Satu hari telah berlalu setelah kedatangan Nyonya Masako. Semalaman penuh ia menjagai putra sulungnya, Taka yang sekarang sudah dipindahkan ke ruangan yang biasa digunakannya setiap menginap di rumah sakit itu. Semenjak kedatangan Nyonya Masako, kondisi Taka terlihat membaik. Semua orang turut berbahagia atas hal tersebut.
"Ibu..." Taka terbangun dari tidurnya dan melihat Nyonya Masako tertidur berpangku tangan di sampingnya.
"Kau sudah bangun, ya?" Nyonya Masako pun terbangun. Wajahnya terlihat begitu bahagia karena sudah lama sekali ia tidak merasakan kedekatan seperti ini dengan anaknya.
Taka pun tersenyum. Kali ini ia merasakan suatu kebahagiaan karena bisa bersama-sama lagi dengan ibunya. Nyonya Masako mencium keningnya dan tersenyum kepadanya. Pancaran harapan muncul dari sorot mata ibunya itu. Akan tetapi, bagi Taka, harapan itu mungkin tidak bisa diwujudkan lagi olehnya.
"Ibu keluar sebentar ya, sayang," Kata Nyonya Masako, lalu ia meninggalkan putranya sendirian.
Nyonya Masako pun keluar dari ruangan Taka untuk menemui Pak Shinichi yang dari semalam menunggu di depan ruangan. Kini ia didapati sedang tertidur di bangku tunggu sambil memeluk sebuah tas ransel hitam. Semalam ia bersikeras untuk ikut menunggui putranya. Namun ia tidak mau tidur di dalam ruangan, entah mengapa.
"Shinichi! Bangun..." Nyonya Masako menepuk bahu Pak Shinichi dengan niat untuk membangunkannya.
"Oh! Kau, Masako," Pak Shinichi pun terbangun dengan terlihat sedikit terkejut.
"Di dalam masih ada banyak tempat. Tidurlah di dalam sambil menemani Taka!"
"Oh! I-iya. Nanti saja," hal ini tentunya dikarenakan masih ada rasa gengsi di hati Pak Shinichi untuk berada bersama mantan istrinya.
"Ngomong-ngomong, dimana Tomo dan Hiro?"
"M-mereka sedang di kafetaria. Sarapan," Pak Shinichi pun kini terlihat begitu canggung, "Oh iya! Kau belum mandi kan? Mandi dulu sana!"
"Ah kau ini! Aku tidak bawa baju ganti. Tidak perlu."
"Ini!" Pak Shinichi pun menyodorkan tas ransel hitam yang tadi dipeluknya, "Aku menyuruh Tomo dan Hiro membawakan pakaian beserta alat mandi untukmu."
"Astaga," Nyonya Masako pun membuka tas ransel tersebut dan terkejut karena di dalam tas itu benar-benar ada satu setel pakaian miliknya beserta alat mandi. Ternyata masih ada pakaian miliknya di rumah mantan suaminya itu, "T-terima kasih. Shinichi."
Nyonya Masako pun bergegas menuju kamar mandi dan membersihkan diri setelah seharian kemarin tidak mandi. Sementara itu, Pak Shinichi masuk ke ruangan Taka. Ia mendapati putra sulungnya sedang mendengarkan musik, terlihat dari headset yang dikenakannya sekarang. Headset yang diberikan Toru untuknya.
Melihat ayahnya memasuki ruangannya, Taka pun melepaskan headsetnya. Ia tersenyum kepada ayahnya seakan keadaan sedang baik-baik saja.
"Pagi, nak!" Sapa Pak Shinichi.
"Pagi ayah!" Taka pun membalas sapaan ayahnya itu.
"Sudah baikan ya? Aku mendengar lagi suaramu dengan jelas."
"Mungkin Yah. Aku tidak tahu."
"Oh ya! Aku sudah meminta dokter untuk mulai memberikan kemoterapi lagi kepadamu," Pak Shinichi pun mulai menyampaikan rencananya dengan semangat kepada Taka.
Taka terlihat sangat terkejut. Ia hanya terdiam dan tidak tahu harus berkata apa. Menurutnya, pengobatan macam apapun sudah tidak mungkin dijalaninya lagi. Memang kondisinya terlihat lebih baik sekarang, namun ia tidak menjamin jika masih ada besok untuknya. Sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lullaby (a One Ok Rock Fanfiction)
FanfictionAku hanya ingin tidur. Tidur, dan melupakan rasa sakit ini.