Bukan Ini yang Kuinginkan

425 38 1
                                    

Suara Taka kini sepertinya sudah habis dihantikan oleh suara batuk yang keras. Hal ini membuat Pak Sinichi dan lainnya panik. Mereka menghampiri Taka yang sedang berbaring meringkuk menyamping ke arah berlawanan dari yang lainnya di atas ranjangnya yang hingga kini tidak mau memperlihatkan wajahnya kepada mereka.

"Ada apa denganmu, nak?" Pak Sinichi kini mulai berbasa-basi sambil memalingkan wajah anaknya itu ke arahnya.

Betapa terkejutnya Pak Sinichi melihat darah yang mengalir dari hidung anak sulungnya, dan darahnya juga keluar dari mulutnya ketika terbatuk tadi. Pemandangan di depan mata Pak Sinichi pun sangat mengerikan dan tidak pernah terbayangkan olehnya. Darah yang tercecer disekitar Taka sangat menakutkan hingga membuat air matanya menetes.

"A-ayah... S-sakit," kata Taka dengan nada begitu lirih diikuti air matanya yang terus-menerus mengalir. Sepertinya ia tidak mampu menahan sakit yang dirasakannya kini meskipun ia masih harus tersadar dan menanggungnya.

Toru pun bergegas memanggil mobil ambulans karena keadaan kali ini benar-benar gawat. Ia tidak akan membiarkan sahabatnya pergi hari ini. Tidak akan.

Ambulans pun datang dan membawa Taka menuju rumah sakit didampingi ayahnya, sementara Toru dan Ryota menyusul. Keadaan kali ini sangat menegangkan sampai membuat konsentrasi Toru dalam mengemudikan mobilnya hampir buyar. Sudah beberapa kali ia hampir celaka karena tidak memperhatikan jalan.

"Sudahlah Kak Toru! Tenangkan dirimu!" Kata Ryota yang sudah ketakutan di dalam mobil karena selalu hampir celaka.

"Bagaimana bisa aku tenang kalau keadaannya begini?"

"Apa kau tidak tahu siapa Kak Taka? Jangan remehkan dia! Dia orang yang kuat!"

"Kuat? Berapa kali dia mencoba bunuh diri, ha?! Itu yang kau maksud dengan kuat?"

"Bukan itu! Percayalah saja padanya, daripada kita celaka! Kita juga sudah kehilangan jejak ambulansnya."

Toru pun mulai menenangkan dirinya hingga sampai di rumah sakit. Ia mulai percaya dengan apa yang dikatakan Ryota, bahwa Taka adalah orang yang kuat. Meskipun ia mencoba untuk mengakhiri hidupnya sendiri, namun Taka tidak kehilangan kesadaran ketika merasakan sakitnya. Ia juga tidak pernah sampai untuk membunuh dirinya sendiri. Kenyataan yang lebih kuat untuk membuktikannya adalah, ia sanggup hidup dalam kekacauan luar biasa seperti sekarang. Mungkin Toru sendiri tidak akan kuat menghadapi cobaan hidup seberat cobaan yang dirasakan Taka.

Setelah sampai di rumah sakit dan memarkirkan mobilnya, Toru pun bergegas menuju Unit Gawat Darurat bersama Ryota. Dengan langkah seribu, mereka berjalan mencari sahabat mereka yang kini sedang sekarat.

Di ruang Unit Gawat Darurat, Toru dan Ryota tidak menemukan Taka. Semua bilik di ruangan itu kosong. Seketika, Toru dan Ryota mulai panik.

"Dimana? Dimana Taka?" Kata Toru sambil menengok ke kanan-kiri.

"Iya, dimana dia? Pak Sinichi juga tidak ada," sahut Ryota.

"Apa jangan-jangan ia sudah dibawa ke ICU?" Tebak Toru.

"Bisa saja, kak."

"Ya sudah, kita tanya bagian informasi saja."

Toru dan Ryota pun bergegas menuju bagian informasi di rumah sakit tersebut. Namun dalam perjalanan, mereka melihat seorang pria yang memiliki perawakan seperti Pak Shinichi duduk di bangku dekat bagian informasi. Pria itu menutupi wajahnya dan merunduk seperti sedang menangis. Seketika itu juga, Toru panik.

"I-itu ayahnya Taka kan?" Toru menunjuk pria itu.

"S-sepertinya iya, kak."

"Ada apa dengannya?"

Lullaby (a One Ok Rock Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang