Jane dan Mimpinya by JustDay_ & Fitriyana_ilmi

137 10 4
                                    

Suasana Kota Enpisi hari itu bisa dikatakan cukup cerah ditambah dengan rindangnya pepohonan di kiri-kanan jalan menjadikan kota ini semakin rindang. Tempat duduk di bawah-bawah pohon menambahkan kesan asri pada kota modern ini. Angin berembus menerbangkan daun-daun pohon Sipnie, sebuah pohon yang hanya dapat tumbuh di Kota Enpisi.

Di hari yang cerah itu, Kota Enpisi ramai oleh lalu-lalang penduduk baik dalam kota maupun luar Kota Enpisi. Kota Enpisi dengan segala keindahan dan kemodern-an teknologinya memberikan daya tarik tersendiri. Meskipun bangunan-bangunan pencakar langit tersebar banyak di kota ini, pohon-pohon tinggi masih dapat terlihat di antara megahnya bangunan tersebut.

Ditambah dengan adanya sebuah danau yang berada tepat di tengah-tengah Kota Enpisi semakin menjadikan kota ini memiliki daya tariknya tersendiri. Danau yang dikenal dengan nama Danau Nipsi ini selalu berhasil menghipnotis mata siapa pun yang melihatnya. Danau ini dikelilingi oleh pohon-pohon tinggi menjulang dengan airnya yang berwarna biru jernih. Udara di sekitar danau ini juga terasa sangat segar dikarenakan larangan membawa kendaraan berpolusi ke arena Danau Nipsi. Untuk itu, tidak heran jika danau ini menjadi icon dari Kota Enpisi.

Jenessa Caroline Heart, atau biasa dipanggil dengan sebutan Jane adalah salah satu dari sekian banyak makhluk yang terhipnotis oleh segala yang ada di Kota Enpisi. Gadis 19 tahun itu duduk di tepi Danau Nipsi dengan pandangan menerawang jauh ke depan. Satu hal yang akhir-akhir ini selalu memenuhi kepala gadis ini, "Kapan aku akan dipertemukan dengan jodohku?"

Dia iri melihat teman-temannya yang jika pergi selalu bersama pasangannya.Bukan berarti Jane tidak laku atau tidak ada yang mau dengan gadis ini. Siapa yang akan menolak gadis berparas cantik, dengan alis tipis rapih, mata lebar dengan warna bola hazel, pipi tirus, hidung mancung, dan dagu lancip, perpaduan wajah yang begitu sempurna ini?

Gadis ini tidak ingin asal menerima seseorang yang menawarkan perasaan kepadanya.Dia mencari seseorang yang benar-benar tulus kepadanya, bukan karena kecantikan yang dia punya. Namun, sejauh ini laki-laki yang mendekatinya semua sama. Mereka hanya melihat dari luar seorang Jane.Dan bagimana Jane bisa tahu? Simple, karena Jane memiliki satu keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang lain.

Membaca apa yang ada di pikiran orang lain dengan menatap matanya.

Jangan menganggap Jane adalah makhluk aneh, karena nyatanya tidak ada yang tidak mungkin dari kota super modern seperti Enpisi, bukan?

Jane memainkan kakinya yang berada di dalam air danau. Dia mengayun-ayunkannya sehingga menghasilkan riak air serta beberapa tetes air memercik membasahi kakinya yang tidak terendam di dalam danau.

Jane menghirup napas dalam-dalam lantas mendongak menatap langit yang berlukiskan awan putih dan beberapa burung beterbangan."Seandainya aku punya pasangan," lirih Jane masih dengan menatap langit yang tengah bersukacita.

Pandangannya beralih kembali ke arah danau yang juga berwarna biru di depan matanya. "Seorang pasangan yang bisa menerimaku apa adanya, tulus kepadaku, dan tidak menatapku hanya karena kecantikan yang kupunya."

Dia mengembuskan napasnya lelah, tangannya meraih sebuah kerikil yang ada di sekitarnya."Aku hanya ingin laki-laki yang melihatku bukan karena paras yang kupunya, tetapi karena aku, adalah aku," ucap Jane lagi dengan mata menatap kerikil di genggamannya tanpa berkedip.

Jane melemparkan kerikil tersebut ke danau, lantas berdiri dari posisi duduknya guna kembali ke rumah karena sinar matahari mulai menunjukkan kuasanya.

Tanpa disadari Jane, ketika dia berbalik membelakangi danau, sesuatu terjadi.Permukaan air danau tersebut beriak dan beberapa saat setelahnya mengeluarkan cahaya berwarna biru keperakan.

Enpisi Town: The City Beyond ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang