkan dengan reinkarnasi, mungkin hal seperti deja vu lebih masuk akal bagiku. Kira-kira seperti apa ya, rasanya jika mengalami hal-hal seperti itu?
"Seol Jin, kami berangkat dulu ya!" Ah, iya kenalkan namaku Kim Seol Jin, masih SMA. Punya seorang kakak laki-laki bernama Kim Jung Han, tapi ia kuliah di luar negeri. Sekarang eomma dan appaku malah akan pergi ke luar kota selama beberapa hari.
Karena sering ditinggal oleh keluargaku, lama-lama aku jadi terbiasa seperti ini. Sebenarnya aku sedih dan merasa kesepian, tapi aku tak pernah mengatakannya kepada mereka. Aku memang agak sulit berkata jujur, bukan berarti aku sering bohong. Tapi aku merasa lebih baik menyimpannya dalam hati daripada berbohong
Aku menghampiri kedua orang tuaku. "Iya, hati-hati," sahutku. Setelah mobil mereka pergi, aku duduk di sofa ruang keluarga dan menyalakan TV agar rumah tidak terasa sepi.
"Ah, andai saja ada bintang jatuh lalu pangeran impianku datang dan menyatakan cintanya padaku. Aku pasti akan sangat bahagia," kataku kepada diri sendiri. Karena mengantuk, lama-lama pun aku tertidur.
Puk, puk. Aku merasa ada yang menepuk pelan pipiku. Kubuka mata dan kulihat sosok yang asing namun sangat tampan. Wajahnya sangat dekat dengan wajahku, refleks aku langsung duduk tegak.
"Si-siapa kau?! Apa yang kau lakukan di rumahku?!" tanyaku. Aku berjalan mundur mencari-cari tongkat baseball-ku.
Laki-laki bertubuh tinggi (sangat) tersebut melambai. "Annyeong haseyo, Yugyeom ibnida," sapanya. "Aku datang dari Negeri Cahaya untuk memenuhi tugasku,"
"Untuk siapa?". Dia menunjukku. "Jadi kau datang jauh-jauh dari negerimu untuk mendampingiku?" tanyaku merasa tersanjung. Kalau dilihat-lihat Yugyeom ini memiliki Yugyeom ini memiliki wajah yang tampan dan babyface. Tubuhnya juga tinggi dan bagus. Dia benar-benar memiliki visual sebagai idol, yah mungkin hanya asal-usulnya saja yang masih patut dipertanyakan.Yugyeom tertawa. "Aku? Menjadi pendampingmu? Haha!" Ia tertawa mengejek. "Datang kesini saja karena terpaksa, dan bagaimana mungkin aku hidup denganmu?"
Aku memandangnya sebal. "Kalau begitu, kau keluar dari rumah ini! Ppali!" perintahku sambil membuka pintu rumah.
Melihat ekspresi seriusku, tampaknya Yugyeom langsung ketakutan. "Y-ya, aku kan hanya bercanda. Jangan kejam seperti itu. Biar bagaimana pun, aku harus tetap di sampingmu,"
Aku menoleh padanya. "Sampai kapan?" tanyaku. Kalau dia terus di dekatku, apa yang harus kukatakan kepada eomma dan appa, juga Jung Han oppa?
Yugyeom mengedikkan bahunya. "Entahlah, sampai mendapat panggilan dari Negeri Cahaya aku takkan bisa pulang," jawab Yugyeom. Selama kedua orangtuaku tak ada di rumah aku merasa khawatir juga, tapi mereka pasti akan mengerti. "Jadi dimana aku akan tidur?"
Aku menunjuk sofa ruang keluarga. "Selamat malam," ucapku meninggalkan laki-laki itu yang hanya terdiam.
Tik, tok, tik, tok. Sudah hampir jam 12 malam tapi aku belum bisa tidur. Kurasa waktunya minum susu. Aku pun keluar kamar dan menuju dapur untuk menuang segelas susu. Saat ingin kembali ke kamar aku melihat Yugyeom tertidur pulas di sofa. Aku kembali ke kamar dan mengambil salah satu selimutku. Ketika turun kembali dan ingin menyelimuti Yugyeom, laki-laki itu malah terbangun dan berdiri seperti orang kebingungan.
Yugyeom menatapku masih dengan ekspresi bingung. "Ketika terbangun, aku baru ingat ini bukan di rumah," gumamnya dengan nada yang terdengar sedih.
Melihatnya muram seperti itu, aku mengajak Yugyeom ke duduk di kursi mini bar di dapur. "Mau susu dingin?" tawarku yang dibalas anggukan Yugyeom. Aku mengeluarkan gelas dan menuangkan susu segar dari kulkas. Baru saja kuberikan kepadanya, Yugyeom langsung meneguk susu tersebut. "Yugyeom, apa sebenarnya tujuanmu kemari?"